Di rumah yang sangat megah, Inem tengah berada di dalam kamar. Ia sedang melayani Daniel, dan dengan napas yang memburu karena kewalahan mengimbangi tenaga Daniel dalam melakukan hubungan badan.
Setelah merasa puas, Daniel melepas miliknya dan langsung berbaring di samping Inem. Wanita itu memposisikan untuk duduk, dan menatap Daniel yang memejamkan kedua matanya.
"Sayang, luka di tubuhku sudah tidak menjijikkan seperti tadi 'kan?" tanya Inem.
"Sudah mendingan, obati terus lukamu agar tidak ada bekas lukanya. Aku tidak suka jika melihat luka yang menjijikkan itu," balas Daniel dengan dingin.
Inem tersenyum dan mengelus rahang Daniel, "kamu bakal nikahi aku 'kan? Perutku akan semakin buncit Daniel, jadi kita harus menikah agar saat anak kita lahir, dia memiliki seorang ayah," lanjut Inem.