MALAM DI APARTEMEN
Alkisah hiduplah bocah laki-laki bernama Zulkar. Ia tinggal bersama ayah dan ibunya di apartemen kumuh di pinggir kota. Kondisi apartemen tampak perlu di renovasi. Sebagian penghuni apartemen cemas sebab kota tersebut rawan kejahatan, tetapi sebagian lagi tidak peduli.
Keluarga Zulkar tinggal di lantai pertama apartemen. Pada deretan ini, kondisi apartemen paling parah jika dibandingkan dengan lantai-lantai atas. Pintu sulit dikunci secara benar dan beberapa jendela pecah sejak lama. Mirisnya, keluarga Zulkar belum memperbaiki kerusakan itu sedikit pun.
Berbeda dengan kedua orang tuanya,zulkar kerap sulit tidur. Penyebabnya adalah suara-suara dari luar apartemen. Dia pernah memohon untuk memperbaiki kunci pintu dan kaca jendela. Akan tetapi, orang tua zulkar mengatakan bahwa untuk saat ini mereka belum memiliki cukup uang untuk melakukannya.
Pada satu mala,zulkar terbangun karena mendengar bunyi goresan yang aneh. Dengan mata setengah terpejam, spontan ia duduk di kasur sambil berusaha menajamkan pendengaran. Meski begit,Zulkar belum tahu asal suara aneh ini.
Ia lantas memutuskan untuk mendatangi kamar kedua orang tuanya. Rasa kantuk dan penasaran membuatnya mengabaikan keadaan lorong yang gelap. Tanpa mengetuk pintu, zulkar Langsung menerobos masuk.
"Ma," panggilnya. "Ma, ada suara-suara aneh di kamar. Aku tidak bisa tidur."
Ibunya membuka mata sebentar. "Sepertinya cuma ranting pohon yang tertiup angin menggesek kaca jendela," sahutnya seraya menutup mata lagi.
"Tapi, Ma, di dekat jendela kamarku tidak ada pohon," rengek zulkar.
Ibunya mengibaskan sebelah tangan dengan mata yang masih terpejam. "Berarti ada tikus. Sudah, kembalilah ke kamar. Mama juga mau tidur lagi," erangnya.
Zulkar agak enggan kembali ke kamar, namun pada akhirnya ia menurut. Ia mencoba melawan rasa kantuknya dengan tidur. Baru saja ia tertidur, terdengar kembali suara garukan. Kali ini terdengar lebih keras dari sebelumnya. Akan tetapi, bocah itu berusaha melanjutkan tidur dan mengabaikan garuk-garukan aneh.
Tiba-tiba Zulkar merasa sakit di bagian punggung. Rasanya tajam dan sedikit dingin. Refleks Zulkar terbangun dan melompat dari kasur. Ia kembali berlari ke kamar orang tuanya dengan rasa takut dan tanpa sadar menangis. Punggungnya lebih sakit dari digigit serangga. Barangkali ada serangga yang lebih dewasa tertindih saat ia tidur.
Kali ini Zulkar membangunkan ayahnya. "Pa," panggil Zulkar. "Papa, punggungku digigit sesuatu."
Ayah Zulkar menggosok mata sebentar lalu beranjak dari tempat tidur. Ia memeriksa punggung putranya. Ia heran piyama Zulkar sedikit tergores. Begitu di singkap ternyata ada luka tusukan kecil yang masih merembeskan beberapa tetes darah.
Ia langsung memasang wajah serius. Rasa kantuknya tiba-tiba saja hilang. "Ini bukan gigitan binatang, Nak," katanya.
"Jika bukan serangga, apa itu?" tanya Zulkar yang masih penasaran.
Si Ayah hanya diam. Beberapa detik kemudian ia segera pergi ke kamar Zulkar. Untuk berjaga-jaga ia mengambil tongkat baseball Zulkar yang kebetulan masih berasa di sofa. Ayah pun menyalakan lampu. Zulkar mengekor di balik punggungnya.
Ketika tempat tidur diperiksa, terlihat lubang kecil memanjang di seprei. Sedikit isian kasur berhamburan di sana. Zulkar ingin menanyakan sesuatu tetapi raut wajah sang Ayah yang tegang mengganggu niatnya.
"Umm …. Ada apa, Pa?" Zulkar akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, tetapi ia tidak direspon sama sekali.
Ayah Zulkar lalu membalik kasur. Ia ngeri menyaksikan pemandangan di kolong kasur. Zulkar juga kebingungan melihatnya. Ada lumpur yang mengotori karpet dan pisau panjang yang di ujungnya terdapat setitik darah. Bergegas Ayah melihat ke luar jendela yang memang sulit dikunci. Ada jejak kaki berlumpur yang tampak baru di atas rumput.
Kini Ayah Zulkar menyadari situasinya. Tadi ada seseorang yang masuk ke kamar Zulkar melalui jendela lalu bersembunyi di bawah kasur. Begitu juga dengan asal suara goresan-goresan yang dikeluhkan Zulkar tadi. Ternyata baru saja ada orang yang berbaring di kolong, menusuk kasur, dan mencoba untuk membunuh Zulkar