Chapter 7 - VOL 7

Guling

cerita ini dialami oleh teman saya sendiri yg berada di kost sekarang,semoga terhibur

#lets fear to your creep inside you

"Ahahaha, iya benar benar!" seru ku senang.Lutfi sedang menelepon temanku, Pia. Kami mulai menelepon saat jam sebelas malam.

Lutfi melirik jam dinding di kamar kost sudah jam satu lewat. Terkadang, gibah bagi wanita itu menyenangkan, sehingga membuat lupa waktu. Aku teringat akan mata kuliah pagiku besok.

"Pi, udahan dulu, yuk. Aku ada matkul besok pagi, diajar nya sama Pak Yos pula. Kalo telat, mampus aku," ucap ku. Pia mengiyakan ku, seolah mengerti betapa galaknya dosen ku pagi besok.

"Yaudah, dadah Pia Pia. Guling ku sudah mau ngajak ngapel nih," canda ku. Pia tertawa. "Hati hati dengan ucapan mu," ledek Pia.

Setelah mengucapkan 'dadah' berkali kali, akhir nya sambungan telepon putus. Lutfi membaringkan tubuhnya di kasur dan menarik selimut hingga dada.

Lutfi membuka ponsel, ingin bermain sebentar dengan benda pipih itu sebelum akhirnya rasa kantuk menyerang mataku.

Lutfi bergelung dibawah selimut, memeluk guling empuk yang menemaniku selama lutfi tinggal di kost ini. Perlahan lutfi memejamkan mata, mulai membuka kilas kilas mimpi dialam bawah sadarku.

Eh?

Bau apa ini?

Lutfi mengendus, mencium bau pandan yang menyeruak hebat di dalam kamarku. Sejak kapan ada pandan di kamar ku?

Lutfi dengan malas membuka mata. Aih, bau ini begitu menyengat, menganggu pernapasan ku.

Lutfi duduk ditepi kasur dengan gontai, berniat untuk minum air. Seteguk, dua teguk. Lutfi menaruh gelas setelah meneguk air yang ke empat.

Lutfi kembali ke kasur, lalu mencoba tidur, lagi. Bau pandan itu semakin parah. Seolah bau itu berada di dekatku.

Aku menutup hidung dengan gulingku, tetap positif thinking bahwa bau pandan itu dari musang pandan yang mungkin ada diatap. Besok aku harus menyuruh Mang Usep memeriksa atap.

Percuma, gulingku yang wangi bahkan tak mampu mengalahkan bau bau tidak sedap ini. Lutfi mendengus kesal, ingin tidur pun susah banget.

"Bau banget sih, bikin mual aja," decakku kesal. Musang nya ada berapa sih? Satu? Dua? Kenapa bau sekali?

Lutfi hendak memejamkan mata lagi saat aku merasakan bulu kudukku meremang. Pikiranku mulai kalut, tidak tenang. Astaga, berpikir positif, Lutfi. Berpikir positif.

Hawa dingin menusuk leherku. Seakan belum cukup membuatku ketakutan, aku merasakan sesuatu memeperhatikan ku dari jauh.

Lutfi berusaha bodo amat dan menutup seluruh tubuh ku dengan selimut. Lutfi seakan ingin mati dari dunia ini ketika selimutku ditarik paksa dan melihat sosok tinggi seperti guling yang tersenyum lebar, memperlihatkan mata bolong, wajah berdarah, bernanah, dan belatung dimana mana.

Sosok itu tersenyum begitu lebar, seolah merobek wajahnya sendiri. Lutfi pingsan setelah sosok itu mengucapkan kalimat yang tidak akan pernah aku lupakan.

"Aku nungguin dari tadi loh, kita kan mau jalan."

#tamat

awasi guling mu barangkali terjadi seperti peristiwa diatas kan ngeri hihihi:)