Sinar surya menyambut. Sedikit tegas sebab hangat dirasa kalau berjalan terlalu lama di bawahnya. Alunan musik yang masuk ke dalam lubang telinga Luna Skye melalui aliran kabel earphone yang menyumbat kedua telinganya itu kini samar terdengar seiring dengan gerakan tangan Luna yang melepasnya perlahan.
Matanya terperanjat. Membulat sejenak kala apa yang menyambutnya datang ke dalam bangunan Ge Sketchbook Company tak seperti yang ada di dalam bayang dan angan-angannya sebelum datang kemari. Bangunan Ge Sketchbook Company begitu mewah nan megah! Didominasi cat putih bersih dengan tembok kaca yang mengelilingi dan tirai putih bersih sebersih cahaya lampu yang menggantung di atas langi-langit bangunan sungguh membuat Luna terpukau.
Desainnya minimalis dan praktis. Tak banyak corak juga ukir motif yang ada di atas dindingnya. Tatanan setiap komponen yang ada di dalam ruang dasar tempat pengunjung datang untuk menyambangi Ge Sketchbook Company begitu tertata rapi. Setiap sudut ruangan dihias dengan vas besar dengan pohon hias berwarna hijau muda yang terlihat begitu mencolok. Aroma di dalam ruangan luas yang bisa digunakan sebagai tempat bertanding bola ini pun sangat harum dan semerbak masuk ke dalam lubang hidung Luna.
Luna kembali mengambil langkah. Berjalan masuk ke dalam ruangan untuk menanyakan perihal harus ke mana ia pergi untuk menemui Tuan Ge?
Pasal Tuan Ge. Luna tak tahu! Kata orang yang didengarnya sebelum datang kemari, Tuan Ge adalah pria tampan berusia 40 tahunan yang terlihat gagah di usianya yang semakin tua. Pesona ditunjukkan pria beranak satu itu begitu memukau. Daya tarik dari caranya berbicara dan tersenyum menyapa orang-orang sangat diagung-agungkan oleh para kaum hawa.
Luna hanya mengenal Tuan Ge sebatas gambar yang ada di dalam foto kala ia membuka informasi mengenai Ge Sketchbook Company. Memang, di usia yang tak bisa dibilang muda, Tuan Ge sangat tampan dan mempesona. Kerutan yang ada di setiap ujung mata tajam miliknya akan terlihat jelas kalau ia tersenyum kuda. Membuat kesan tua tak pergi dari dirinya meskipun puja dan puji didapat dengan mengatakan bahwa Tuan Ge adalah pria berjiwa muda.
Simpulan dari semuanya, Luna hanya tau mengenai pria bernama lengkap Ge Hansen Joost itu sebatas gambar rupa bukan jiwa dan caranya bersikap.
"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" Seseorang membuyarkan fokus Luna kala ia menelisik setiap bagian ruangan yang sekali lagi, membuatnya terpukau!
"S--saya pegawai magang baru di sini. Tapi—"
"Nona Luna Theresia Skye?" Pegawai dengan seragam serba hitam dan dasi kupu-kupu yang manis menempel di atas kerah bajunya itu menyela. Menyebut nama Luna dengan sedikit ragu sembari melirik daftar kecil yang ia bawa di tangan kanannya.
Luna menganggukkan kepalanya tegas. "Itu nama saya," sahut gadis itu tersenyum manis.
"Kau sedikit terlambat rupanya." Wanita dengan tatanan rambut yang ikat rapi di belakang kepalanya itu kini ikut mengembangkan senyum manis di atas paras cantiknya. Menatap Luna yang terdiam sesaat sembari menggigit bibir bawahnya.
Benar, Luna sedikit terlambat pagi ini. Dalam surat penghantar yang diambilnya kemarin di kampus bersama Damian, Ava, juga Barend tertera jelas jam kedatangan maksimal yang harus dipenuhi Luna Theresia Skye di hari pertamanya magang. Pukul 8 pagi! Dan Luna datang pukul 9 lebihnya 10 menit.
Satu jam berlalu begitu cepat sebab alasan bangun terlalu siang ada mengikuti kalau orang bertanya, sebab apa Luna terlambat hari ini?
Luna tak bisa berbuat banyak pagi tadi. Sebenarnya, gadis itu sudah rajin dengan membuka matanya pukul lima pagi. Menyambut fajar yang masih mengintip di celah semburat awan di atas cakrawala. Akan tetapi, William menahannya. Merengkuh tubuh Luna dan memeluknya erat. Mencumbu ganas segala bagian tubuh Luna dengan mengatakan bahwa gadis itu tak boleh pergi pagi ini! Luna harus 'melayani' napsu sang kekasih terlebih dahulu. Menyerahkan tubuhnya sebab kemarin malam Luna menghindar.
Alasan dari gadis itu tak ingin bercumbu dengan kekasih dalam adegan panas penutup hari sebab satu hal yang pasti. Mendengar William dipecat untuk kelima kalinya dalam sejarah pria itu mencari pekerjaan untuk mendapat uang tambahan membuat 'mood' Luna benar-benar hancur. Sebab dari itu, Luna tak ber-napsu untuk 'melakukannya' dengan sang kekasih kemarin malam.
"Saya harus ke mana sekarang? Apakah saya akan dihukum?" tanya Luna dengan tatapan polos. Sukses membuat wanita yang ada di depannya tertawa kecil.
"Ikuti saya." Ia memberi perintah. Menunjuk jalan untuk memberi navigasi manual pada gadis yang kini berjalan tegas mengekori dirinya.
Lift lantai pertama adalah tujuan Luna bersama dengan pegawai yang berdiri di depannya. Sama-sama menunggu lift datang untuk menghantarkan tubuh mereka berdua sampai ke tujuannya.
"Anda sudah lama bekerja di sini?" tanya Luna memecah keheningan. Menatap sejenak tubuh wanita yang hanya melirik dan tersenyum ringan. Menoleh untuk menatap pintu lift yang sekarang terbuka selepas bunyi 'ting' datang menyela.
Luna kembali mengambil langkah. Berjalan masuk ke dalam lift dan berdiri sejajar dengan pegawai yang menjadi navigasi satu-satunya untuk menghantar Luna pagi ini.
"Aku sudah bekerja sejak usiaku 24 tahun," katanya menjawab. Sedikit terlambat memang, namun cukup untuk membuat Luna mengerti bahwa usianya pasti jauh lebih tua dari Luna.
"Sekarang usiaku 30 tahun. Besok adalah hari ulang tahunku yang ke 31," imbuhnya mencoba ramah pada gadis berambut pendek dengan ujung ikal bak mie yang baru saja di rebus dalam air panas.
"Ge Sketchbook Company berdiri sejak 60 tahun yang lalu. Ayah Tuan Ge yang mendirikannya. Tapi bangunan yang kau lihat ini adalah bangunan baru." Wanita itu kembali menjelaskan. Tak menatap Luna hanya terus menfokuskan tatapannya pada perubahan angka yang memberi informasi sampai di lantai berapa mereka saat ini?
Luna mengangguk-anggukkan kepalanya ringan. "Semua desain bangunan ini Tuan Ge yang memilihnya?" tanya Luna berbasa-basi.
"Istri Tuan Ge," sahut wanita itu tegas.
Luna kembali menganggukkan kepalanya seakan paham benar dengan topik pembicaraan mereka pagi ini. ber-ah ringan untuk menyudahi obrolan mereka dengan bunyi lift yang menandakan bahwa mereka sudah sampai ke lantai tujuan.
Wanita itu berjalan mendahului Luna. Menunjukkan jalan mana yang harus diambil Luna saat ini.
"Bagaimana Tuan Ge itu? Dia bos yang galak?" Gadis yang begitu cantik nan anggun dengan kemeja putih polos seperempat lengan yang dipadukan dengan rok pendek selutut yang sedikit terbelah di bagian belakangnya juga sepasang high heels berwarna hitam padam itu kembali membuka suaranya.
"Dia bos yang suka mengintimidasi?" imbuh Luna kala wanita yang diajak berbincang hanya terdiam sembari terkekeh ringan.
"Maaf aku menanyakan ini, tapi aku terbiasa bertanya apapun yang mengganjal dalam hatiku sekarang." Luna menerangkan dengan singkat. Membuat wanita yang jauh lebih tua darinya itu kini terhenti. Menatap Luna sembari tersenyum kuda.
"Mau tau sebutan apa yang dipakai para karyawan di sini untuk Tuan Ge?"
Luna menganggukkan kepalanya ragu.
"Imperfect CEO."
... To be Continued ...