Suara renyah masuk ke dalam lubang telinga gadis yang baru saja ingin memejamkan matanya rapat kali ini. Suasana ruang kelas di kampus Luna memang tak selalu ramai, terkadang sepi membentang kalau semua sudah tak berminat untuk menetap di dalam kelas. Sebentar lagi magang kerja, jadi tak ada jam perkuliahan yang mengikat. Dosen hanya menyediakan jam khusus untuk mereka yang ingin melakukan bimbingan kerja dan belajar di usia muda. Selebihnya, kelas ditiadakan untuk sementara. Tak sepenuhnya mati, sebab terkadang Luna masih mendapat pesan dari dosen untuk menemuinya di dalam ruang kelas dengan pembelajaran singkat yang dilaksanakan untuk memantapkan niat dan persiapan sebelum kerja benar dimulai.
Kampus Luna tergolong kampus negeri yang bagus kualitasnya. Semua lulusan dari berbagai jurusan tak ada yang pernah gagal hingga menambah angka pengangguran di tengah masyarakat umum. Bahkan orang-orang sukses setara dengan Tuan Ge cukup banyak yang merupakan alumni dari kampusnya.
"Are you serious?" Suara itu menarik kembali mata Luna untuk terbuka. Suara tegas kemudian mengiringi. Sebuah layar besar di depan ruang kelas mulai dinyalakannya selepas semua berkumpul menjadi satu di depan ruang kelas. Ada kabar terbaru sore ini, sebuah berita yang menggemparkan publik perihal berita perselingkuhan pemilik perusahaan bank terbesar ketiga di Amsterdam dengan seorang aktris cantik bernama Aleta Britt.
Gadis itu kini menaikkan pandangannya. Tepat mengarah pada televisi berlayar besar yang sengaja dipersiapkan di setiap sudut ruang kelas di kampusnya. Perlahan lensa indah Luna membulat sempurna. Bukan pasal pemilik saham utama V.E.N Group yang namanya mungkin saja akan tercemar atau wanita cantik yang terlihat muda dengan gaun merah tua yang membalut tubuhnya, Aleta Britt. Akan tetapi yang membuat mata Luna membulat adalah foto Tuan Ge yang terpampang nyata di dalam layar.
Kabar mengatakan bahwa masyarakat mengecam pria berusia 40 tahunan itu. Mengatakan bahwa pemilik nama asli Ge Hansen Joost adalah penyebar berita bohong yang berusaha menjatuhkan lawannya dengan menuliskan berita tak benar. Penerbitan koran harian bukan ranah Ge Sketchbook Company, itu sebabnya masyarakat murka. Juga, Aleta Britt adalah aktris sekaligus aktivis idola seluruh masyarakat Amsterdam, Belanda.
"Berita yang bagus!" Seseorang mengimbuhkan. Mulai memimpin rapat gila yang tiba-tiba saja diadakan selepas menyeret nama tiga orang besar di dalamnya. Pemilik saham V.E.N Group, aktris cantik Aleta Britt dan Tuan Ge Hansen Joost.
"Kalian pikir mengapa Tuan Ge melakukannya?" Laki-laki berambut keriting menyela. Menunjuk siapapun yang ada di depannya sekarang ini. Semua saling pandang, tak terkecuali Luna Skye yang bak orang 'ling-lung' yang kehilangan identitasnya.
Semua tegang. Tak ada yang bisa tersenyum selepas berita itu menyebar luar di masyarakat. Ge Sketchbook Company menghancurkan namanya sendiri.
"Apanya yang kenapa? Tuan Ge jelas ingin menghancurkan V.E.N Group dan anak cabangnya." Gadis bertubuh gempal berjalan maju. Berdiri tepat di depan televisi besar di sudut ruangan. Penggaris panjang kini menunjuk tepat di atas foto wajah gadis cantik yang ada di jajaran dua foto lain di sisi kanan dan kirinya.
"Aleta Britt adalah mantan kekasih Tuan Ge," ucapnya membuat gemuruh suara kembali terdengar.
Luna mengangkat wajahnya. Tak lagi membungkuk selepas mendengar kabar gila itu. Ia tak tahu jikalau Tuan Ge pernah terseret masuk ke dalam hidup aktris cantik bernama Aleta Britt itu.
"Kau serius?!"
"Sangat serius! Kalian lupa pria yang pernah disebutkan tertangkap kamera masuk ke dalam apartemen Aleta?"
"Dia adalah Tuan Ge!"
"Cukup!" Luna menyela semua suara. Sorak sorai saling menyahut satu sama lain kini mulai surut volumenya. Menatap Luna yang mulai bangkit dari tempat duduk di pojok ruangan. Ia menatap satu persatu lawan bicaranya sekarang ini. Benar, Luna hanya cukup menghentikan berita burung itu sejenak. Membiarkan dirinya pergi tanpa ada suara yang masuk ke dalam telinganya lagi.
Luna pernah mendengar kabar itu. Sebuah artikel yang diterbitkan oleh media perihal laki-laki misterius yang datang dan menyambangi apartemen Aleta Britt. Akan tetapi media tak berani menyebut nama Tuan Ge. Seakan seseorang membantunya, berita itu hilang begitu saja selepas satu minggu berjalan.
"Apa nama Tuan Ge disebut waktu itu?" --tunggu ada apa dengan mulut Luna? Bukankah dia hanya perlu pergi sekarang ini? Akan tetapi hatinya memilih untuk sejenak tinggal. Semua tatapan yang diterima olehnya amat sangat tak mengenakkan.
"Ada apa denganmu hari ini, Luna? Kau bertengkar dengan William? Kau sedikit menyebalkan sekarang," tukas seseorang menyela.
Luna menyeringai. "Kalian yang menyebalkan dengan menambah bumbu dari berita yang tak benar."
"Kita hanya membicarakan apa yang sudah—"
"Kalian semua diajarkan benar bagaimana seorang wartawan menulis berita, mengapa masih tak mengerti juga?" Luna menyahut. Tatapan malas ia berikan untuk semua teman yang menatapnya sinis.
"Karena kau diterima di Ge Sketchbook Company, kau jadi membelanya?" Lawan bicara Luna kembali berseru. Kini kalimat tegas nan ketus masuk ke dalam lubang telinga gadis itu. Luna sendirian, sedangkan mereka? Hampir separuh jumlah dari seluruh mahasiswa dan mahasiswi di kelasnya. Jadi berdebat tak akan ada gunanya sekarang.
"Asal kalian tahu saja, aku membenci kerja magang." Luna mengakhiri kalimatnya. Menarik tas kecil yang biasa ia bawa untuk menyimpan buku kemudian berjalan menuju ke luar ruang kelas.
Gadis itu pergi meninggalkan kelasnya. Suasana tak lagi kondusif selepas berita itu tersebar ke penjuru masyarakat. Semua menyalahkan Ge Sketchbook Company, bukan pasal perselingkuhan Aleta namun pasal terbit berita yang bukan menjadi ranah Ge Sketchbook Company. Tak ada ijin kerja sama dengan siapapun, semua berita yang ditulis dengan bumbu berlebih itu murni berasal dari perusahan swasta terbesar yang biasa menerbitkan buku-bukunya yang luar biasa mampu bersaing di dunia literasi internasional itu.
Luna menghela napasnya. Kembali langkahnya terhenti selepas sampai ke lobi kampus. Matanya memandang televisi besar mirip layar lebar yang kini kembali menampilkan wajah Tuan Ge dengan topik yang berbeda. Masyarakat menuntut pria itu untuk naik podium dan angkat bicara soal pelanggaran hak penerbitan berita.
"Luna!" Barend menyela dirinya. Bersama sang kekasih yang mengekori tepat di belakang remaja berambut sedikit ikal itu.
Luna menoleh. Tak sentak meskipun seharunya ia melakukan itu.
"Sedang menonton berita? Tumben." Eva mengimbuhkan. Berdiri di sisi Luna dengan tatapan yang mengarah tepat masuk ke dalam layar televisi.
"Kau pasti menyesal diterima di Ge Sketchbook Company dalam keadaan seperti ini. Saham dan reputasinya akan turun sesaat. Entah satu atau dua bulan bahkan bisa sampai setengah tahun lamanya. Tergantung tindakan Tuan Ge dan respon masyarakat." Kalimat panjang yang keluar dari mulut Eva menarik tatapan Luna gadis itu menoleh. Ia tak mengerti apapun tentang dunia saham dan masalah perusahaan. Sebab dirinya tak tertarik akan hal itu sebelum ini. Namun selepas pertemuannya dengan Tuan Ge, Luna berpikir lain.
... To be Continued ...