Rasa sakit yang dulu menjerat sudah hilang tanpa bekas setelah Rif'an mengalami perjalanan spiritual yang nyata.
Pemuda ini dan Indana berada disatu kamar kecil milik Rif'an kamar yang identik dengan kamar cowok. Namun Rif'an bukan pemuda yang suka memasang poster atau apapun. Cet dindingnya berwarna Abu-abu dan ada stiker kotak putih hitam melingkar ditengah-tengah cet temboknya itu hanya fariasi.
"Ah ...." Rif'an berbaring, "Sudah sini jangan sibuk terus," titah Rif'an, Indana masih tertutup rapat dengan hijabnya dan masih sibuk mengeluarkan baju dari tasnya.
"Dana ... Suamimu memanggil, ingat dosa lo, kalau suami memanggil kamu tetap diam, ayolah, sini," Rif'an kembali meminta.
"Ya Allah nolak dosa, menuruti gempa," ujarnya ringan, Rif'an beranjak dan melangkah maju, Indana berjalan mundur.
"Mari kita nikmati ini," tatapan tajam dari Rif'an mendekat terus menerus sampai Indana sampai bersandar di tembok.