Rif'an tersedu-sedu.
"Indana istriku, maaf ...."
"Aku tidak kasihan, suara tangisan yang lebai, berbicara sesuka hati tanpa dipikirkan, yang dengar merasa sakit hati, lain kalau bicara dusatukan dulu dengan pikiran, ucapanmu sangat menjleb hatiku, dasar!" suara itu mengejutkan Rif'an, Rif'an naik di atas ranjang, menghapus air mata lalu memeluk erat istrinya tanpa ampun.
"Maafkan aku aku sangat menyesal, Dana maaf, Dana, aku luput, maaf makanya tegur aku marahi aku, biar aku tidak tuman, biar aku menjadi sosok yang layak," Rif'an memeluk mengecup sambil berurusan air mata.
"Maaf," Rif'an melepas pelukannya lalu bangun hendak turun dari ranjang, Indana memeluk.
"Mari kita ke kamar kita, tidak baik melakukan itu di kamar Ibu," ucapan Indana sangat mengejutkan, Rif'an terbelalak. "Mau tidak ...." bisiknya menggoda.
"Mau banget," jawab Rif'an membopong istrinya, Indana berpegangan sangat erat lalu mengecup pipi Rif'an berkali-kali.