Setelah berhari-hari tak bisa di hubungi, akhirnya sambungan telepon Silia ke Alya kini tersambung.
"Halo... Alya, kau kemana saja? Kau mematikan ponselmu, aku jadi khawatir." Silia senang akhirnya bisa mendengar suara Alya.
"Oh jadi seperti itu, baiklah aku akan mampir saat istirahat makan siang." Silia menutup teleponnya. Dia sedikit merasa bersalah karena sempat menuduh Alya dalam hati pergi dengan Snapp. Apakah benar sekarang dia jadi mudah cemburu hingga curiga?
Sebelum istirahat makan siang benar-benar tiba, Silia mulai bersiap-siap, dia tidak ingin terlambat ke rumah sakit.
"Alya... bagaimana keadaan mu? Ini ku bawakan makan siang untukmu."
"Silia... aku tidak menyangka jadi datang, aku sengaja tak memberitahu siapapun jika aku sakit, aku tidak ingin semua orang khawatir," gadis dengan rambut pendek itu tersenyum, wajahnya sedikit pucat dan tangannya terlihat kurus.
"Memangnya kau sakit apa?" Silia menarik kursi di sisi brankar, lalu duduk.