Riujin beringsut keluar kamar untuk mengambilkan makanan untuk Ariela. Tak lama kemudian dia kembali dengan sepiring nasi beserta lauk pauknya.
"Astaga... Riujin, kenapa kau mengambil makanan untukku banyak sekali?"
"Aku sengaja, aku ingin makan sepiring berdua dengan mu." Riujin duduk di samping istrinya.
"Kita tidak berdua lagi, Riujin. Tapi bertiga." Ariela melirik ke arah perutnya sendiri.
"Haha... iya, kau benar,kenapa aku bisa melupakannya?" Salah satu tangan Riujin terulur untuk mengusap perut Ariela, "maaf kan ayah, ya, sayang... karena ayah cuma memperhatikan ibu mu dan sering melupakan mu, semoga kau mengerti dan tidak cemburu." Riujin seolah sedang bicara dengan janin yang ada di perut istrinya.
Ariela yang mendengar itu seolah tak bisa menahan tawa geli nya, "memangnya dia bisa mendengar mu? Kau ada-ada saja,dus bahkan belum genap tiga bulan." Jelas Ariela.