"Sudah kak, cukup kak, aku tidak mau orang-orang yang melihat salah paham bahwa kita adalah kakak adik yang sangat dekat. Menjauh lah dariku. Sebenarnya aku malu harus mengakui mu sebagai sodara." Nero mendorong tubuh Ariela darinya.
"Benarkah?" Ariela menatap jahil, lalu melingkarkan tangannya di tangan Nero dan menyandarkannya di bahu Nero. "Nanti... sebelum aku menikah, aku akan mentraktir kau dan Amera."
"Menjauhlah," Nero mendorong tubuh Ariela dari bahunya, "aku mau masuk!"
Nero berdiri meninggalkan taman dan Ariela mengikutinya. Menggelayutkan tangannya di lengan Nero dengan manja meskipun pria itu terus menyuruhnya untuk menjauh.
***
Hari yang di tunggu-tunggu Ariela akhirnya tiba juga. Cemas, khawatir, gelisah sudah membungkus dirinya. Sejak tadi pagi kakinya tidak bisa berhenti mondar-mandir melicinkan lantai kamarnya.
Ceklek!
Dia menatap pintu kamarnya yang terbuka, ayahnya terlihat memasuki kamarnya dan duduk di tepi tempat tidurnya.