Tas di tangan Ariela langsung terjatuh, dua tak punya tenaga untuk menentengnya. Riujin yang mengetahui itu langsung menoleh ke belakang.
"Ariela..."
"Riujin..."
Ariela mematung dengan pikirannya sendiri hingga Silia menghampirinya. Air mata menetes di pipinya.
"Sayang..." Silia mengusap air mata yang menetes pipi putrinya.
"Aku mau ke kamar dulu, Bu." Pamit Ariela.
"Kak Ariela, tunggu!" Amera segera berlari kecil menghampiri Ariela. "Kakak harus dengar dulu semuanya." Amera menduga mungkin saja kakaknya itu telah salah paham.
Ariela memejamksn matanya mencoba menahan air matanya, namun dia sama sekali tak berhasil. Yang terjadi malah sebaliknya, air mata itu mengalir lebih deras.
"Kak, kak Riujin kemari untuk melamar kak Ariela." Ujar Amera.
Ariela membuka matanya dan menatap sang adik, untuk memastikan pendengarannya.
Amera mengangguk, "kak Riujin datang untuk mu, kak."
"Amera...."