Ariela pura-pura memalingkan wajah ketika Riujin melirik ke arahnya sekilas. Pria itu pun memilih melanjutkan lari pagi bersama Amera.
Ariela menatapi punggung mereka yang mulai menjauh, dan tiba-tiba perasaanya menjadi sendu. Baru kali ini dia mengalami perasaan cinta serumit ini, baru kali ini dia tidak bisa leluasa dengan perasaanya sendiri.
Antara keinginan menggenggam dan melepaskan, perasaan ini begitu menyiksa.
Tak lama kemudian terdengar suara ponsel berdering, Ariela tersentak dan segera mencari sumber suara, dia menemukan benda pipih itu di atas nakas dan melihat ada panggilan masuk dari Riujin.
Ada apa pria itu menelponnya? Bukan kah dia sedang bersama Amera? Batin Ariela.
Dengan ragu dia segera menggeser tombol hijau di layar dan panggilannya pun tersambung.
"Halo...."
"Aku sudah melakukan apa yang kau ingin kan, apa kau senang sekarang?" Ujar Riujin di ujung sana. Meskipun dia mengatakannya dengan tenggorokan yang terasa tercekat.
