Ariela mengusap air matanya yang masih tersisa di pipi dengan kasar, sekuat tenaga dia berusaha agar air mata itu tidak lagi menetes keluar.
Dengan perasaan yang tak bisa di lukisan dengan kata-kata, Ariela berangsur keluar, meninggalkan kamar inap pria yang telah mencabik-cabik hatinya.
Namun saat sudah berada di tengah-tengah koridor, air matanya tiba-tiba meluncur keluar tanpa bisa dia bendung. Ada tikaman tak kasat mata yang membuat hatinya begitu terluka dan kecewa.
Diego Armando, pria yang dulu menjadi kebanggaannya, pria yang pernah menjadi dunianya, tempat dia menumpahkan segala harapan, cinta, rindu dan impian hidup bersama di masa depan. Dalam sekejap saja menjadi pria asing yang meninggalkan kenangan menjijikkan berupa penghianatan.