Demi menyenangkan hati putri sulungnya, Silia mengangguk seraya tersenyum, "ya... ayah mu juga tampan seperti paman Nero."
Mendengar itu Ariela turut tersenyum, "ibu ... bolehkah aku melihat bagaimana rupa ayah ku? Apa ibu punya fotonya?"
Silia terdiam, sepertinya dia harus segera mengalihkan perhatian Ariela, dan kebetulan sekali suara bel di depan rumah mereka berbunyi. "Ah... itu sepertinya pesanan makanan kita sudah datang." Ujar Silia.
"Baiklah, biar aku saja yang buka kan pintu, mungkin bibi Rima dan Amera, juga kak Mey sudah tidur." Ariela segera beranjak dari duduknya dan beringsut melangkah ke pintu utama.
Namun tatapannya berubah terkejut, saat mendapati pria yang kini sudah berdiri di balik pintu.
"Ariela sayang...." Pria itu tampak senang melihat Ariela yang tengah membukakan pintu untuknya.
Ariela ingat, itu adalah pria yang waktu itu sempat datang ke rumah sebulan yang lalu. "Paman?"