Nero datang pada Snapp dengan wajah berantakan, pria di atas brankar itu masih memejamkan matanya damai. Dengan langkah gontai Nero mendekat ke sisi brankar, menarik kursi dan duduk. "Snapp..." Panggilnya dengan perasaan sedih, "maafkan aku." Kini bahkan bola matanya mulai berkaca-kaca, "aku telah... menyentuh Silia mu, aku tidak berdaya, keadaan saat itu begitu memaksa, maaf kan aku," ucap Nero yang kini mulai tergugu.
Indra pendegaran Snapp sayup-sayup menangkap suara orang menangis, perlahan di jadi membuka mata terbangun. Dia melihat Nero sudah ada di sisinya, menenggelamkan wajahnya sendiri di balik tangannya. Ada apa dengan pria ini? Batinnya.
"Ne-ro..." Panggil Snapp dengan suara terbata.
Pria itu terhenyak, dan seketika mendongak, dia buru-buru mengusap sisa air matanya dengan kasar. "Hai... Snapp, kau sudah bangun? Apa kau sedang pura-pura tidur tadi?" Nero tertawa kecil pura-pura berkelakar.