Silia tidak tahu ada di mana. Dia hanya berjalan mengelilingi kota, dengan menaiki satu busway ke busway lainnya. Hanya untuk meredakan hatinya yang seolah remuk redam. Ponselnya sengaja ia matikan sejak keluar dari hotel tempatnya bersama pria tak di kenalnya. Entah sudah berapa orang melihatnya, mungkin mereka berpikir bahwa Silia terlihat seperti orang yang menyedihkan dan mengenaskan. Tepat hampir jam lima sore, dan merasa sangat kelelahan, Silia akhirnya kembali pulang ke rumahnya. Sekarang pikiran dan perasaanya sedang kalut, tapi dia harus kembali demi Ariela. Dia tidak boleh mengikuti emosinya. Kejadian di hotel tadi seolah masih menghantuinya.