Begitu Silia menjejakkan kakinya di dalam gedung, musik terdengar berdentam dengan cukup keras di lantai atas, lampu redup warna warni tampak mendominasi ruangan. Silia celingukan, dia tidak tahu harus pergi kemana, tempat ini penuh dengan aura negatif. Orang-orang yang datang ke sini jelas hanya ingin bersenang-senang.
Silia masih berdiri mematung, ragu untuk menaiki anak tangga menuju ke atas. Tapi saat teringat wajah bibi Rima, juga mengingat uang tabungannya yang hanya tersisa sedikit, dia harus lebih menguatkan tekadnya lagi.
Saat kakinya sudah tiba di lantai atas, suara musik itu terdengar semakin keras, dan ruangan sebelah di seberang sebelah kanan, kini tampak terbuka, terdapat meja bar, lantai berdansa, juga sofa yang bersekat-sekat untuk mereka yang ingin sekedar duduk-duduk dan minum-minum.
Silia kembali celingukan, kemana dia harus mencari pria yang mengiterview-nya tadi siang, dia sudah mencoba ke ruangan nya, tapi pintu ruangan itu sepertinya terkunci.