Lagipula pernikahan mereka hanya di bangun di atas sebuah kesepakatan, seharusnya tidak boleh timbul cinta di dalamnya. Silia tidak ingin menjadikan hatinya menjadi lemah lagi. Dia harus menguatkan diri, tidak ada yang boleh melihat kesedihannya selain dirinya sendiri, dan dia meyakinkan dirinya sendiri, dia melakukan ini hanya sebagai bentuk dari rasa kemanusiaan, tidak lebih.
Namun sorot matanya seolah tak bisa berbohong, ada banyak kesedihan dan kesakitan di dalam sana, bagaimana pun caranya Silia menutupinya, semua akan terlihat dari sana, karena mata adalah jendela hati.
Dia hanya di perbolehkan melihat Snapp dari kaca jendela besar yang ada di ruangan ICU tersebut.
Dia melihat pria itu terbaring lemah di atas brankar, dengan alat-alat kesehatan yang menempel hampir di sekujur tubuhnya, mulut dan hidungnya terdapat selang oksigen, sedangkan kepalanya tampak di perban.