Setelah selesai dia yang sudah tahu kalau Goa tersebut sudah dipagari gaib oleh Eyang Candra, lalu Wira terlihat duduk bersemedi untuk sekedar membaca mantra.
Dan begitu Candra selesai membaca mantra nya tiba-tiba dari mulut Goa terlihat ada asap putih tipis yang keluar dari dinding mulut Goa. Asap tersebut terus keluar dan mengumpul di tengah.
Semakin lama semakin banyak asap yang terkumpul, dan akhirnya secara ajaib tiba-tiba asap putih itu membentuk seperti seekor naga putih yang sangat besar.
Wira tahu kalau naga putih itu penjaga pintu goa, dia memperhatikan sekitar merasa aman, dia pun segera melangkah masuk ke dalam Goa, dan begitu sampai di ruangan tempat jasad Eyang Candrawara berada, Wira melihat ada seorang laki-laki yang sedang tergeletak tidur di lantai.
'Oh ... ini rupanya pendekar yang di maksud oleh Eyang, kasihan sekali. Dia terlihat sudah kumuh sekali, rambut, jenggot dan kumisnya juga sudah memanjang,' ucap Wira dalam hati.
'Dia nampaknya benar-benar tidur dan sama sekali tidak mengetahui kedatanganku. Yah ... lebih baik orang ini segera aku bangunkan saja.'
Kemudian Wira pun segera duduk berjongkok di samping pendekar itu, ya ternyata dia Jaka. Jaka tidak dapat kekuar dari goa itu, Jaka yang sedang tidur dengan pulasnya itu dan langsung membangunkannya.
"Pak ... bangun Pak ... Pak tua ... bangun ..." ujar Wira sambil memegang kaki orang tua yang tidak lain adalah Jaka si pendekar malang.
"Eeeh ..." suara Jaka. Dia terlihat memanjangkan tubuhnya untuk sekedar meregangkan otot-otot.
Dan begitu mendengar suara yang memanggilnya, dia pun segera bangkit dan duduk. Lalu antara percaya dan tidak begitu dia membuka matanya, Jaka melihat ada seseorang pemuda dengan muka menyeramkan.
"Oh, siapakah engkau? Demit ataukah jin?" tanya Jaka sambil meloncat mundur.
Dia memang nampak ketakutan melihat Wira.
"Bukan Pak, saya bukan setan atau demit, saya manusia biasa seperti Pak tua, jangan takut Pak tua ..." ujar Wira mencoba menenangkan Jaka.
Sesaat Jaka memandangi Wira sambil melangkah mundur dan merapatkan tubuhnya ke dinding Goa.
"Tenang Pak tua... jangan takut, saya akan menolong mu," ujar Wira nampak meyakinkan Jaka.
"Perkenalkan namaku Wira, nama Pak tua siapa?" ujar Wira sambil mengulurkan tangan.
"Namaku Jaka," jawab Jaka yang masih terlihat agak ketakutan dengan Wira karena sudah lama ia tidak melihat manusia.
'Ini orang pasti bukan orang sembarangan, karena dia bisa masuk melewati pintu gaib Goa,' ucap hati Jaka sambil menatap Wira.
"Siapa sebenarnya Tuan ini? Pasti Tuan bukanlah orang sembarangan? Tuan pasti pendekar yang sangat sakti."
"Bukan Tuan Jaka, saya bukanlah pendekar sakti seperti yang Tuan kira, saya adalah orang biasa yang tinggal di desa Janggir yang ada di kaki gunung rawa ini," terang Wira.
"Saya tidak percaya kalau Tuan ini bukan pendekar, karena kalau bukan pendekar mana mungkin Tuan bisa membuka pintu gaib Goa ini."
"Hmmm..." Wira nampak tersenyum mendengar penuturan Jaka.
"Ya terserah Tuan sajalah mau menganggap aku seperti apa, tapi yang jelas saat ini Tuan mau keluar dari Goa ini apa enggak?" terang Wira bertanya.
"Iya Tuan Wira saya mau keluar dari sini, dan saya berterimakasih karena akhirnya Tuan lah yang bisa menyelamatkan saya dari penderitaan terkurung di dalam Goa ini, andai saja gak ada Tuan saya sudah pasti akan terkubur selama-lamanya disini."
"Kalau begitu sekarang Tuan Jaka silakan keluar dari dalam Goa ini."
"Baiklah saya akan keluar dari dalam Goa ini sekarang."
Lalu Jaka pun segera melangkah pergi meninggalkan ruangan Goa, sementara itu Wira terlihat berjalan mendekati mayat Eyang Candrawara dan lalu mencium kening mayat mustika sakti itu.
Dan ternyata Jaka belum meninggalkan ruangan itu, dia malah berhenti dan memperhatikan Wira yang sedang memeluk dan mencium mayat sakti itu.
"Oh, benar dugaan ku, orang ini memang bukan orang sembarangan, dia bisa menyentuh dan bahkan memeluk mayat sakti itu, padahal aku saja selama bertahun-tahun berada disini belum pernah bisa menyentuhnya apalagi sampai mencium. Aku harus cari tau siapa sebenarnya dia ini?" ujar Jaka bertanya pada dirinya sendiri.
Begitu melihat Wira mau melangkah pergi Jaka pun segera bergegas berjalan keluar menuju mulut Goa, dan begitu sampai di mulut Goa dia mengulurkan tangannya untuk memastikan bahwa pintu gaib itu telah benar-benar terbuka.
"Oh ... benar-benar luar biasa orang itu, aku sekarang bisa keluar. Aku bebaaasss ... huhui ..." teriak dan sorak Jaka kegirangan.
Dan Begitu Wira juga sudah keluar dia cuma bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Jaka itu, setelah berhenti sesaat dia pun segera pergi meninggalkan Jaka.
Sementara Jaka yang masih jingkrak-jingkrak kegirangan itu mengira kalau Wira masih berada di dalam Goa dan belum keluar, dan setelah dirasa cukup lama dia menunggu akhirnya Jaka pun berkata,
"Kok lama betul Tuan Wira itu keluarnya? Ah coba saja aku lihat, jangan-jangan dia malah ketiduran di dalam Goa?"
Akhirnya Jaka pun kembali menuju mulut Goa dan begitu dia mau masuk tiba-tiba dia kembali terbentur dan terpental dengan pagar gaib itu.
"Waduh ... ternyata pagar gaib ini telah terpasang lagi, terus kemana perginya Tuan Wira itu tadi?"
Lalu Wira pun segera bergegas pergi menyusuri jalan setapak turun dari lereng gunung, dengan menggunakan kesaktian yang dimiliki akhirnya dia pun bisa menyusul Wira yang nampak masih berjalan santai seperti pada umumnya.
Namun, langkah jaka terhenti, dia memilih tidak lagi mengikuti Wira.