Chereads / Pendekar Mayat Bertuah / Chapter 7 - Turunnya Tahta

Chapter 7 - Turunnya Tahta

Untuk mewujudkannya itu nampak Arya Diputra mengundang Raja Dharma kerumahnya yaitu Istana Kepatihan untuk melakukan minum-minuman keras dengan ditemani beberapa perempuan cantik panggilan, dan sudah bisa ditebak dengan umpan seperti itu Raja Dharma pun langsung datang, lalu setelah Raja muda itu tiba di Istana Kepatihan maka dengan segera Arya Diputra pun langsung menyuguhi minuman keras pada Raja muda itu.

"Ayo cepat suguhi Dharma dengan minuman ini," ujar Arya Diputra memerintah kepada dua orang wanita panggilan.

"Untuk satu orang dengan minuman sebanyak ini Tuan?" tanya salah seorang wanita itu nampak merasa heran.

"Iyaa, biarlah ... dia itu pemabuk kelas berat, kalau hanya minuman biasa dia tidak akan mau, sudahlah ikuti saja semua arahan dariku ini," ujar Arya Diputra nampak berusaha meyakinkan pada dua orang wanita panggilan itu.

Lalu mereka berdua pun langsung bergegas mendekati Prabu Dharma yang memang sudah menunggunya di salah satu ruangan yang terbilang cukup tertutup.

"Ayo cantik ... cepat bawa kemari minumannya ...!" panggil Prabu Dharma sambil melambaikan tangannya, dan nampak dua wanita itupun lebih mempercepat langkahnya.

"Ini Gusti Prabu ... silahkan diminum araknya ...." ujar kedua wanita cantik itu sambil berlagak malu-malu.

"Lho mau kemana kalian ...? Sudah sini temani aku minum ...! Apakah kamu belum pernah melayaniku sebelum ini? Hem?" tanya Prabu Dharma sambil menatap wajah dua wanita cantik itu secara bergantian. Dan lagi-lagi mereka berdua nampak memperlihatkan ekspresi manjanya yang memang sudah disuruh oleh Arya Diputra untuk bersikap seperti itu.

"Belum pernah Gusti Prabu Dharma ... hamba berdua ini memang baru pertama kali ini dipanggil oleh Gusti Patih Diputra," jawab salah satunya.

"Oh ... begitu ...? Goblok banget Paman Diputra itu! Ada wanita cantik seperti ini kok malah di anggurin," sahut Prabu Dharma menimpali ucapan wanita itu.

Lalu mereka berdua pun langsung melayani Raja Dharma bersenang-senang hingga sampai melakukan hubungan intim ditempat itu juga. Adapun sang Tuan rumah Arya Diputra nampak sedang memantau dari arah yang tidak jauh dari tempat itu.

"Ayo Dharma ... puaskan lah sesukamu, karena bisa jadi ini adalah adegan cabulmu untuk yang terakhir kalinya, karena habis ini kamu akan aku jadikan hewan piaraan untuk menghiburku ... hehehe ..."

Lalu setelah beberapa saat kemudian nampak Raja itu benar-benar sudah terkapar dalam kepuasan, dia saat ini sedang tertidur dalam keadaan mabok, sebuah tidur yang bisa dibilang seperti orang yang sedang pingsan, dan begitu merasa umpannya itu sudah mengenai sasaran akhirnya Arya Diputra pun langsung memanggil dua orang Prajurit untuk membawa tubuh Raja Dharma ke dalam kandang kuda yang berada di halaman belakang Istana Kepatihan.

"Ayo-ayo ... kamu pegang tangannya aku kakinya," ujar salah satu prajurit, namun begitu tubuh Raja Dharma hendak diangkat tiba-tiba saja Arya Diputra langsung mencegahnya.

"Hei, hei! Jangan diangkat ...!" ucap Arya Diputra dengan suara yang cukup tinggi.

"Eh, maaf Gusti Patih Diputra ... terus kalau tidak diangkat harusnya bagaimana ...?" sahut dua prajurit itu balik bertanya.

"Seret! Sudah seret saja manusia bodoh itu! Cepat seret dan bawa ke kandang kuda, dan ikat masing-masing tangan dan kedua kakinya sendiri-sendiri, dan jangan lupa gembok rantainya terus kuncinya bawa kemari berikan padaku!" terang Arya Diputra memberi arahan.

"Baik Gusti Patih Diputra," ucap dua Prajurit itu, namun lagi-lagi langsung dipotong oleh Arya Diputra.

"Eits! Kamu mulai saat ini jangan panggil aku dengan sebutan Gusti Patih! Tapi panggil aku Gusti Prabu Arya Diputra ... mengerti? Hahahaha ... hahahaha ....! Karena saat ini aku telah resmi menjadi Raja, akulah saat ini yang menjadi pemimpin di ini, dengarkan itu!" ucap Arya Diputra dengan tegas.

"Baik Gusti Prabu Arya Diputra ... akan segera kami laksanakan titah Gusti Prabu ..." sahut dua prajurit itu.

"Eits! Kamu mulai saat ini jangan panggil aku dengan sebutan Gusti Patih! Tapi panggil aku Gusti Prabu Arya Diputra ... mengerti? Hahahaha ... hahahaha ....! Karena saat ini aku telah resmi menjadi Raja, akulah saat ini yang menjadi pemimpin di kota ini, dengarkan itu!" ucap Arya Diputra dengan tegas.

"Baik Gusti Prabu Arya Diputra ... akan segera kami laksanakan titah Gusti Prabu ..." sahut dua prajurit itu. Dan memang benar akhirnya Raja itu pun langsung diseret oleh dua orang Prajurit itu ke tempat kandang kuda dan kemudian langsung diikat dengan rantai yang cukup besar di tiap masing-masing kaki dan kedua tangannya.

Lalu mulai saat itulah akhirnya Arya Diputra pun langsung menobatkan dirinya sendiri sebagai Raja baru di Kerajaan ini mendongkel kepemimpinan Raja Dharma, dan karena hampir seluruh punggawa Kerajaan yang ada saat itu juga merupakan bentukan dari Arya Diputra sendiri maka begitu ia memproklamirkan dirinya sebagai Raja yang baru maka mereka para punggawa pun langsung menerimanya dengan tanpa adanya pertentangan sedikit pun.

Adapun Raja Dharma saat ini seperti telah menuai hasil perbuatannya selama ini, dia memang terlalu lemah untuk menjadi seorang pemimpin, sehingga dia tidak menyadari bahwa apa yang selama ini dilakukan Arya Diputra sebenarnya hanya sebuah tipu daya belaka, karena pada akhirnya secara terang-terangan Arya Diputra telah melucuti Mahkotanya dan memperlakukannya seperti seekor singa, yah singa yang telah dipreteli cakar dan taringnya, sehingga saat ini tidak ada yang bisa Dharma lakukan kecuali hanya mengaum-ngaum tanpa ada yang merasa perduli apalagi takut.