Satu hari berlalu dengan tenang bagi seorang Rey karena Sandi belum mengeluh tentang berat badannya setelah memakan begitu banyak makanan sehari yang lalu. Lelaki tampan itu menjadi berasumsi bahwa tidak ada yang terjadi dengan berat badan Sandi karena jika berat badan lelaki manis itu bertambah, maka telinga Rey tidak akan selamat dari omelan lelaki manis itu sampai telinganya panas.
Lelaki tampan itu terlihat Santai duduk diatas motornya yang terparkir didepan gerbang rumah Sandi menunggu lelaki manis itu keluar dari dalam rumahnya. Sudah dua hari ini Rey tepat waktu menunggu Sandi didepan rumah lelaki manis itu karena tidak mau mengulang kejadian hari senin kemarin. Rey menunggu Sandi sambil memainkan ponselnya untuk menghilangkan rasa bosan yang melanda karena Sandi tidak kunjung keluar dari dalam rumahnya tanpa tahu apa yang sedang terjadi didalam rumah tersebut.
♠
Didalam rumah Sandi, lelaki manis itu sedang cemberut sambil memakan dua roti yang sudah ia olesi dengan selai. Tak lupa ia meminum susu yang ada diatas meja samping piringnya tanpa menyentuh nasi dan lauk pauk yang dimasak ibunya sedikitpun. Kedua orang tua Sandi pun menatap lelaki manis itu dengan penuh tanda tanya karena tidak biasanya anak manis mereka hanya memakan roti dan susu dipagi hari ini.
"sayang, kenapa kau tidak makan nasi?" tanya ibu Sandi akhirnya.
"ini saja sudah cukup ma" jawab Sandi sambil menghabiskan segelas susunya.
"iya kenapa?" tanya ayahnya kemudian.
"berat badanku naik" jawab Sandi dengan jengkel. Kedua orang tuanya itu saling pandang dan sedikit terkikik mendengar jawaban anaknya. Hal itu membuat Sandi makin merasa jengkel.
"ini semua karena Rey…berat badanku naik" kesal Sandi sambil pergi dari ruang makan dan menyisakan kedua orang tuanya yang saling tatap dan kemudian tertawa.
"aku pikir ada apa..Cuma berat badan naik" kata ayah Sandi yang diangguki oleh istrinya sambil masih tertawa karena melihat wajah Sandi yang lucu saat merasa jengkel.
Lelaki manis itu keluar dari dalam rumahnya dengan terus mengumpat tak jelas dan menyebut nama Rey diumpatannya tersebut. Sandi membuka pintu gerbang rumahnya dan melihat Rey yang duduk diatas motor sambil memainkan ponselnya.
Plak.
"auw" teriak Rey sambil memegangi bahu kirinya yang idpukul oleh Sandi.
"kenapa kau memukulku? itu sakit" Rey mengusap-usap bahu yang jadi sasaran gepukan Sandi tadi.
"itu tidak sepadan dengan yang aku rasakan" jawab Sandi kesal.
"kenapa?" Rey memberikan helm kepada Sandi dan langsung diambil dengan cepat oleh lelaki manis itu.
"kau membuat berat badanku naik"
"a-apa?" tanya Rey yang setengah tidak mendengarkan perkataan Sandi.
"kau membuat berat badanku naik, bodoh!!"
"hahaha aku pikir kenapa ternyata berat ba-APA? BERAT BADANMU NAIK!"
Plak.
"jangan terlalu keras bodoh!"
"sakit, San"
"rasakan itu…berat badanku jadi naik karena kau tidak melarangku makan-"
"aku sudah melarangmu" protes Rey.
"diam! aku sedang bicara" Sandi naik keatas motor Rey sambil mengomel "aku tetap menyalahkanmu karena berat badanku naik jadi aku harus mulai diet lagi dari awal…itu menyebalkan padahal berat badanku sudah turun 6kg dan sekarang naik 3kg itu karena kau tidak melarangku saat aku makan banyak..bla bla bla"
Rey yang mendengar omelan Sandi itupun hanya bisa menghela nafas dan melajukan motornya kearah sekolah mereka sambil mendengarkan omelan Sandi. Inilah yang dimaksud Rey tentang telinganya yang akan terasa panas karena omelan Sandi. Lelaki manis itu jika mengomel tidak akan ada habisnya dan itu membuat Rey merasa muak mendengarnya. Ia bertaruh bahwa lelaki manis itu akan terus mengomel sepanjang hari ketika ia ada bersamanya.
♦
Sampai di sekolah, Sandi masih terus mengomel tentang berat badan, diet, Rey dan lari pagi. Rey terus mendengarkan omelan tersebut sampai mereka berdua berjalan dikoridor sekolah dan dilihat oleh siswa/wi lain yang ada dikoridor tersebut. Sandi tidak peduli mereka mendengar omelannya atau tidak karena itu bukan urusan mereka yang jelas ia tidak mengatakan 'berat badan' itu saja.
"ok, San sudah ya ngomelnya…kita berpisah disini" Rey berkata sambil menangkup wajah Sandi dengan kedua tangannya dan hal itu membuat beberapa siswi yang melihatnya histeris dan tak jarang dari mereka yang mengambil gambar.
"baik, awas saja jika kau tidak mendengarkan apa yang aku katakan" Sandi menepis kedua tangan Rey yang ada dipipinya. Lalu lelaki tampan itu tersenyum.
"tentu saja aku mendengarkan" Rey mengusak rambut Sandi dan membuat lelaki manis itu mencebik kesal.
"sudah pergi sana" usir Sandi dan keduanya mulai berpisah ditangga yang selalu menjadi tempat Rey menunggu Sandi turun dari kelasnya. Rey berjalan dengan santai menuju kelasnya sambil memasukkan tangannya didalam saku celana seragamnya.
"hah rasanya telingaku panas" Rey mengoral telinganya yang terasa panas ketika mendengarkan omelan Sandi tadi. Itulah sebabnya Rey selalu mengingatkan Sandi tentang makanan karena jika tidak, berat badan lelaki manis itu akan naik dan ia juga yang disalahkan oleh Sandi. Tapi, ketika diperingatkan lelaki manis itu akan berkata 'sudah diamlah..aku ingin makan semuanya' atau 'aku sedang dalam mood yang tidak baik' yang membuatnya tetap mendapat omelan ketika berat badan lelaki manis itu naik. Lelaki tampan itu heran kenapa Sandi begitu mempermasalahkan berat badannya padahal menurutnya berat badan Sandi tidak terlalu gemuk dan tidak memerlukan diet yang berlebihan.
"padahal tanpa dietpun dia sudah menarik" gumam Rey sambil tersenyum membayangkan wajah Sandi yang manis itu.
♣
Pulang sekolah, Rey tidak menunggu Sandi ditangga biasanya ia menunggu. Kali ini lelaki tampan itu menunggu lelaki manis itu diparkiran sambil duduk diatas motor dengan bermain game diponselnya.
♣
Sandi keluar dari dalam kelas bersama ketiga temannya. Mereka masih tetap sama berjalan santai sambil bercanda gurau. Tapi, itu berlaku untuk Lian, Gilang dan Aldi karena Sandi berjalan dengan wajah yang masih tertekuk sepanjang hari ini. Ketiga temannya itu saling tatap dan melihat kearah Sandi yang terus berjalan.
"dia kenapa?" tanya Gilang. Lian dan Aldi dengan kompak mengedikkan bahu mereka, pertanda jika kedua lelaki itu tidak tahu apa yang terjadi kepada Sandi.
"hah kalian tidak asyik" kata Galih sambl melepas rangkulannya dari Aldi dan Lian. Ia berjalan agak cepat untuk menyusul sandi yang sudah beberapa langkah didepan mereka. Gilang yang memiliki tubuh tinggi diantara ketiganya itupun merangkul pundak Sandi ketika sudah menyamai langkah lelaki manis itu. Hal itu membuat Sandi sedikit berjengit karena terkejut dan Gilang langsung bergumam kata maaf padanya yang diangguki oleh Sandi.
Sedangkan Lian dan Aldi yang ditinggal kedua temannya itupun saling tatap satu sama lain dan menyusul keduanya dengan berjalan santai sambil mengobrol ringan.
"kenapa kau diam saja sejak tadi?" tanya Gilang pada Sandi.
"tidak…tidak apa-apa" jawab Sandi.
"hey ayolah..kau bisa bilang padaku ada apa?"
"hah…aku sedang kesal"
"kesal, tapi wajak tertekuk..aneh"
"berat badanku naik" rengek Sandi sambil memasang wajah sedih dengan melihat kearah Gilang.
Gilang yang mendengar rengekan Sandi itupun shock sesaat.
"aih imutnya" katanya sambil mencubit kedua pipi Sandi yang agak gembul sambil menggoyang-goyangkannya kekanan dan kiri. Aldi dan Lian yang melihat keduanya seperti itupun melangkahkan kakinya dengan cepat kearah Sandi dan Giang berada.
"aish..sakit tauk" kesal Sandi sambil menepis tangan Gilang yang mencubit pipinya.
"ada apa?" tanya Lian.
"dia, berat badannya naik"
"YAK!" perkataan Gilang mendapat delikan dan kekesalan dari seorang Sandi.
"naik berapa?" tanya Aldi.
"kalian menyebalkan…" bukannya menjawab Sandi malah marah dan meninggalkan ketiga temannya yang saling tatap dan mengedikkan bahu bersama. Aldi yang tidak tahu dimana letak kesalahan pertanyaannya itupun memanggil nama Sandi berkali-kali agar lelaki manis itu berhenti berjalan.
"hey, San tunggu kami" kata Aldi.
"kalian menyebalkan"
"aku hanya bertanya kenapa kau marah?"
Sandi berhenti dan menoleh kepada tiga temannya yang juga ikut berhenti saat melihat lelaki manis itu berhenti.
"karena kau tanya berat badanku naik berapa" Sandi berkata dengan wajah yang tampak kesal.
"oh.." ketiga temannya itu dengan kompak menjawab 'oh' bersama. Sandi mendelikkan matanya ketika mendengar 'oh' dari ketiga temannya itu. Sungguh menyebalkan dan kenapa juga ia harus bilang kepada Gilang kalau berat badannya naik.
"arghh menyebalkan….ini semua karena Rey bodoh itu"
Lagi-lagi ketiga temannya itu saling tatap satu sama lain ketika mendengar perkataan Sandi dan mereka juga mengedikkan bahu untuk kesekian kalinya. Mereka benar tidak tahu jika sebegitu masalahnya berat badan Sandi jika mengalami kenaikan. Mungkin mereka tidak akan bertanya lagi tentang berat badan kepada Sandi jika lelaki manis itu mengalami kenaikan berat badan.
Ketiga lelaki itu kemudian melihat Sandi yang berjalan dengan cepat menuju kearah parkiran.