"Tapi kamu bener-benar kelihatan bermasalah." Marisa pun mengelus kedua pundak puterinya pelan. "Cerita dong, Sayang. Mama kan enggak mungkin diem aja selamanya? Even kamu enggak nyaman ditanyain kayak gini."
Awalnya, Rara hanya diam dan memandangi raut wajah sang ibu. Namun, semakin lama … dia pun tak tahan juga.
BRUGH!
"Mama …." gumam Rara dengan isakan. Gadis itu mengubur wajah ke dada ibu seolah menyusut kembali menjadi bayi. "Mama, I'm so sorry. I can't handle this anymore … hiks … hiks … hiks …." keluhnya penuh beban berat. "Aku udah ngecewain Mama sama Papa. Aku tolol banget enggak tahan sama hal seperti ini. Dan, aku masih sangat telat dewasa."
Meski diam, Marisa sebenarnya paham apa saja masalah yang dihadapi puterinya. Bagaimana pun dia seorang ibu. Maka meski rasanya sakit sekali, tetapi tangis Rara tetaplah hal yang paling sulit dia terima.