Chereads / Descendants of the Arcangel / Chapter 3 - Pria Misterius (1)

Chapter 3 - Pria Misterius (1)

Ramos berdiri di balkon kamarnya yang langsung disuguhi pemandangan hutan Blakeley. Kedua tangannya mencengkram besi pembatas. Menatap lurus ke arah sana dengan pikiran yang berkelana.

Tanpa sadar dirinya mendengus mengingat bagaimana ia bisa menjadi pemimpin kerajaan Nephium. Saat itu ia tengah bersantai di kamarnya setelah melakukan perjalanan pemburuan. Sampai seorang kasim berteriak bahwa raja dan ratu pemimpin Nephium memasuki kediamannya.

Ramos beranjak dari tempatnya. "Tumben sekali adikku ini menghampiri kediaman, Kakaknya," cibir Ramos yang sudah mempersilahkan mereka duduk.

Carl memutar bola matanya malas. Meskipun ia tahu bahwa setelah menikahi adik dari Ramos, maka status kekeluargaan ia menjadi adiknya. Tetapi tetap saja, ia tak suka.

"Langsung saja, aku akan pergi ke dunia manusia," ucap Carl seraya menatap Ramos yang kini sudah menimang putri kecilnya.

"Ya, silakan saja." Ramos menjawab sekenanya, ia sibuk mengecup permukaan wajah bayi cantik dalam gendongannya.

"Selamanya. Dan aku akan menyerahkan tahtaku padamu. Oh, ya, aku sudah mengurus ini bersama para tetua juga."

Mendengar itu seketika tubuh Ramos membeku, Amber yang melihat reaksi kakaknya itu mengulurkan tangannya untuk mengambil alih anaknya. Kemudian tangannya terulur mengusap punggung lebarnya.

"Why? Kenapa aku?!" pekiknya tertahan seraya meremas rambut blondenya frustasi.

"Karena aku percaya padamu, Ram. Dan kau tenang saja selama aku masih bernapas aku akan membantu di belakangmu," ucap Carl dengan tenang.

Ramos memijat pangkal hidungnya, terasa pening mendengar berita besar yang tak ingin ia alami dalam hidupnya. Terjun dalam dunia pemerintahan itu terlalu membosankan.

"Tapi ... tunggu, kenapa kau ingin ke sana dengan jangka waktu yang lama? Hingga menyerahkan tahtamu padaku?" tanya Ramos dengan mengerutkan dahi bingung.

Amber yang sedari tadi terdiam itu berkata, "Ada beberapa hal yang tak perlu kau ketahui, Kak."

"Hei! Apa kau tak percaya padaku? Aku Kakakmu!" dengus Ramos dengan decakan lidah menahan kesal.

"Kau akan mengetahuinya nanti."

Sampai suara lembut istrinya menyadarkannya kembali. Ramos menoleh, ia menyeringai kecil saat mendapati Emily memakai piyama tipis berwarna putih yang memperlihatkan lekuk tubuhnya, tanpa sadar ia menyandarkan punggungnya.

"Ada apa, hm?" tanya Ramos yang dijawab pelukan hangat Emily.

Wanita itu menghirup bau Ramos dalam. Ramos menggeleng memaklumi tingkah istrinya yang tengah mengandung itu. Ia mengelus surai cokelat Emily kemudian mengecup puncak kepalanya.

Emily melepas pelukannya, kemudian menatap sayu ke kedua manik hijau Ramos.

"Sepertinya anak kita merindukan kunjungan Ayahnya," ucap Emily dengan kedua pipi yang merona.

Ramos terkekeh, tanpa aba-aba ia melumat bibir ranum Emily. Kemudian menggendongnya bridal, lalu merebahkan tubuh istrinya di peraduan. Malam itu menjadi malam panas bagi mereka berdua.

Sedangkan di lain sisi, tampak pria dengan jubah hitam berkeliaran di hutan Blakeley. Entah sedang melakukan apa, tanpa takut bahaya yang tengah mengancam dihadapannya ia terus berjalan, setiap langkahnya pula menguarkan aura dingin yang menenangkan. Di balik tudung hitam yang hampir menutupi sebagian wajahnya itu terlihat hidung mancung dan bibir tipisnya.

Beberapa detik kemudian tubuh jangkungnya bersiaga, tertanda ancaman tengah mendekatinya sebentar lagi. Sampai lolongan binatang iblis yang terlihat seperti serigala namun dua kali lipat lebih besar itu sudah mengepungnya. Lima ekor binatang iblis. Tak mengherankan jika hutan Blakeley ini dipenuhi dengan binatang iblis, karena hutan ini merupakan salah satu hutan yang masih terjaga ekosistemnya, mudah saja bagi binatang iblis seperti mereka mendapatkan mangsa.

Tanpa menunggu waktu lama pria itu menyerang dengan gerakan halus tanpa kelelahan yang berarti. Dari sana saja bisa menebak bahwa pria itu memiliki kekuatan yang cukup tinggi. Gerakannya yang cepat itu hampir mengecoh binatang iblis yang tengah kelaparan, namun tanpa pria itu sadari binatang iblis yang berada di belakang itu menyerangnya tiba-tiba.

Sret!

Cakar panjang binatang iblis itu berhasil mengenai tudung kepalanya, untung saja dengan cepat pria itu menghindar. Sayangnya, wajah pria itu telah terlihat dengan sempurna! Kedua alis yang menekuk dengan sorot mata tajam benar-benar mendeskripsikan sosok pria dingin. Tak lupa dengan kulit wajah yang seputih porselen, sempurna.

Dengan gerakan cepat pria itu mengeluarkan pedang yang masih menggantung di samping tubuhnya. Tak lama kemudian darah berceceran dimana-mana, bau anyir menyeruak hingga membuat pria itu mengernyitkan alisnya sebentar. Kemudian embusan napas terdengar di sela bibirnya.

Kemudian langkah kaki menuntunnya kembali menuju ibu kota kerajaan Nephium. Pemandangan yang ia lihat adalah pasar yang amat ramai, banyak sekali berbagai makanan yang ia lihat. Lalu pria itu melanjutkan langkahnya untuk mencari penginapan, tak jarang jika ia mendapati tatapan memuja dari orang yang melihat wajah tampan itu. Dengan wajah dingin pria itu terus melangkah, ia tak peduli. Sampai ia memasuki sebuah penginapan ia bernapas lega karena tatapan memuja semua orang di pasar itu tak pernah lepas, barang sedetik saja.

Ia menghampiri sosok pria paruh baya yang tengah meminum teh dengan tangan yang memegang buku bersampul hijau kusam. Ekhm! Dehaman itu mengalihkan perhatian pemilik penginapan dari buku di tangannya. Pria paruh baya itu tampak sedikit gugup saat mengetahui pengunjung yang datang adalah pria yang tampan, namun ia berhasil menetralkan wajahnya kembali.

"Ada yang bisa kubantu, Tuan?" Pemilih penginapan menaruh buku hijau itu ke atas meja kecil di sampingnya, kemudian beranjak.

"Aku ingin memesan kamar untuk beberapa hari," ucap pria itu tanpa basa-basi. Matanya tengah memperhatikan design penginapan ini, tak ada yang menarik, namun cukup bersih untuk ukuran penginapan kelas menengah di ibu kota.

Pemilik penginapan itu mengangguk, ia bersyukur pria tampan ini memesan kamar di penginapannya. Jika seluruh ibu kota tahu bahwa ada pria tampan di sini, tak menutup kemungkinan penginapannya ramai oleh pengunjung, entah itu untuk sekadar curi pandang atau menginap dengan sengaja agar bisa terus melihat ketampanan pria itu. Ah! Ide yang bagus.

Setelah mengambil kunci kamar, pria paruh baya itu memberikannya kepada sosok tampan yang masih bergeming di tempatnya.

"Lima keping perak," ujar pemilik penginapan kemudian.

Lalu pria tampan itu memberikan satu keping emas yang langsung ditatap tak percaya oleh pemilik penginapan itu.

"I-ini terlalu banyak, Tuan!" ucapnya terbata.

Pria itu mengibaskan tangannya, "Ambil saja, aku akan langsung beristirahat."

Baru beberapa langkah, pria itu berhenti dan berkata, "Jika waktu makan malam tiba, tolong antarkan saja ke kamarku."

"Baik, Tuan." Pemilik penginapan itu mengangguk kemudian menundukkan kepalanya sedikit sampai pria itu menghilang dihadapannya.

Ah! Sekali lagi, pemilik penginapan itu bersyukur dengan kebaikan pengunjungnya hari ini. Meski wajah pria itu terkesan dingin sejak awal, namun dia memiliki hati yang baik.

======================

©® RN_Samantha

======================