Violetta tidak habis pikir dengan pria yang saat ini berada di apartemennya. Pria itu sepetti tidak memiliki salah sama sekali kepadanya dan dengan santainya dia mengajak Violet dan seluruh keluarganya untuk pergi makan siang setelah kejadian semalam yang masih berputar jelas di kepala Violetta.
"Sebenarnya apa mau kamu? Jangan bertele-tele deh! Katakanto the point saja." Tanya Violetta secara cepat.
Violetta tidak ingin lagi melihat pria di depannya ini lagi. Rasa jijik pada diri Violetta selalu muncul saat melihat Tommy dan perutnya langsung bergejolak ingin muntah.
"Aku ingin membawa kamu dan seluruh keluarga makan siang. Apa tidak boleh?" Tanya Tommy balik dengan muka sedih.
Violetta tahu kalau pria yang ada di depannya ini sedang melakukan actingnya yang luar biasa tapi kali ini Violetta tidak ingin terjebak pada lubang yang sama.
"Untuk apa? Aku yakin ada tujuan tersendiri yang sudah kamu rencanakan. Katakan saja sekarang, sekarang atau nanti sama saja." Ucap Violetta dingin.
"Ehm... Tidak ada maksud apa-apa. Aku hanya ingin mengajak kamu dan keluarga untuk pergi maka siang."
Violetta menghembuskan nafas kesal. Dia tidak tahu lagi bagaimana menghadapi Tommy yang tetap kekeh memintanya untuk ikut makan siang dengannya.
"Kalau aku tidak mau bagaimana? Bawa saja tunangan kamu itu untuk makan siang! Apa tunangan kamu itu tidak memiliki lagi sesuatu yang bisa kamu manfaatkan? Jawab jujur atau kamu aku usir sekarang juga!"
Mata Violetta sudah berkaca-kaca, dia tidak tahu lagi harus melakukan apa. Sejak tadi dia sudah menahan semua rasa di dalam hatinya dan tetap tenang tapi rupanya pria tidak tahu malu itu tetap tidak mengerti.
Tommy menundukkan kepalanya sambil meremas kedua tangannya setelah mendengar teriakan Violetta dan di sana tebakan Violet tentang maksud tersembunyi yang sedang direncanakan Tommy semakin kuat di benak Violetta.
"Aku, aku... ingin minta tolong kepada kamu." Ucap Tommy akhirnya.
"Minta tolong apa?"
Tommy mwndongak melihat ke arah Violetta yang menatapnya tajam, "Tolong, bujuk keluarga Jovian untuk tidak menghancurkan bisnisku. Kamu tahu aku membangunnya dengan susah payah dan dengan mereka memutuskan kontrak kerja sama, semua akan hancur."
Violetta mendengus. Dia tertawa mendengar permintaan Tommy yang sedang memintanya untuk membujuk keluarga Marvel untuk bisa mensuport semua bisnisnya.
"Dasar tidak tahu malu! Apa hubungannya aku dengan semua keputusan Jovian Group? Minta saja sendiri ke sana karena aku tidak bisa melakukan apa-apa. Sekarang lebih baik kamu pergi dari sini karena aku mau melanjutkan tidur!"
"Aku mohon kepada kamu, Vio! Maafkan aku karena sudah membuat kamu kecewa,"
Tommy bersujud sambil memegangi tangan Violetta, memohon kepada Violetta dengan tidak tahu malunya.
"Tahukah kamu kalau kamu membuatku semakin jijik melihat kamu? Pria tidak tahu malu seperti kamu ini tidak pantas memegang tanganku seperti itu!"
Tommy dengan cepat melepaskan tangan Violetta. Dia sepertinya sudah tidak peduli Violetta mau mencaci maki seperti apapun, karena tujuan Tommy hanya satu. Bisnisnya tetap berjalan dengan lancar dengan adanya campur tangan keluarga Jovian.
"Aku beritahu kamu ya, aku tidak ada hubungannya dengan keluarga Jovian. Jika kamu menginginkan keluarga Jovian untuk bisnis kamu, itu urusan kamu. Kenapa aku yang harus repot?"
Violetta meninggalkan Tommy yang tidak bisa berkata-kata lagi. Pria itu menunduk dengan kedua kaki bersujud di atas lantai membuat Violetta enggan melihat wajahnya lagi.
"Lebih baik kamu pergi dari rumahku! Aku tidak sudi melihat kamu lagi di sini dan ini adalah terakhir kalinya aku melihat kamu di sini."
Tommy mendongak melihat ke arah Violetta, matanya berkaca-kaca. Terlihat jelas jika pria itu frustasi dengan keadaannya saat ini.
Ada rasa puas di dalam hati Violetta melihat mantan kekasihnya itu tidak memiliki taring lagi di dunia permodelan. Semua yang dilakukan Marvel memang mengejutkan dia awalnya tetapi Violetta menyukai semua itu.
"Sudah jelas bukan jawabanku? Pintu keluar ada di sana dan selamat tinggal." Violetta menunjuk pintu keluar yang tidak jauh dari tempatnya saat ini, sengaja mengusir Tommy dengan halus.
"Sayang... please bantu aku. Aku tidak tahu bisa minta tolong kepada siapa lagi selain kepada kamu."
"Cih! Jangan panggil aku dengan sebutan itu! Aku jijik mendengarnya! Kamu tidak mau keluar? Baiklah kalau begitu, silahkan tunggu disini karena aku mau istirahat."
Violetta meninggalkan Tommy yang masih duduk di ruang tamu. Pria tidak tahu malu itu semakin membuat Violetta merasa kesal dengan kekeras kepalaannya.
BRAAAKKK!!!
Violetta membanting keras pintu kamarnya membuat Tommy terkejut. Itu adalah tujuannya saat ini karena Adel merasa muak saat melihat wajah pria itu. Pria bermuka tebal yang tidak tahu malu sama sekali.
"Kenapa aku dulu bisa berpacaran dengan pria seperti itu? Gay lagi! Ih... kesel banget kalau mengingat kata-kata tunangan dari Tommy." Gerutu Violetta saat mengingat makan malam keluarga yang memberikan kejutan besar kepadanya.
Violetta tengkurap di atas ranjangnya dan menutup kepalanya dengan bantal. Dia ingin menghilang saja karena bisa dipastikan kalau saat ini MArvel sedang menertawakannya yang sudah menjalin hubungan dengan seorang gay.
"BRENGSEEEK!!!!" Teriak Violetta keras tapi suaranya teredam bantal.
CEKLEK!
Violetta mendesah kesal karena mendengar bunyi pintu terbuka. Tanpa membuka bantal yang ada di atas kepalanya dia langsung marah-marah.
"Sudah aku bilang! Pergi dari rumahku! Aku tidak akan membantumu dan menuruti semua permintaan kamu. Pergi sana dari rumahku! PERGI!"
"Siapa yang harus pergi? AKu baru tiba dan kamu langsung menyuruhku pergi?"
Violetta langsung membuang bantal yang menutupi kepalanya setelah mendengar suara Marvel di dekatnya, "Kenapa kamu ada di sini?"
"Aku mengunjungi tunanganku, memangnya salah? Aku juga sedang merindukan dia." Jawab Marvel dengan santai.
"Siapa tunangan kamu? Laura? Dia tidak ada di rumah. Lebih baik kamu pergi saja sekarang."
"Laura? Siapa Laura? Kekasihku hanya Violetta seorang, kamu kenapa? sedang datang bulan?" Tanya Marvel seenaknya sambil duduk di dekat Violetta.
"Aku tidak apa-apa dan lebih baik kamu pergi sekarang juga! Aku benci melihat kamu!"
Violetta berdiri dan menjauh dari Marvel. Dia tidak ingin Marvel dapat menyentuh satu inci pun dari tubuhnya karena Adel tahu dimana letak kelemahannya sendiri.
"Kenapa kamu menjauh dariku? Aku memerlukan pelukan kamu, kepalaku saat ini sakit sekali."
"Kenapa kamu minta pelukan dariku? Cari sana tunangan kamu itu! Bukankah dia sudah membeli gaun pertunangan untuk kalian berdua?" Tanya Violetta sarkas.
Marvel menggeleng pelan. Kepalanya terasa sangat berat karena masalah perusahaan yang dia hadapi.
"Eits! Jangan tidur di sini! Kamu pulang saja sana! Aku tidak mau menyimpan tunangan wanita lain di dalam kamarku."