Violetta masih setia merawat Marvel yang tidak kunjung membaik. Pria itu bersikeras menolak ajakan Violet ke rumah sakit membuat Violet semakin ketakutan dengan keadaannya saat ini.
"Kamu makan dulu, aku sudah membuatkan bubur." Ucap Violet sambil mencoba membantu Marvel untuk duduk.
"Mulutku pahit, aku tidak mau makan."
Violet menatap tajam ke arah Marvel. Pria itu adalah pria egois dan cukup kejam tapi saat sakit seperti ini, dia terlihat seperti bayi yang manja.
"Kamu makan atau kita ke rumah sakit sekarang juga?"
Marvel cemberut mendengar ancaman dari Violet.elihat tingkah Marvel membuat Violet merasa gemas. Dia sudah lama tidak melihat sisi manja dari Marvel setelah perpisahan mereka.
"Aku merindukanmu," Ucap Marvel sambil memeluk Violet di pinggangnya.
"Makan dulu, nanti aku akan menemani kamu di sini."
Marvel menatap Violet dengan penuh selidik. Mencari kejujuran di mata Violet karena beberapa hari ini setelah meminum obat dari Violet, Marvel terlelap dan setelah bangun Violet tidak pernah ada di sampingnya.
"Aku janji. Setelah kamu makan dan minum obat, aku akan duduk di sini menemani kamu."
"Kamu sudah meninggalkan aku berkali-kali, janji seperti apa lagi ini?" Tanya Marvel tidak percaya.
"Aku berjanji, aku tidak akan pergi meninggalkan kamu untuk kali ini." Jawab Violet dengan yakin.
Marvel akhirnya menuruti apa yang diperintahkan oleh Violet. Entah kenapa rasa pahit yang sejak tadi dia rasakan hilang seketika.
Violet dengan sabar menyuapi Marvel, dia tahu kali ini cintanya yang sedang berbicara. Entah apa yang akan dia lakukan setelah ini, hanya saja melihat Marvel sakit dan tidak berdaya seperti ini mengingatkannya dengan semua kelakuan pria itu selama mereka bersama dulu.
"Sekarang minum obatnya,"
Dengan patuh Marvel melakukan apa yang diperintahkan Violet. Bagi Marvel, Violet adalah satu-satunya wanita yang bisa mengontrolnya selain Clara.
"Aku mau mengembalikan mangkok ini ke dapur, setelah ini aku akan kembali ke sini lagi."
Marvel mengangguk, dia ingin melihat apakah Violet benar-benar kembali ke kamar ini atau tidak. Mencari kejujuran Violet dari tindakannya.
Violet berjalan pergi meninggalkan Marvel seorang diri di dalam kamar. Sejak tadi Violet memang sedang mengalami perang batin. Hatinya memberontak saat otak Violet mengatakan untuk membiarkan pria sakit di kamar.
"Apa yang sudah aku lakukan? Jelas-jelas dia sudah menyakitiku. Menduakan aku dan sekarang tiba-tiba dia datang dan memaksaku untuk kembali? Masih sanggupkah aku menghadai dia tanpa mengingat semua perbuatannya dulu?" Tanya Violet pada dirinya sendiri.
Violet mencuci tempat makan bekas Marvel dengan pikiran yang tidak tentu. Semua yang sedang terjadi padanya saat ini benar-benar membuatnya bingung.
"QUEEN!!!"
"IYA SEBENTAR!"
Violet bergegas masuk kembali ke dalam kamar tempat Marvel istirahat saat ini setelah mendengar teriakan Marvel. Violet sudah memikirkannya selama berhari-hari tentang keinginan Marvel untuk memberikannya kesempatan kedua.
Violet tidak ingin menyesal dikemudian hari, dia memilih untuk mengalah dari semuanya. Melihat kedua orang tuanya dan juga kedua orang tua Marvel menginginkan mereka kembali bersama juga salah satu yang menjadi alasan kuat Violet saat ini.
"Kenapa? Aku masih di dapur," Tanya Violet setelah dia membuka pintu.
"Kenapa lama sekali? Kamu baru saja menangis? Apa ada yang membuat kamu sedih?" Tanya Marvel khawatir setelah melihat mata Violet sembab.
"Tidak ada, tadi saat aku bersih-bersih ada debu yang masuk ke mata." Jawab Violet berbohong.
"Debu? Sekarang sudah nyaman?"
Violet mengangguk dan senyuman manis yang selalu membuat Marvel terpesona kembali terlihat membuat Marvel diam seketika.
"Queen... kamu tersenyum kepadaku?" Tanya Marvel tidak percaya.
"Memangnya kenapa? Apa aku tidak boleh tersenyum?"
"Bukan begitu. Ini pertama kalinya aku melihat senyuman ini setelah beberapa tahun."
Violet terkekeh mendengar kata-kata Marvel. Apa yang dikatakan pria itu memang benar. Semua yang dia lakukan ini sudah sangat lama tidak dia lakukan.
Senyuman Violet seakan hilang setelah dia dikhianati oleh Marvel. Sakit hatinya menutup senyuman indah di wajah cantiknya.
Marvel memeluk Violet dengan erat. Dia tahu apa yang dilakukan Violet saat ini hanyalah untuk membuatnya merasa senang.
"Maafkan aku. Karena kebodohan ku semua yang sudah kita rencanakan hancur berantakan. Aku pria egois yang hanya memikirkan kesenanganku sendiri. Pukul aku sepuas kamu tapi tolong jangan pergi lagi."
Violet membeku, dia tidak pernah menyangka jika Marvel benar-benar menyerahkan dirinya saat ini. Ingin sekali Violet memukulnya saat ini dan melampiaskan semuanya tapi sepertinya akan sia-sia.
Semua yang telah terjadi tidak akan pernah bisa dihilangkan begitu saja. Berkali-kali Violet mencobanya, dia tetap tidak bisa melakukannya.
"Aku sudah memaafkan kamu meskipun semua luka itu menggores sangat dalam. Aku mang tidak bisa melupakan semua sakit yang aku rasakan itu tetapi aku akan berusaha sekuat mungkin."
Marvel melepaskan pelukannya dan melihat ke arah Violet dengan tatapan tidak percaya. Dia seperti mendengar sesuatu yang sangat mustahil dia dengar dari Violet.
"Kamu memaafkan aku? Kamu bersedia menjalani semuanya kembali bersamaku?" Tanya Marvel meyakinkan.
"Iya. Aku mau."
Marvel tersenyum senang mendengar apa yang dikatakan oleh Violet. Dengan hati berbunga-bunga dia mencium bibir Violet dengan penuh gairah.
Dari ciumannya benar-benar terlihat jika Marvel melakukannya dengan cinta bukan karena amarah dan kecemburuannya.
"Aku mencintai kamu,"
"Aku juga...."
Kali ini Violet yang mencium Marvel terlebih dahulu. Dia mau mencoba semuanya meskipun itu sulit.
Violet mendorong tubuh Marvel kembali terlentang dengan bibir yang masih saling bertautan. Deru nafas keduanya membuat suasana di dalam kamar yang ditempati Marvel ini semakin terasa panas meskipun AC di dalam kamar sudah dihidupkan.
Violet melepaskan ciumannya dan melihat Marvel dengan mata penuh gairah. Terlihat jelas Marvel juga merasakan hal yang sama.
"Setelah ini, aku tidak akan pernah mengalah lagi dan jangan sampai ada kedua kalinya kamu melakukan itu. Kalau kamu melakukan semua kesalahan itu untuk yang kedua kalinya, jangan salahkan aku jika aku akan membuat kamu menyesal seumur hidupmu." Ucap Violet dengan mata berkilat karena gairah dan juga emosi.
"Aku tidak akan pernah berani mengulanginya. Kehilangan kamu untuk pertama kalinya sudah membuat aku hampir mati dan aku tidak ingin merasakan hal yang sama lagi untuk yang kedua kalinya."
Jawaban Marvel berhenti dan Violet langsung menyambar kembali bibir Marvel. Melumatnya kembali seperti dia takut kehilangan bibir yang selalu membuatnya gila.
Violet membuka kaos Marvel dengan sekali tarikan. Tubuh penuh otot Marvel langsung terlihat dan memanjakan mata Violet.
"Tubuh ini semuanya milikku. Mata, bibir, dada, perut dan juga satu-satunya barang berharga milikmu ini sudah menjadi hak milikku. Jangan coba-coba kamu memberikannya kepada wanita lain kalau kamu tidak ingin menyesal seumur hidup kamu." Ucap Violet sambil menyentuh aset berharga Marvel membuat pria itu memejamkan mata karena nikmat.
"Semuanya sudah menjadi milikmu. Hanya milikmu."
BRUUKKK....