Suara detakan jantung memenuhi seluruh ruangan. Ruangan berbau obat- obatan itu hanya diisi oleh dua orang. Lelaki itu terus menatap seorang gadis yang masih setia menutup mata. Manik indahnya kini seolah enggan untuk terbuka.
"Bangun Keana," bisik lelaki itu tepat di telinganya. Namun itu sama sekali tak berpengaruh apa- apa.
Abian, lelaki itu kini terlihat sebagai manusia malang. Tubuhnya terlihat kumal. Rambutnya pun berantakan.
Sudah dua hari lamanya Abian menunggu bangunnya gadis kecil dihadapan. Ia pun sampai tak ingin pulang. Makan juga jarang.
Abian hanya bisa menghembuskan napas panjang. Sampai berapa lama ia akan menunggu Keana tersadar?
Perlahan, air matanya kembali jatuh tak tertahankan. Mengapa Abian bisa menjadi serapuh ini? Hal yang paling dibencinya kini mulai sering dilakukan. Menangis. Abian paling benci dengan menagis. Saat dimana ia tak bisa berbuat apa-apa untuk memperbaiki keadaan disekitarnya.
Tok! Tok! Tok!