Sorakan dari teman sekelas sungguh membuat Regan malas berada disana. Lelaki itu pun mulai melangkahkan kakinya keluar dari ruang sumber kebisingan di telinganya.
Namun sorakan teman sekelasnya sedikit membuat Regan merasa ada benarnya. Hati Regan memang masih menaruh harap pada Vanya. Namun ia terlalu malu untuk mengakuinya. Terlebih lagi dengan teringatnya sebuah pengkhianatan yang dilakukan Vanya bersama Abian. Apakah Regan masih bisa mempercayainya?
Kaki Regan terus mengayun tak tentu arah sejak keluar dari kelasnya. Entah mengapa ia memilih untuk pergi padahal ia tak punya tujuan sama sekali. Bodoh!
Regan terus menyusuri koridor sepi disana, langkahnya terus mengayun seraya memikirkan apa yang sebenarnya dirasakan pada seorang gadis bernama Vanya.