Langkahnya penuh darah. Wajahnya terlihat lelah. Peluh keringat pun membanjiri tubuhnya.
Dengan jalan gontai, gadis itu memasuki kamarnya. Tangannya terangkat untuk mengunci ruang kamarnya. Ia ingin sendiri. Tanpa siapapun seperti kehidupannya sehari- hari.
Tubuhnya bergetar hebat. Maniknya menatap dengan tak tenang. Napasnya tersenggal- senggal. Gadis itu berjalan kearah nakas disamping tempat tidur dengan sempoyongan.
Keana terus mengacak- acak barang dalam laci kamarnya. Ia membutuhkan itu saat ini juga. Penyelamat kala pikirannya kalut dengan semua keadaan yang ada.
Namun sudah puluhan menit Keana mencari, namun ia tak kunjung menemukannya. Gadis itu mulai terduduk lemas di lantai kamarnya. Ia kian panik saat barang yang selama ini di sembunyikannya hilang entah kemana.
Keana mencoba mengingat- ingat dimana terakhir ia meletakkannya. Karena sangat berbahaya jika orang lain yang memegangnya.
