Prok! Prok! Prok!
Sebuah tepukan tangan langsung menggema ke seisi ruangan. Sebuah senyum meremehkan pun telah disunggingnya. Tatapan lelaki itu tampak sangat kecewa. Napas besar pun sudah beberapa kali diambilnya.
Sakit. Sangat sakit. Namun lelaki itu sudah tak bisa berbuat apa- apa lagi. Memaafkan pun kini adalah sebuah kata konyol yang tak akan pernah terucap dari bibirnya.
Seluruh pandangan mereka tertuju pada Abian semata. Lelaki itu bahkan kehilangan kata- kata. Mustahil sekali jika ia hanya diam seraya mendengar ocehan mereka.
Abian adalah sang ketua. Keputusan harus segera diambilnya. Beban terberat kini telah diembannya.
Manik Abian langsung menatap Bima dengan intensnya. Sebuah hembusan napas panjang sungguh mengisyaratkan kekecewaannya.
"Kalian udah tahu 'kan seberapa brengsek dia?" tanya Abian pada seluruh anggota. Lelaki itu kini duduk disalah satu bangku berusaha menetralisir emosinya.