Chereads / That Senior Is My Boyfriend / Chapter 3 - Wrong Delivery

Chapter 3 - Wrong Delivery

"oh my..."

Kalo surat ini ada di gue, trus surat apa dong yang zae anter?

Akhh goblok banget gue, jangan-jangan zae pungut surat yg meja? Gue kira udah dibawa angin

Gawat! gawat!!

Ayo mengambil handphone yang sedari tadi sembunyi di saku rok hitamnya. Segera menghubungi zaenab, berharap zaenab belum memberikan surat kampret itu ke angga.

Plis plis zae masih otw

Tut...

Tut...

Tu...

"halo?" jawab

"zae?! Lo udah kasih surat gue?"

"sudah dong yu, gila senyum kak angga, gue masih kebaya.."

Tut...

Ayu mematikan telfon sepihak, ia kesal.

"akhhh!!!" ayu berteriak membuat orang-orang yg berjalan berbalik ke arahnya dengan tampang yang seolah bertanya ada apa gerangan?

Ayu tampak tak memperdulikan orang-orang, ingin sekali ia menyumpahi temannya zaenab namun ia merasa ini juga salahnya. Harusnya tadi langsung saja membuang surat itu dan tak usah menyimpannya di atas meja. Ayu malah khawatir dan juga takut akan respon Angga.

Sekarang gue harus apa? Duh... Sebenarnya gue belum siap kalo angga tau. Kalo sekarang gue ke kampus...

Trus gue mau ngapain kalo ke kampus? Kan percuma kalo gue sampe sana dan angga udah baca surat gue...

Ahhh bodo amatlah pokoknya ke kampus dulu deh, gue harus pastiin sendiri, sapa tau ada celah buat gue nukar surat itu.

.

Didalam angkutan umum ayu terus gelisah, entah mengapa semua berjalan lambat. Ia mengecek handphonenya membuka kontak dan menelfon 'Si Menyebalkan'

Tut...

Tut...

"halo, temben lo nelfon"

"lo dimana?" tanya ayu tergesa-gesa

"kampus, kenapa suara lo kyk gitu?"

"surat gue dimana? Eh enggak, gue mau ketemu lo"

"lo sekarang dimana? Biar gue yang samperin"

"jalan ke kampus"

"jalan kaki?"

"gaklah, naik angkutan umum"

Tut...

Angga mematikan telfon sepihak.

"halo?"

"lah... telfon gue dimatiin? Kok kesel ya?"

Tuhkan ni orang kapan sih enggak nyeselin?

Tring

Pesan masuk, dari Si Menyebalkan

"gue tunggu di depan perhentian 01"

.

Pemberhentian 01

Disana ada Angga dengan motor vespanya yang terparkir menunggu Ayu. Tampak di genggaman kirinya ada sekumpulan surat yang diamplop yang setara dengan tebal kamus, amplop berisikan surat dari junior yang di tujukan padanya, angga tampak bingung ingin diapakan surat yang ada di genggamannya.

"apa gue buang aja?" ujar angga dgn suara pelan

"sstt sstt... Angga!?" panggil ayu menyadarkan angga yang sempat melamun

"eh bocah, kapan lo sampe?" angga mengusap kepala ayu lalu mengacaknya

"ih apasih ga, gue kan udah bilang jangan sentuh-sentuh kepala gue. Kalo ada yang liat bisa gawat. Dan lagi gue bukan bocahh!" ayu menepis tangan angga yang mangacak rambut ayu lalu merapikan rambutnya yang di buat berantakan tadi. Sembari melakukan itu ayu melihat ada begitu banyak lembar amplop di tangan angga

"eh itu surat cinta lo kan?" ayu bertanya

"ini? Iya, mau gue buang" ungkap angga memutuskan utk membuang surat-surat itu.

Alhamdulillahhhhhh.....

Eh tapi jgn senang dulu yu, sapa tau dia udah baca dan memutuskan utk membuangnya. Gue harus pastiin.

"kok lo buang sih? Emang lo udah baca surat itu?" tanya ayu

"ga penting, ngapain gue baca"

"beneran?" ayu memastikan

"ada yg lebih penting gue baca dari surat-surat ini" jawab angga

Mendengar jawaban angga membuat ayu bernafas lega, untunglah. Berarti ia tak harus menyerahkan surat menggelikan yang ia tulis, juga suratnya yang ingin di buang akhirnya akan terbuang dengan sendirinya.

Ayu langsung memerkahkan senyuman diwajahnya, angga yang melihat Ayu senang merasa terusik. Angga memegang pipi ayu dengan tangan kanannya sampai membuat bibir ayu memonyong

"low ngwapwain swih" protes ayu memukul-mukul tangan kanan angga supaya melepaskan.

"gue merasa terganggu liat lo senyum" angga melepas tangannya "jangan senyum-senyum" perintahnya

"apasih gak jelas banget" gerutu ayu "yaudah gue mau pulang" ayu melangkahkan kaki tapi tangannya di cegat oleh angga

"ngapain lo nyari gue sampe balik lagi ke kampus? Lo kan orangnya mageran banget" tanyanya

Ayu tampak berfikir untuk menjawab. Ayu yang awalnya ingin menukar surat, ia urungkan karena tahu bahwa Angga akan membuang surat-surat cinta itu.

"eh? Em... Itu... Kan lo pernah bilang mau traktir gue eskrim matcha pas gue ulangtahun!" ayu membual

Angga menatap ayu curiga

"ulang tahun lo udah lewat... 8 bulan yang lalu"

"eh? Masa sih? Ngawur lo..." ayu membeku mengutuki dirinya

Haduhhh dasar goblok, gak pandai banget sih gue ngeless argghhh

"yaudah deh, klo gak mau traktir gue pulang!" ayu malu, juga takut ketauan. Ayu yang mager kan kembali ke kampus karena salah kirim surat, mana mungkin ayu ingin mengaku.

"dasar tukang ngambek, nih" angga memberikan helm ke ayu, mengisyaratkan bahwa angga tetap akan mentraktir ayu es krim matcha meski ulang tahun ayu sudah lewat.

Dengan agak sedikit tak tahu malu ayu mengambil helm itu dan duduk di boncengan vespa.

"gue belom nyalain motor lo udah gercep duduk, dasar penggila matcha"

"gue udah duduk nih cepetan, gue harus di rumah sebelum jam 6. Atau mau gantiin gue dimarahin nyokap gue?"

Anggapun hanya menuruti Ayu, angga menstater motor vespanya itu dan mereka berangkat.

.

.

.

Hm... Gue merasa ada yang aneh dengan Angga. Gak biasanya dia nurut, mana dari tadi senyum-senyum mulu, trus bawa helm lebih lagi ...

Hm...

Ada apa ini?

Senyum?

Helm?

Dan penurut?

Hm...

Apa jangan-jangan angga udah punya pacar?

Deg

Jantung ayu serasa bergeser dari posisinya, perasaan tak enak apa yang dirasakan ayu ini?

"tumben lo nurut sama gue? Bawa helm lebih lagi, udah gitu senyum-senyum gak jelas!" ayu mencoba mengorek dan mencari tahu ada apa gerangan dengan tetangganya yang satu ini.

"karena orang spesial" jawab angga

Deg

Aduh hatiku gak kuat, perasaan gak enak apa ini gusti???

"kasian, orang itu gak beruntung."

"eh lo ngomong apa? Justru dia beruntung karena dapetin gue"

"hooo... Angga yang katanya mau fokus kuliah sekarang pacaran? Hm... Interresting" ayu berusaha tetap tenang seperti biasanya meski ia tetap merasa tak enak (hatinya tak enak, karena hati ayamlah yang enak, krik krik)

"nanti juga sadar, pegang!" angga melajukan kendaraannya. Suara vespa yang bising bagi ayu semakin menyeruak. Dengan terpaksa ayu memeluk angga karena tak ada pegangan di vespa itu.

"angga kampret! Jangan balap-balap bego!" protes ayu

Ayu mengeratkan pelukannya, sebagai pelukan terakhir untuk melepas cinta pertamanya mengetahui bahwa Angga sudah memiliki seseorang yang spesial.

Now, its really the real goodbye...

Goodbye my first love.

Setetes peluh kluar dari mata ayu. Segera ayu mengusap wajahnya di belakang jaket angga.

"eh, jangan lap muka lo di jaket gue" teriak angga

Dasar menyebalkan!