Chereads / Jadi kelinciku / Chapter 29 - Hukuman dari Guru killer.

Chapter 29 - Hukuman dari Guru killer.

"Kalian ngapain disini hah?! gak ada yang sakit juga!. gue tau kalian baik baik aja." Naga memandang mereka bergantian dengan tatapan mengintimidasi.

"Lo gak tau?! gue tadi jatuh dan eee..eee..Yumna kan sakit tenggorokan..." Seru Flora meyakinkan. Thifa menarik narik ujung seragamnya. 'gue gimana?.' ratap Thifa.

Pria itu mendesah kesal. Sekarang kebohongannya pun digunakan Flora untuk membuat Yumna bolos di jam matematika. Ahh jujur ia sudah enggan berurusan dengan gadis yang diam tanpa sebab itu. Dia gak bisu! jadi apalagi yang mesti dipedulikan dari seorang Yumna. Huh! Cukup sekali saja ia berlaku baik di depannya tadi pagi.

"Gue tau lo jatuh...! tapi gak usah lebay...! jatuh begitu doang.. gak bakal bikin tulang lo retak sebadan badan..!." Ujar Naga penuh penekanan. Dan untuk Yumna, Ia tak mau membantah soal gadis itu. Ya! sama saja ia membongkar kebohongannya sendiri. Biar saja cewek itu disini.

"Hei tapi...." Flora kehabisan akal.

"Lo sama Thifa, balik ke kelas..." Kata kata dingin Naga memporak porandakan hati dua gadis itu.

Sementara itu, Yumna langsung terlonjak dari duduknya. 'Kenapa namaku gak di sebut?' pikirnya. Iapun memberanikan diri menyentuh bahu pria itu. Tak menunggu lama, hanya barang sedetik, Naga seketika berbalik dengan tatapan singa lapar yang ingin memangsanya. Ahh untuk gadis sepertinya, Jelas paling lemah ditatap seperti itu. Yumna seketika menyembunyikan wajah.

"Gak usah sok rapuh di depan gue." bisik Naga . Membuat Yumna mengangkat kepala. Menatap pria itu tak mengerti.

"lo mau apa hah?!...gue bener bener gak ngerti sama lo..." Naga berpaling. Kembali membelakangi Yumna tak peduli.

'Aku lebih gak ngerti sama kamu..' batin Yumna. kenapa Naga begitu marah padanya?. memangnya apa salahnya?. apa karena tadi pagi ia berbohong demi membantunya di depan banyak orang?. oh ayoolah.. Siapa juga yang meminta bantuannya. huh!

Naga melakukan itu murni tanpa suruhan Yumna. dan sampai sekarangpun gadis itu belum tahu kenapa Naga mengatakan bahwa ia sakit tenggorokan. Rasanya aneh. Masa cuma karena mereka pernah bertemu sekali saat di perpustakaan, Naga jadi sok kenal lalu benci padanya. Apa dia bipolar?.

Untuk pria seperti Naga yang berbadan tinggi dan berisi, hmm yang pasti tidak kurus dan ringkih. Harusnya tak semudah itu marah cuma gara gara kejatuhan buku. huh dia tak mungkin selemah itu. Apa sakit sekali?.. kelihatannya tidak?. bekas memarnya pun sudah pudar. Hilang malah.

'Ya! sekarang siapa yang bener bener bikin gak ngerti...' Umpat Yumna dalam hati. Mendadak ia teringat dengan pemberian Diva.

"Ayo... kalau kelamaan, Bu Meti bakal lebih marah... kalian tau sendiri kan...."

"Bentar dulu...huuuh haaah..." Flora menghirup nafas dalam dalam dan menghembuskan perlahan. Thifa mengikutinya dengan wajah pucat pasi. Ya tentu saja, jelas jelas bencana akan segera terjadi. Bagaimana mereka bisa tenang.

Langkah naga tertahan saat potongan kertas diberikan paksa kedalam genggamannya. Ia memastikan kebelakang. Ya, Yumna sedang berdiri menatapnya penuh harap. 'apa yang dia lakukan?!' Naga mendecih sebal lalu dengan enggan membaca surat kecil itu.

"Kamu sendiri yang bikin aku di kira sakit. padahal engga. Aku mau ikut ke kelas aja. please..."

"Lo yakin mau ikut? jangan nyesel.." Naga tersenyum simpul. Yumna tak begitu paham dengan maksud Naga. Ahh Yang penting ia tidak ditinggal sendiri di tempat ini. Gadis itu tersenyum samar.

"Na kamu disini aja..." Ucap Thifa dan Flora bersamaan. keduanya tampak cemas. lantas membawa Yumna kembali duduk dengan paksa.

Yumna jelas tak mau. Ia sontak kembali berdiri. Namun kedua tangannya ditarik lagi untuk duduk. Berdiri lagi, duduk lagi, dan seterusnya. Kejadian itu berulang sampai kesabaran Naga habis.

"Jangan lama woy...! Yumna sendiri yang mau.. " ucap Naga dengan nada menaik.

***

"Ini semua gara gara lo Flora..." umpat Ardhi sambil menyeka keringatnya. Ia menegakan badan untuk menghalangi terik matahari mengenai Thifa.

"Ya udah siih jalanin aja..." ucap Flora santai sambil sesekali melirik jam. Aissh kenapa jarum pendek ditakdirkan berjalan lambat. sudah 20 menit mereka berdiri. dan Bell pulang masih lama pula. kurang lebih 25 menit lagi.

"Lo juga kan telat masuk kelas...." Timpal Dewa yang berdiri dibelakang. "Kelas kita kebanyakan pelanggaran.. makanya satu kelas kena semua.." lanjutnya.

"Panas banget!... aku gak mau jadi item..." pekik seorang cewek mendramatisir.

"lo kebanyakan dosa." Timpal cowok paling belakang.

"Semua juga kepanasan kali.."

"Apa bahasa inggrisnya rumah guys...??" seru cowok bermuka gelap dengan rambut keriting.

"Haaaauuuuuus.... " ucap mereka serentak. kecuali Naga dan Yumna. Bahkan Flora yang biasanya tak suka lebay pun ikut dalam ratapan pilu teman temannya. Ia akui cuaca hari ini memang panas sekali. Terlebih lagi mereka berdiri tepat ditengah lapangan. Sudah untung mereka bebas berdiri dengan gaya apapun. Tidak harus hormat seperti hukuman biasanya. Tapi sama saja. Bu meti dengan sengaja memilih jam pelajaran terakhir yang mana gurunya sedang tak hadir hari ini. Tentu saja mentari sedang garang garangnya menyengat kulit.

"Jangan nyesel gue bilang..." ucap Naga tiba tiba. Yumna menghela nafas berat. lalu memandang Naga yang tengah melirik mengejek.

Gadis itu tersenyum pahit. Ahh siapapun akan menyesal jika di posisinya.

Yumna menggeleng pelan. Leher nya makin berat menopang kepala. Membuatnya memilih menunduk lemas. 'hari pertama udah kena poin... apes banget sih aku..' keluh Yumna ngebatin.

Perut Yumna terasa makin kecil saja. Lambungnya terasa perih. Entah kenapa rasa sakit itu seolah mulai merayap naik ke ulu hati. Nafasnya juga kian berhembus berat. Rasanya lelah. Yumna tak yakin bisa berdiri lebih lama. Apalagi terik matahari telah sukses membuat kepalanya panas, Rasanya hampir meledak. Pening!.

Yumna mengamati bayangan dirinya dan Naga yang bersandingan. Pria itu sedikit lebih maju. 'Hmm sebegitu kesal ya dia ke aku?'. Naga mungkin tak mau dekat dekat dengannya.

Detik berikutnya Ia diam diam takjub dengan Tubuh pria itu yang menjulang tinggi. Zaky pun tak setinggi ini. Eh! kenapa jadi banding bandingin mereka berdua huh. Yumna mencuri pandang pada Naga. Dia tak akan sadar. Yumna ingin berteduh di bawah naungan pria dingin itu. Pasti akan lebih baik. Setidaknya badannya akan lebih nyaman. Sejak pertama berdiri, Yumna sudah merasa tak enak badan.

Seeet! Yumna melakukan langkah pertama dengan mulus. Naga masih stay cool dengan tatapan kosong kedepan. Fiuuh! aman. Ya.. adem.

"Haaah..." hampir semua siswa bersorak lega saat tiupan angin datang menerpa. Naga menoleh, lantas mendesis risih dengan tingkah teman temannya itu, Namun matanya terkunci saat melihat Yumna sudah tepat disampingnya.

Gadis itu tengah menikmati angin yang tiba tiba berhembus menyejukkan. Tanpa sadar Yumna tersenyum lagi dengan sangat manis sambil memejamkan mata. Ini sedikit mengurangi rasa tak nyaman di tubuhnya. Rambut gadis itu melambai lambai terbawa angin.

Entah kenapa dari sudut pandang ini Naga terpana pada gadis itu. Ia sesaat lupa dengan sikap dingin yang sengaja ia pertahankan di depan Yumna.

"Yaah! ko dimatiin AC alaminya..." rengek Thifa sambil bergelayut manja di lengan Ardhi.

"Segitu udah enak kali... Rezeki anak sholehah.. kita di kirimin angin dari syurga." sahut cewek dengan hiasan pita ungu di rambutnya.

Yumna membuka mata mencari siapa yang bicara. Namun ia tertegun saat memergoki Naga tengah memandangnya tanpa berkedip.

"Syukuri apa yang adaaa.... hidup adalah anugraaaah..." Cowok berkulit gelap itu bernyanyi fales dengan pedenya.

"Diem lo Abid marama... suara fales lo bikin kuping gue ikut panas." Seru Flora sengit.

Naga seketika sadar. Ia makin di buat salah tingkah saat Yumna pun juga tengah heran memandangnya. Ah sial!Ia langsung mengalihkan pandangan ke arah lain. Ia memejamkan mata merutuki kebodohannya. Ahh entah apa yang akan dipikirkan gadis itu tentangnya... 'Pasti Yumna pikir gue suka sama dia..' aissh.. Naga menarik nafas dalam lalu dalam sekejap segera bersikap seolah tak ada apa apa.

"Yeee...biasa aja kali..." ucap Abid akhirnya. meski dalam hati bersumpah serapah.

Naga ber-oh ria ketika menyadari rencana Yumna berteduh dengan badannya. Ia maju sedikit lagi. 'Enak saja dia enak enakan ngadem' Pria itu tersenyum miring.

Yumna reflek menutupi wajahnya dengan tangan. Panas! Aissh ketahuan.. mau gimana lagi?. Ia tak bisa berkutik. Selain bertahan. Perlahan ia menurunkan tangan dan mendongak sebentar. Tenaganya makin terkuras habis. Yumna mendesis seraya meremas nyeri di perut yang menyerangnya lagi. Memaksanya sedikit membungkuk menahan perih di lambung.

Naga iseng menoleh. Penasaran juga bagaimana Yumna kesal. Eh! ia terkejut saat melihat wajah Yumna yang terlihat pucat pasi. Gadis itu menggigit bibir bawahnya yang juga sangat pucat.

"Na? kamu gak papa?.." Lirih Naga cemas tapi tak berani mendekat.

Yumna malas menanggapi. Ia berusaha kuat. gadis itu menegakaan badannya. lantas tersenyum getir. Issh.. jam berapa sekarang?. kenapa lama sekali?. Nafas Yumna terdengar jelas. Tampak susah payah. Jantungnya memompa darah lebih cepat. Keringat dingin meluncur deras di kedua pelipis.

'Apa aku sesensitif ini sama panas? kenapa pas kena panas rasanya badanku lemes lagi, pusing! huh capek!' Yumna terengah. Suhunya terasa berbeda . Ah kenapa suara bising teman temannya makin terdengar pelan. Kakinya mati rasa. kehilangan tenaga. dunia seolah dibalikan hingga Yumna kehilangan keseimbangan. hal yang terakhir ia dengar hanya suara Naga yang berseru panik. dan mendadak pemandangan langit biru terpampang didepan matanya. Namun perlahan kian pudar. dan gelap!.

"Yumna bangun.." Naga terlambat menangkap Yumna yang hilang kesadaran. Namun ia sempat menahan kepala gadis itu sebelum terbentur ke lantai lapangan basket.

Barisan siswa kelas Ipa itu langsung berantakan. Mereka berhambur mendekati Naga. Penasaran siapa yang pingsan.

"Gue aja yang bawa Yumna ke UKS.. kalian lanjutin hukumannya..." ucap Naga dan segera menggendong Yumna ala bridal style.

"Gue ikut... " Pinta Thifa dan Yumna.

"Engga!!." seru Naga dengan nada tinggi.