"Engga." seru Naga dengan nada tinggi.
Tak ada yang berani menyanggah. Selain menjadi penonton peristiwa mencengangkan itu. Jarang jarang seorang Naga bisa memasang raut cemas seperti sekarang.
"Balik kebarisan...!! balik balik!.." Dewa berkoar koar menembus kerumunan yang tertata rapi menyaksikan live drama bergenre romantis antara Naga dan Yumna. Siapa sangka insiden pingsan bisa membuat semua terbawa perasaan.
"Sayang, sayang.. kalau aku pingsan.. kamu bakal ngelakuin persis kaya gitu gak?." Thifa gigit jari sambil menepuk nepuk bahu Ardhi. "Hiih...romantis... romantis.. romantis... romantiiiis bangeet..." racaunya.
"Kamu mau praktek?.. ayo.." Ucap Ardhi sama gilanya. "ee..eeeh.." mendadak telinganya ditarik Dewa dengan tak berperi kemanusiaan. Ia diseret tanpa ampun ke tempat sebelumnya.
"Romantisnya dimana bego? kalau di film juga itu tu adegan sedih..." ucap Dewa.
"Sakit dodol..!." gerutu Ardhi pelan saat sudah masuk barisan terdepan. Ia melirik kepergian Dewa yang berpapasan dengan Thifa. Gadis itu tengah berlari kecil ke arahnya.
"Sakit ya yang... sini aku tiupin..." Thifa berjinjit demi meniupi telinga Ardhi yang memerah.
"Makasih sayang..." ujar Ardhi seraya tersenyum manis.
***
Yumna tersadar tepat saat Naga meninggalkan ruangan bernuansa putih dan hijau itu. Bunyi benturan pintu yang mengundangnya untuk bangun. Ia mengernyitkan dahi.
"Gak ada siapa siapa..jadi aku beneran ditinggal??..." Lirih Yumna seraya berniat untuk bangun dengan tangannya. Namun urung. Entah kenapa rasa pening menyergapnya seolah baru di pukul dengan palu. Aissh.. Iapun mengalah. Faktanya, hasrat untuk tetap rebahan lebih kuat. Ditambah lagi kondisi gadis itu yang belum dapat asupan apa apa dari pagi.
Ia menghembuskan nafas berat. Ia pikir tadi itu mimpi. Mustahil Naga mau menggendongnya sampai ke UKS.
Yang sedikit ganjal di pikirannya yakni, setelah perdebatan di UKS sebelumnya. Bagaimana bisa ia tertinggal?. ketiduran?. Ahh bagaimana bisa?. Ia berpikir keras. Kenapa ia lupa dengan sebagian kejadian? Yang pasti, Yumna begitu yakin bahwa kejadian di hukum di lapangan itu hanya mimpi. Ahh Yumna selalu bingung membedakan antara mimpi dan kenyataan.
Ceklek..
Pria berbadan jangkung itu kembali masuk. kali ini ia membawa sebotol air mineral dan kemasan styrofoam yang Yumna yakini isinya jelas bubur ayam. Yumna terhenyak langsung duduk saat pria itu mengisi kursi di samping tempat tidurnya. Kenapa Naga kesini?. gak mungkin kan dia kesini cuma buat makan di depannya.
"Kata petugas UKS tadi... lo pingsan gara gara kelaperan... so... lo mesti makan sekarang.. jangan ampe mati konyol cuma karena kelaperan..." ucap Naga dengan nada super datarnya.
Yumna menelan saliva susah payah. 'jadi tadi bukan mimpi..' Ahh... Sepertinya Naga memang berkepribadian ganda. Lihat saja dia sekarang. Naga bahkan mau membawakan makanan untuknya seolah lupa dengan sikapnya yang selalu memusuhi Yumna.
"Gue beli bubur ayam ini di kantin... lo gak anti ama makanan kantin kan..." tanya Naga. Yumna perlahan menurunkan kaki. Menuruti nafsu makannya yang mendadak memuncak.
Naga tersenyum tertahan saat Yumna kini menghadapnya dengan raut polos. Gadis itu tampak melirik makanan yang ada di tangannya.
"Oke..... aaa.." Naga mengangkat kedua alis memandang Yumna. Seperti menyuapai anak kecil. Gadis itu sedikit geligapan mendapat perlakuan Naga. Namun akhirnya suapan besar pertama pun masuk dengan terpaksa.
Mulut Yumna yang penuh membuat gadis itu memalingkan wajah. Aiish Ini memalukan. Apa Naga sengaja menyusahkannya huh?!. Ahh.. meskipun cowok itu terlihat biasa saja. Tidak juga mentertawainya. Tapi mungkin saja ia mengejek dan mebullynya dalam hati.
Yumna jadi semakin canggung. Kedekatan yang tiba tiba ini sangat menganggu pikirannya. Ia bahkan jadi semakin sulit mengatur sikap di depan pria itu. Ahh.. siang siang begini Yumna harus merasakan senam jantung dengan tempo dipercepat. Sungguh meresahkan!.
Yumna melirik Naga yang sedang sibuk memainkan bubur dengan sendok. Sungguh! ia bisa makan sendiri. Aiish...Naga bukan membantu..justru malah mempersulit. Apa Yumna harus merebutnya?. Disaat lapar seperti ini, makanan di depan mata adalah yang terlezat dari makanan hotel bintang 10 sekalipun. Namun lebih enak lagi jika makan sendiri.
Ahh iya.. kertas... Yumna mengambil buku catatan kecil di saku. Menulis sesuatu dan merobek dengan mudah. Tentu saja ia langsung berikan pada Naga. Satu satunya orang yang menemani Yumna di ruang kesehatan ini.
Dengan gerak cepat Yumna mengambil alih makanan tersebut. Berusaha abai dengan tatapan Naga yang menyorot dingin.
"Lo bisa ngomong, ngapain pake kertas..." ujar Naga dengan alis terangkat sebelah. Yumna balik memandang beberapa saat. Mengatur kata kata yang bisa meluncur dari bibir beku yang ia punya. Ahh..nihil. Susah sekali. Yumna menyerah dan beralih mengaduk bubur di pangkuan. Hmm Lebih baik ia tuntaskan proses isi ulang daya tubuhnya.
Naga membaca tulisan Yumna. Lantas senyum simpul terpatri di wajah cowok itu.
"Hmm.... abis gue bantuin...lo malah ngusir gue... haha.. Gak penting juga sih. oke gue cabut." Naga tergelak hambar. lalu mengendikan bahu tak peduli sambil berdiri. Ia sedikit mencuri pandang ke arah gadis yang mematung di pinggiran ranjang. Yumna terlalu berbeda dari perempuan lain. hal Itu membuat Naga merasa ada hal baru. dan sedikit tantangan.
Yumna menghela nafas panjang saat pintu tertutup sempurna. Waktunya me time!. Gadis itu tersenyum lega. Ia lebih terbiasa dengan sepi. Seolah menjadi momen ternyaman dalam hidup. Yaah... Ia belum siap lahir batin dengan lingkungan barunya. Walaupun ia sudah memaksa raganya sendiri untuk berbaur di dalam pergaulan anak kelas. Hmm... Hari pertama terlihat berhasil. Ia bisa mendapat 2 teman dekat baru sekaligus.
Namun untuk jiwanya. Mungkin, butuh proses lebih lama. Faktanya, sisi pendiam Yumna terus memberontak tak betah. Ahh ini dia bagian tersulit... kapan dia bisa membebaskan suaranya?.
Sementara itu, motivasi terbesar Yumna untuk menjadi gadis normal selalu menaungi langkahnya. Hmm.. mungkin karena ini awal. semangatnya masih membara.
"Aku baru pernah ngerasain bubur seenak ini.." Gumam Yumna sambil mengamati sesendok bubur. "Ahh iya.. makan pas lagi laper lapernya emang enak.. " lirihnya.
Selang beberapa menit. Dengan nafsu makan yang tinggi, bubur itu cepat habis tanpa sisa. Bersamaan dengan itu, Bell pulang berdering di ikuti sorakan yang seketika membahana ke seluruh gedung.
"Yeay pulang.." pekik Yumna tertahan. "ekhhem ekhhem...seret.." Gumamnya seraya meraih botol. Ia mencoba membukanya. tapi susah. Yumna mendesis kesal. Produk apa sih nih? niat jual apa enggak??. masa gak bisa dibuka?. Cercanya dalam hati. Nyebelin!.
Kalau dibuang sayang. Yumna juga benar benar haus. Gadis itu memakai sepatunya dengan enggan. Sesekali melirik Jam.
Eh!. Zaky!. Tiba tiba Yumna jadi terburu buru. Seperti di kejar hantu. Ia begitu panik. Ia menghambur ke pintu secepat kilat. Ia mendesis sebal saat menyadari air minumnya tertinggal. Mau tak mau ia kembali hanya untuk mengambil sebotol air mineral. Namun, sikap atraktif nya berubah lenyap ketika keluar. Banyak siswa yang lewat. Itu cukup mengekang pergerakannya. Ahh... bagaimana?!.
Yumna meringis pasrah. Sesekali ia mengangguk hormat untuk membalas sapaan anak kelasnya yang bahkan ia tak kenal. Kebanyakan dari mereka sekedar melontarkan kata senang melihat Yumna sudah sadar. Ada juga yang sampai menyentuh dahinya. Lalu tersenyum lega karena suhu Yumna normal. Dan untuk yang lewat begitu saja mungkin itu anak kelas lain.
Yumna melawan arus perpulangan siswa di lorong menuju kelasnya. Entah kenapa ia takut ditinggal Zaky. Ya, walaupun sejauh ini cowok itu tak pernah mengabaikannya. Tapi bisa saja kan?!. Lagi pula siapapun berhak berubah. Karena bosan mungkin.
Yumna menghembuskan nafas lega ketika tiba di kelas. Tinggal tiga temannya yang masih di sana. Thifa yang selalu menempel dengan Ardhi, dan Flora yang sedang fokus dengan gadgetnya.
"Yumna kamu udah sadar...kita baru aja mau kesana tau.." Thifa melenggang ke bangku Yumna.
"Sorry.. gara gara gue kayanya. lo belum makan dari pagi kan.." Flora menggendong ranselnya. Ia menggigit bibir bawah cukup sesal. "Besok gue bawa bekel.. lo boleh minta.." ucapnya dengan sungguh sungguh.
Yumna tersenyum lalu mengangguk mengiyakan. Ia memasukan beberapa buku dari laci ke tas. Fikirannya hanya terus menuntut untuk secepat mungkin menemui Zaky.
Hmm.. Sekali lagi, Yumna cuma takut ditinggal. Jujur ia tak menangkap dengan jelas maksud Flora. Sekalipun ia mendengarnya. Ahh apapun perkataan Flora, Yumna hanya cukup mengangguk biar cepet.
"Kita duluan ya ." ucap Ardhi seraya menggandeng Thifa meninggalkan kelas.
Bip!. Flora membaca sekilas layar ponselnya. "Gue juga duluan ya.. supir gue dah dateng.. lo pulang bareng Zaky kan.." tanya Flora.
"Iya... udah lo pulang dulu aja.." Suara Zaky tiba tiba muncul diantara mereka.
Flora mendecih sebal, ia masih saja ingat dengan ejekan Zaky saat jam istirahat. Gadis itu jadi enggan berlama lama disini. ia pun meninggalkan kelas setelah melambaikan tangan ke Yumna dengan ceria.
Di sisi lain Yumna diam diam tersenyum lega. "Ahh ternyata Zaky gak lupa." lirihnya. Tentu saja telinga cowok itu tertutup dari suara yang kebangetan kecilnya.
"Ayo..." ucap Zaky. Yumna mengangguk.
Di sepanjang perjalanan ke area parkir, Yumna masih belum menyerah dengan botol yang mengerjainya. Ia terus saja memutar tutup yang tersegel itu. Tangannya sampai berubah merah. Rasa panas melapisi telapak tangannya sekarang.
"Na.. naik.." ucap Zaky. Yumna terlalu fokus dengan botol. Oh ayoolah Yumna hanya ingin minum. Gadis itu mengibaskan tangannya yang makin panas.
Set!. Yumna tertegun saat tangannya di pegang seseorang. Ia reflek menoleh. Eh Zaky.
"Kenapa gak minta bantuan ke aku?. aku kan bisa bantu.... tangan kamu ampe semerah ini." Zaky menatap miris telapak tangan gadis itu. Ia lalu merebut paksa botolnya. Dengan sekali putar. Ya! terbuka. Hah?!. Yumna melebarkan mata sekejap. Dan detik berikutnya langsung bersikap biasa saja.
"Minum.." Ucap Zaky sambil menyodorkan air itu. Yumna menerima dan menatap tak percaya pada lubang botol. Ini kebuka?!. dari tadi kenapa dia gak bisa huh?!. ahh yang penting dia bisa minum.
Yumna menghabiskan setengah. Cukuplah untuk menumpas rasa haus yang menyerang tenggorokan.
"Gue juga mau.." Zaky merampas air mineral kemasan itu lalu meminumnya sampai tetes terakhir. Yumna tak bisa menutupi keterkejutannya, sesaat ia melotot.
"Kamu tau gak artinya minum di satu botol yang sama?." Zaky menunjukan senyumnya. Aiih senyum apa itu?!. sama mengerikannya dengan senyum joker. Yumna meringis ngeri.
"Naik.." ucap Zaky sambil melempar botol bekas tadi tepat ke tempat sampah. "yak... perfect!."
Yumna menaiki motor dengan ragu ragu. Apa ini serius?!. Naik motor sport sama saja ia mau berdekat dekatan dengan cowok gila ini. Ahh... menyesal memang selalu di akhir.
"Artinya,..." Zaky menggantung kata katanya.
Yumna tak menggubris. Ia kini tengah mencoba memberi jarak. Ia memindahkan tas kedepan. Bagus!! ini batasnya.
"Kalau minumnya sebotol berdua... artinya kita udah ciuman secara gak langsung." Ucap Zaky sambil senyam senyum.
Yumna sontak tersedak beberapa kali bersamaan dengan melajunya motor Zaky.
'Darimana teori macam itu hah?!. Gila!.' Umpat Yumna dalam hati.
"Kita pulaaang..." Teriak Zaky membelah jalan menuju gerbang sekolah. Sontak semua orang menoleh sekilas lalu mengikuti laju motornya sampai meninggalkan area sekolah.