Diva menutup mulut terkikik geli. Ia mendesah lega. Mending sekarang pulang, sebelum Pandu juga menyadari kebenaran tentang dirinya. Diva sedikit membungkuk sopan meniru cara sapaan pada drama yang selalu ia tonton. Dan pulang... tanpa mengatakan apa apa lagi. Diva tak menyangka Pandu sebegitu ingat dengan suaranya. Mungkin karena mereka sudah sering bertemu.
Pandu menghela nafas berat. Mungkin karena saat ini ia sangat ingin bertemu Diva. Hingga suara orang lain pun bisa terdengar mirip dengan dokter itu. Ya, Setidaknya Pandu hanya ingin mengatakan bahwa ia tak apa apa. Pandu tahu, Diva begitu canggung setelah kejadian itu. Dan malah menghindarinya. Ahh.. padahal... sungguh, Pandu memaafkannya karena mengerti maksud Diva. Walaupun caranya salah. Ya! anggap saja Diva sudah buntu dan tak menemukan cara lain.
Pandu terus memikirkannya, Sampai sampai ia kehilangan konsentrasi untuk mengisi kajian agama setelah isya tadi. Baiklah, besok masih bisa ketemu.
.
.
.