**
[Resepsionis Kantor Rian : Assalamu'alaikum, selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?]
[Titah : Wa'alaikumussalam, selamat malam, bisa saya berbicara dengan Rian Adi Wibowo?]
[Resepsionis Kantor Rian : Oke baik akan segera saya sambungkan, maaf dengan siapa saya berbicara?]
[Titah : Titah..]
[Resepsionis Kantor Rian : Oke mohon tunggu sebentar ya Titah, em..]
[Titah : Why miss?]
[Resepsionis Kantor Rian : There is no Miss, please wait a minute, Miss.]
[Titah : Oke..]
**
Indonesia
DI KANTOR RIAN DAN KAMIL
Di Lobby Kantor Rian dan Kamil..
"Assalamu'alaikum, selamat pagi panggilan untuk tuan Hafidz Kamil Syaigha dan tuan Rian Adi Wibowo ada telepon untuk tuan Hafidz Kamil Syaigha dan tuan Rian Adi Wibowo silakan ke lobby atau ke resepsionis, terimakasih." kata Resepsionis.
Di Ruang Kerja Kamil..
"Telepon untukku, tumben." kata Kamil heran.
Di Ruang Kerja Rian..
"Telepon untukku, apakah itu Titah, akhirnya." kata Rian.
Di Lobby Kantor Rian dan Kamil..
"Permisi, saya tuan Hafidz Kamil Syaigha, katanya ada telepon untuk saya dimana?" tanya Kamil.
"Di sebelah em.. Sebelah kanan." jawab resepsionis.
"Oke thanks." kata Kamil.
"You are welcome sir.." sambung resepsionis.
"Okay.."
"Hi pretty.."
"Yes, sir, sorry you are Mr. Rian Adi Wibowo?" tanya resepsionis.
"Of course, my name is Rian Adi Wibowo." jawab Rian.
"There is a call for you on the left." kata Resepsionis.
"Okay thanks pretty." sambung Rian.
"Okay you are welcome sir.."
**
[Kamil : Assalamu'alaikum, siapa ini?]
[Titah : Wa'alaikumussalam, ini saya Titah, joun..]
[Kamil : Sudah papa duga pasti kamu nak yang menelpon papa?]
**
Belanda
Di Mobil Titah..
"Ha.. Nak, sejak kapan gue jadi anaknya si Joun, ih si Joun aneh banget sih." kata Titah heran yang ternyata tersambung oleh Kamil bukan Rian.
"Bokmenawi amargi asring cah ayu tolak terus, dados otak'e konslet kados punika cah ayu." sambung Paijo.
"Mendel lik, sampun panjenengan konsentrasi nyetir kamawon lik.."
"Oh inggih cah ayu."
**
[Kamil : Baik, papa tahu kalau kamu menelepon seperti ini ada yang ingin kamu pinta atau kamu ada yang ingin kamu sampaikan pada papa, cepat katakan asal jangan kamu mengatakan Belanda, oke.]
[Titah : Em.. Eh.. Joun.. Kenapa gue kaga boleh menyebutkan kata Belanda ha..?]
[Kamil : Karena papa tidak akan mengizinkan kamu untuk pergi ke sana, apakah kau paham?]
[Titah : Tidak, siapa kamu enak saja melarang gue pergi lagian juga gue kan sudah lama tinggal di sini, tahu ah.. Kesel gue.]
Nut.. Nut.. Nut..
Sambungan telepon Titah dan Kamil terputus.
Indonesia
**
[Titah : Assalamu'alaikum pah.]
[Rian : Wa'alaikumussalam sayang, sejak kapan kamu panggil saya papa sayang, oh atau kamu sudah bisa menerimaku pelan-pelan ya sayang, atau oh.. Aku tahu.. Kamu sudah menganggap ku sebagai papa dari anak-anak ya sayang.]
[Titah : Ha.. Papa sudah gila ya?]
[Rian : Memang sayang, memang aku sudah menjadi gila karena mu muach..]
**
DI RUMAH FITRA
Masih Di Ruang Tengah..
"Kenapa tah?" tanya Fitra.
"Papa, om.." jawab Titah.
"Ha.. Papa mu, maksudnya?"
"Masa papa panggil aku sayang sih, ih aneh sekali."
"Loh memangnya kamu tidak bilang kalau kamu adalah anaknya tah?"
"Sudah om, papa bilang masih single.."
"Ah masa sih?"
"Ya sudah nih kalau tidak percaya ngomong saja sama papa, om." kata Titah.
"Ya sudah mana." pinta Fitra.
"Nih om.." Titah memberikan telepon rumah pada Fitra.
**
[Fitra : Halo mil..]
[Rian : Iya Halo sayang..]
[Fitra : Ih.. Eh Kamil habis kepentok apaan tuh kepalamu?]
[Rian : Aku gak kepentok apa-apa kok sayang.]
[Fitra : Salah minum obat ya?]
[Rian : Apaan sih kamu sayang dari tadi ngomongnya ngaco deh..]
**
Masih Di Ruang Tengah..
"Kumaha tah?" tanya Arya.
"Papa abdi nuju gesrek otak na, eta om Fitra nuju ngomong sareng papa mu ulah di doja nya, urang simak wae." jawab Titah.
"Oh oke.." seru Arya.
**
[Fitra : Astaghfirullahalazim Kamil saya ini kakak laki-laki kamu.]
[Rian : Ha.. Kamu ini bagaimana sih sayang, kamu lupa ya kalau kakak laki-laki ku itu sudah meninggal dunia tujuh tahun yang lalu.]
**
Masih Di Ruang Tengah..
"Astaghfirullahalazim Hafidz Kamil Syaigha alias Kamil." kata Fitra.
"Kunaon pah?" tanya Arya.
"Mamang anjeun Arya jeung bapa anjeun Titah.." jawab Fitra.
"Maksudnya om?" tanya Titah.
"Papamu benar-benar ingin aku ini mati ya, aku di bilang sudah mati tujuh tahun yang lalu." jawab Fitra lagi.
"Haha.." Titah dan Arya tertawa bersamaan.
"Tuh kan benar Arya, otak papa lagi gesrek antara masalah kerjaannya di kantor atau karena mau kita tinggal ke Belanda, haha.." kata Titah sambil tertawa.
"Haha iya, oh ya pah sudah langsung saja pada intinya saja habis itu tutup deh teleponnya." sambung Arya yang juga masih tertawa.
"Iya ini baru mau langsung pada intinya sabar kenapa sih kalian ini.." kata Fitra.
**
[Fitra : Halo mil masih di situ kan kamu?]
[Rian : Ya masih dong sayang, aku masih menunggu mu eeaa..]
[Fitra : Oke aa langsung saja pada intinya ya mil, Belanda, di izinkan atau tidak aa dan anak-anak akan tetap pergi ke sana, bye..]
[Rian : Iya sayang, loh kok..]
Nut.. Nut.. Nut..
Sambungan telepon Fitra dan Rian terputus.
**
DI KANTOR RIAN DAN KAMIL
Di Lobby Kantor..
"Tah.. Titah.." kata Kamil yang baru saja terputus teleponnya dengan Titah.
"Loh sayang kok terputus sih, sayang.. Tah.. Titah.." sambung Rian yang baru saja terputus teleponnya dengan Titah.
"Titah.." kata Kamil lagi.
"Titah.." sambung Rian lagi.
"Hai.."
"Hai juga.."
"Titah ternyata sama ya namanya, ku rasa resepsionis itu bingung."
"Ya mungkin."
"Rian.." Rian memperkenalkan dirinya pada Kamil.
"Oh ya, saya Kamil.." Kamil juga memperkenalkan dirinya pada Rian.
"Oke Titah mu pasti lebih cantik ya?" tanya Kamil.
"Ya tentu saja dia adalah teman sekolahku dan aku sayang dengannya, tapi selalu di tolak dia, lalu pasti Titah cantik juga kan?" tanya Rian juga.
"Ya tentu saja, dia adalah putriku berusia sepuluh tahun." jawab Kamil.
"Ya pastinya lebih cantik dari Titah ku, oke baiklah saya masih ada jam kerja."
"Sama denganku, aku juga masih ada kerjaan, oh ya bagaimana kita kumpul atau ngobrol bersama kalau ada waktu."
"Oke boleh juga."
"Baiklah kalau begitu saya akan kembali ke ruangan saya."
"Begitu juga denganku, aku juga akan kembali ke ruanganku, sampai jumpa lain hari."
"Oke.."
Kamil dan Rian berpisah ke ruangan masing-masing untuk mengerjakan pekerjaannya yang belum selesai. Sementara Titah sudah sampai di City Camping Rotterdam, Belanda.
Sementara itu Titah, Fitra dan Arya sudah berangkat menggunakan bus dari sekolahnya menuju ke bandara, untung saja Kamil belum pulang karena masih ada di meeting diluar kantor.
Titah, Fitra dan Arya memikirkan sesuatu untuk membuat Kamil menyusul mereka ke Belanda dan bertemu dengan Titah teman kecilnya. Titah pun menemukan caranya. Titah belum tahu kalau Titah adalah anak dari Belinda dan Kamil, sahabatnya di kampus dulu.
Dua hari kemudian Titah mengetahui ternyata Titah adalah anak Belinda dan Kamil, sahabatnya karena Titah melihat Kamil di televisi dan salah satu acara tv.