Chereads / Sakitnya Mencintaimu / Chapter 3 - Bab 03

Chapter 3 - Bab 03

"Haha.. Fasilitas bule, ada-ada saja elu berdua." kata Kamil sambil tertawa.

"Sudah tah jawab tuh ruang rektor dimana, nungguin itu bule.." kata Bagus.

"Iya ini baru mau gue jawab gus.." sambung Titah.

"Sudah buruan.."

"The chancellor's room, from here straight then turned right, then you straight a little and the last room from the left is the chancellor's room." jawab Titah.

"Oh okay, thank you." kata Belinda.

"Yes, you are welcome." sambung Titah.

"Sudah kan, awas leu panggil gue fasilitas bule lagi."

"Tah.." Kamil memberi kode pada Titah.

"Apaan lagi sih mil?" tanya Titah.

"Kayanya fasilitas bule elu belum selesai deh.." jawab Kamil.

"Haa.. Maksud elu?" tanya Titah lagi.

"Bulenya balik lagi." jawab Bagus.

"Haa.. Balik lagi, em ini bule nyusahin saja." keluh Titah.

"Haha.." Kamil tertawa.

"Excuse me, sorry there is something I want to ask again. Can you?"

"Yes of course you can, please."

"Sorry in advance, what's your name?"

"My name is Titah, this is my friends, introduce this Kamil, Bagus and Ridwan."

"Hai.." kata Kamil, Bagus dan Ridwan.

"Hi too, and introduce my name, Bel.." Belinda yang sedang memperkenalkan dirinya terpotong oleh Titah.

"Belinda, your name is Belinda, right?" tanya Titah.

"Yes right, my name is Belinda."jawab Belinda.

"Tahu darimana tah namanya adalah Belinda?", tanya Kamil.

"Dari rektor, dia adalah.." jawab Titah.

"Stop tah jangan sebut si cungkring itu." kata Kamil yang memotong jawaban dari Titah.

" Cungkring, oh.. " kata Belinda dalam hati.

"Bukan gitu, mil pak rektor.." kata Titah yang mencoba menjelaskannya pada Kamil.

"Stop tah, sekarang pertanyaan kedua, kamu kuliah dimana sebelum di sini?"

"Dia kuliah di University College London (UCL)."

"Benarkah kau kuliah di University College London (UCL) sebelum di sini?"

"Ya benar.."

"Bisa bahasa Indonesia." Ridwan kaget saat mendengar Belinda berbicara bahasa Indonesia.

"Tah, tahu darimana kamu?"

"Saya tahu dari pak rektor."

"Titah stop jangan pernah kamu sebut si latah itu.." kata Kamil yang kesal saat Titah menyebut pak rektor di depan Kamil.

" Latah, oh.. " kata Belinda dalam hati lagi.

"Tapi mil.." kata Titah yang masih mencoba menjelaskannya pada Kamil.

"Tah.., oke pertanyaan ketiga kamu tinggal dimana, maksudku bukan di London tapi di Indonesia?"

"Dia tinggal di rumahnya pak rektor mil, karena.."

"Titah stop.., saya bilang jangan pernah sebut si rese itu.." kata Kamil yang kesal saat Titah menyebut pak rektor di depan Kamil.

" Rese, oh.. " kata Belinda dalam hati lagi.

"Assalamu'alaikum." pak rektor memberikan salam pada Titah, Belinda, Kamil, Bagus dan Ridwan.

"Wa'alaikumussalam." Titah, Belinda, Kamil, Bagus dan Ridwan menjawab salam dari pak rektor.

"Eh Belinda, kamu.." kata pak rektor yang di potong oleh Kamil.

"Em pak rektor jangan di ganggu dulu Belinda nya." kata Kamil yang seolah-olah sudah mengenal Belinda lama.

"Benarkah?" tanya pak rektor.

"Ya tentu saya pak rektor, karena saya mengenal Belinda dari kecil pak rektor." jawab Kamil.

"Benarkah?" tanya pak rektor lagi.

"Benar papa." jawab Belinda.

"Haa.. Papa.." Kamil kaget saa Belinda menyebutkan papa pada pak rektor.

"Iya mil, papa.." sambung Titah.

"Permisi pak Yudha maaf anda di panggil ke ruang meeting." kata salah satu dari dosen pada pak rektor.

"Baiklah kalau begitu saya permisi dan kamu tah ingat pesan bapak kemarin kan?" tanya pak rektor.

"Siap pak." jawab Titah.

"Eh fasilitas bule memangnya pak rektor bilang apa?" tanya Ridwan.

"Ada deh kepo elu." jawab Titah.

"Permisi.."

"Bulenya balik lagi hadeh.." keluh Bagus.

"Dia cungkring, latah, dan.." kata Belinda yang lupa perkataan Kamil yang terakhir.

"Baik, ya dia orangnya sangat baik hari sekali.." sambung Kamil.

"Dan rese.., tapi bagiku dia adalah ayahku, ayah yang terbaik, jangan pernah mengatakan itu lagi mengenai ayahku paham."

"Ya.."

"Satu lagi, walaupun saya sejak kecil tinggal di London, tetapi saya tidak lupa dengan Indonesia dimana saya dilahirkan em Titah.."

"Iya.."

"Excuse me." Belinda pun pergi.

**

"Dua bulan kemudian aku dan papamu semakin dekat karena aku dan papamu sudah berteman dan Titah mulai cemburu karena melihat aku dan papamu sering jalan bersama di setiap saat dan mulai melupakan Titah. Dan seminggu kemudian papamu menyatakan cinta padaku, Titah yang mengetahui aku dan papamu berpacaran ikut senang dan didalam hatinya sangat terluka, saat dia menyatakan cintanya pada papamu juga sebelum papamu menyatakan cintanya padaku, dan demi persahabatannya dengan papamu, Titah rela pergi dari aku dan papamu untuk melanjutkan pendidikannya yaitu S2 dan S3 di Belanda.

Kini aku merasa menyesal karena telah memisahkan papamu darinya, karena Titah adalah cinta sejati dari papamu, bukan aku Titah, tapi Titah, maukah kau mempersatukan papamu dan Titah kembali, aku mungkin bisa menjadi istrinya tapi tidak untuk teman hidupnya. Berjanjilah padaku, pada mamamu ini untuk mempersatukan Titah dan papamu kembali." kata ibunya di dalam surat terakhirnya sebagai permintaan terakhirnya.

**

Di Luar Cerita Ibunya..

Masih Di Ruang Keluarga..
"Baik mama Titah berjanji akan mempersatukan Titah dan papa." Titah berjanji pada ibunya.

Di Ruang Tengah..
"Om Fitroh.."

"Muhun geulis, aya naon?" tanya Fitra.

"Papa mana?" tanya Titah juga.

"Ini papamu." jawab Fitra yang memberitahu ayahnya duduk di sebelah Fitra.

"Aya naon a?" tanya Kamil.

"Di pilari putra anjeun." jawab Fitra.

"Oh, ada apa sayang?" tanya Kamil lagi.

"Main tanya jawab." jawab Titah yang mengajak Kamil untuk bermain.

"Oke contohnya seperti apa?"

"Contohnya aku yang bertanya burung lalu papa menjawab elang, seperti itu contohnya pah.."

"Itu seperti sambung kata." kata Kamil.

"Ya pokoknya seperti itu pah, jadi bagaimana?" tanya Titah.

"Boleh di coba." jawab Kamil.

"Okay start.." seru Titah.

"Start.." sambung Kamil.

Di Dapur..
"Kasep?" tanya Titah.

"A Fitra." jawab Kamil.

"Kamil.." keluh Fitra.

Di Ruang Keluarga Lagi..
"My father's friend?" tanya Titah.

"Titah." jawab Kamil.

"Titah, who is it a father?"

"Yeah, who's that and is he his son Nano's uncle?" tanya Fitra.

"Yes.." jawab Kamil lagi.

"She's what the father is?"

"She is beautiful, on campus always pay attention to me in the campus first."

"Oh so sweet.." seru Fitra, Ningrum, Arya dan Titah.

"And one more." kata Kamil.

"Naon eta mil?"

"Di kampus tiheula anjeunna sering di saur fasilitas bule."

"Haa leres eta mil?"

"Leres a.."

"Kok aa teu.." kata Fitra yang terpotong oleh Kamil.

"Makannya pulang ke Jakarta, jangan di sukabumi mulu, biar ngerti." sambung Kamil.

"Lalu sekarang dia dimana papa?"

"Iya mil, Titah sekarang dimana?"

"Entah, saya tidak tahu dia berada dimana sekarang."

"Eh iya ini jam berapa ya?"

"Setengah delapan papa."

"Haa, haduh papa telat ke kantor, a, tah, teh dan Arya."

"Iya papa.." seru Titah, Ningrum, Arya dan Fitra.

"Kompak bener.., ya sudah ayah pamit ya, assalamu'alaikum." kata Kamil yang pamit pergi.

"Wa'alaikumussalam." Fitra, Ningrum, Arya dan Titah menjawab salam dari Kamil.

Dan keesokan harinya Titah mendapatkan telepon dari sekolahnya dan dia di pilih oleh sekolahnya untuk menari di Belanda mewakili sekolahnya.

Titah pun senang dia terpilih berkesempatan untuk menari mewakili sekolahnya di Belanda.
Titah juga memberitahu pada Kamil, Kamil tidak mengizinkan anaknya untuk pergi ke Belanda.