Chereads / Sakitnya Mencintaimu / Chapter 2 - Bab 02

Chapter 2 - Bab 02

Di Taman Depan Rumah Fitra..
"Mil.."

"Muhun a, aya naon, loh kok aa teu di jero?" tanya Kamil.

"Aa atos, loh kok malah anjeun anu taros, pan seharus na aa anu bertanya dina anjeun, anjeun nyalira ngapain di dieu?" tanya Fitra juga.

"Abdi teu peryogi di ditu a, karena anak abdi atos mendapatkan naon anu anjeunna hayang jeung naon anu anjeunna punya yaitu surat tina almarhumah indung na." jawab Kamil.

"Tacan Kamil.." kata Fitra.

"Tacan, naon na anu tacan a?" tanya Kamil.

"Ya tacan karena anak anjeun memerlukan kasih sayang seorang indung, apakah anjeun teu hoyong menikah deui mil?" tanya Fitra juga.

"Teu a, margi menurut abdi, urang hirup sekali, kojor sekali, jeung." jawab Kamil yang di potong oleh Fitra.

"Menikah pun sekali nya pan?" tanya Fitra lagi yang memotong jawaban dari Kamil.

"Muhun a.." jawab Kamil lagi.

"Nanging naon anjeun teu Tingal Titah nya paling teu biarlah anjeunna merasakan kasih sayang seorang indung." Fitra memberikan saran pada adiknya.

"Henteu butuh a.." Kamil menolak saran dari kakaknya

"Kunaon kitu?"

"Karena semua orang sudah memberikan banyak kasih sayang pada anakku dan itu lebih dari cukup."

Di Ruang Keluarga Lagi..
"Yes ini dia suratku." kata Titah yang kesenangan mendapatkan suratnya dan Titah pun mulai membaca surat dari almarhumah ibunya.

"Assalamu'alaikum Titah ku sayang, anakku sayang." Belinda memberikan salam pada putrinya.

"Wa'alaikumussalam mah.." Titah menjawab salam dari almarhumah ibunya dalam suratnya.

"Apa kabarmu nak, kamu sekarang sudah besar, sudah berusia sepuluh tahun, oh ya sebelum mama melanjutkan surat ini, aku, mamamu ingin bertanya apakah papamu masih tidur dengan menggunakan sepatunya?" tanya almarhumah ibunya di dalam suratnya.

"Iya mah.." jawab Titah.

"Kamu sudah besar pasti mirip sekali dengan papamu kan?" tanya almarhumah ibunya dalam suratnya lagi.

"Tidak, aku mirip dengan mama." jawab Titah lagi.

"Baiklah kita lanjutkan saja ya, hari ini mama akan melanjutkan cerita, cerita kali ini adalah tentang aku, apapamu dan Titah." almarhumah ibunya mulai menceritakan tentang ayah, ibu dan temannya pada Titah.

"Titah?" tanya Titah.

"Ya Titah adalah teman masa kecil dari papamu, dan juga orang yang mencintai papamu, kami bertiga satu kampus." almarhumah ibunya melanjutkan ceritanya.

"Cerita ini di mulai ketika aku dan papamu belum bertemu." kata Belinda.

**

----

DI KAMPUS TITAH DAN KAMIL
"Mil.."

"Hadeh, Ridwan lagi, hmm.. Kalau gak Ridwan, Bagus hmm.." keluh Kamil.

"Mil, yeh ini orang ya di panggilin dari tadi gak jawab." keluh Ridwan juga.

"Em iya, apaan wan?" tanya Kamil.

"Oh enggak.." jawab Ridwan memeriksa telinga Kamil, yang ternyata tidak menggunakan headset.

"Ih Wan, elu ngapain sih?"

"Enggak gue cuma ngecek doang kuping elu di sumpel apa kaga, sudah gitu doang.."

"Em ada apa Ridwan?" tanya Kamillagi.

"Elu lihat Bagus gak?" tanya Ridwan juga.

"Kaga, emang ngapa?"

"Kalau Titah?"

"Tuh.." jawab Kamil yang menunjuk ke arah Titah.

"Tah.."

" Siapa sih? " Titah pun bertanya-tanya dalam hati.

"Tah, yeh.. Sama budeg kaya Kamil." keluh Ridwan.

"Em asem elu wan.." keluh Kamil juga.

"Habisnya sama kaga dengarnya." sambung Ridwan.

"Em.." keluh Kamil lagi.

"Tah.."

" Siapa sih?, oh Ridwan. " kata Titah yang masih bertanya-tanya dalam hati.

"Em, tah.." keluh Ridwan lagi yang memanggil Titah.

"Iya wan, kenapa?" tanya Titah.

"Mil.."

"Iya wan, kenapa?"

"Em maaf nih ya tah, gue mau nanya nih.."

"Apaan?" tanya Titah lagi.

"Em, itu.." jawab Ridwan yang menunjuk ke arah telinganya.

"Apaan sih, elu kenapa sih nunjuk-nunjuk ke telinga elu?"

"Itu yang mau gue tanyain."

"Haa.." Titah kebingungan.

"Tah.." Kamil memanggil Titah dengan berbisik-bisik.

"Apaan mil?" tanya Titah.

"Headset bluetooth elu maksudnya." jawab Kamil dengan berbisik-bisik.

"Oh.." seru Titah.

"Iya.." sambung Kamil.

"Em tah.." Ridwan ingin bertanya lagi pada Titah dan kepotong oleh Titah.

"Stop, ik dat ik begrijp wat je me wilt vragen, dit klopt, mijn Bluetooth-headset heeft gelijk? Als je het niet hebt gebruikt, antwoord ik niet, ik heb geen antwoord gegeven, ik was het niet omdat ik mijn Bluetooth-headset gebruikte, maar ik was op zoek naar een bron van zijn stem waar, tevreden.." kata Titah menggunakan bahasa Belanda.

"Em tah kebiasaan." keluh Ridwan lagi.

"Kenapa wan?"

"Muncrat mil.., em.."

"Haha.." Kamil tertawa.

"Yeh ini orang malah ketawa lagi, tah tunggu." kata Ridwan.

"Haha.., elu ngerti kan wan artinya yang barusan di omongin oleh Titah?"

"Kaga mil.."

"Capek deh.." kata Titah.

**

"Di saat aku (mamamu) ingin kuliah di Indonesia dan dekat dengan kakekmu, Titah mengetahui terlebih dahulu dari kakekmu sebelum papamu, dan papamu mengetahui tentangku dari Titah (teman masa kecilnya), mulai dari aku kuliah dimana sebelum aku kuliah di kampus yang sama dengan papamu dan juga Titah (teman masa kecilnya), dan aku tinggal dimana selama aku tinggal di Indonesia. Setelah Titah menjawab semuanya pada kakekmu, papamu selalu memotong pembicaraan dari Titah dengan cara menjelek-jelekan kakekmu tanpa dia tahu kalau kakekmu (rektor) di kampus adalah ayahku, aku pun memberitahu kalau kakekmu adalah ayahku pada papamu."

Di Taman Kampus..
"Anakku, anakku dan anakku.." kata pak rektor yang kesenangan mendengar anaknya akan kembali ke Indonesia.

"Pagi pak.." Titah mengagetkan pak rektor yang latah.

"Iya eh iya.., ya Allah Titah, untung mahasiswi yang jahil cuma kamu saja coba kalau ada banyak mahasiswi seperti mu di kampus bisa mati latah bapak hmm.." keluh pak rektor.

"Hehe, maaf pak, oh ya pak kelihatannya bapak sedang senang, happy, ada apa sih pak, cerita dong?" tanya Titah.

"Iya deh, karena kamu bukan hanya mahasiswi di kampus melainkan kamu juga sudah ku anggap putriku sendiri, aku akan menceritakannya padamu, kita duduk di sana saja ya, yuk.." ajak pak rektor.

"Oke.." seru Titah.

"Jadi seperti ini tah, anakku atau putriku akan kembali ke Indonesia, kau tahu dulu sebelum istriku meninggal dunia dia tinggal dan sekolah di london tepatnya di kampung ibunya, dia sekarang kuliah di University College London (UCL) dan setelah ibunya meninggal dunia aku memintanya untuk kuliah di Indonesia, oh ya apa kau mau menjadi teman baiknya di kampus ini?" tanya pak rektor.

"Tentu saja pak dengan senang hati." jawab Titah.

"Ku harap kalian berdua bisa menjadi teman yang baik atau bahkan menjadi saudaranya sendiri yaitu seperti adikmu sendiri."

"Tentu saja pak, oh ya satu lagi siapa nama anak bapak?" tanya Titah.

"Nama anakku adalah Belinda, lengkapnya Belinda Himawan Nurrohmah." jawab pak rektor.

"Ok, jadi namanya adalah Belinda." kata Titah.

"Ya.., kalau begitu saya permisi ya, ada yang ingin saya kerjakan dan kamu?"

"Saya sudah pulang kuliah pak.."

"Oh, baiklah kalau begitu assalamu'alaikum." pak rektor memberikan salam pada Titah.

"Wa'alaikumussalam." Titah menjawab salam dari pak rektor.

----

DI KAMPUS TITAH DAN KAMIL
"Tah.."

"Ya gus.." jawab Titah.

"Elu lihat Ridwan gak?" tanya Bagus.

"Enggak, gue gak lihat kan biasanya dia bareng Kamil." jawab Titah lagi.

"Oh.., eh tuh dia." kata Bagus yang melihat Ridwan dan Kamil.

"Excuse me.." kata Belinda.

"Yes.." sambung Titah.

"Itu siapa tah?" tanya Kamil.

"Gak tahu." jawab Titah.

"Excuse me, sorry beforehand I want to ask, where is the chancellor's room?" tanya Belinda.

"Tah jawab tuh.." kata Ridwan.

"Tahu elu kan fasilitas bule di kampus ini juga di kelas kita." sambung Bagus.