pagi pagi hari sekali Senja pamit kepada ibunya. Namun dia masih ingat dengan kejadian kemarin yang sangat ia benci, hingga membuat ya tersenyum tak se ramah biasanya pada ibunya. Ibunya yang heran dengan anaknya lalu ingat tiba tiba kejadian kemarin yang mungkin belum bisa Senja terima. Tak disangka akan jadi seperti ini. Memang akan sulit, meski Senja bukan anak pembangkang sekaligus.
memasuki kantornya, Seperti biasa, awal awal dimarahi bos nya. Eits, itu hanya akting bos nya untuk membuat orang Sekantor ketakutan akibat kata kata yang memukul itu. Hingga sekarang belum ada yang mengetahui hal itu kecuali Nita seorang. Sepulang dari kantor....
"Baby, Tunggu aku." Ucap Bos G, itulah namanya. Bos G mengejar Senja dari kejauhan, hingga Senja menoleh dan tersenyum kecut. Mereka selalu bertemu di X Cafe karena keduanya begitu romantis. Menikah? Oh, telat, Senja menolaknya mentah-mentah tanpa alasan. Hingga kini dirinya menyesal dan mengutuk tubuhnya sendiri.
"G! Bisa berhenti panggil aku, Baby? Itu sangat menganggu, G. Kalau begitu kenapa kau tak akui kau mencintaiku pada semua orang saja, ha?" Gerutunya menghentakkan kakinya berkali kali. Dia benar benar marah, apasih gunanya berdrama di depan semua orang, kalau dramanya sangat palsu! Gumam Senja yang tak sanggup melukai hati tidak polos bos nya itu.
"Hehe, iya maaf kan aku, iya aku panggil kamu Senja mulai sekarang. Tapi aku belum bisa mengaku." ucapnya yang awalnya dengan nada riang, tiba tiba berubah sedih dan pucat. Nada bicaranya juga pahit di akhirnya. Senja sedikit bingung mencernanya. Tapi ia tahu, Bos G sebenarnya belum bisa move on darinya, tapi tak bisa dingin padanya. 'Senja, asal kau tahu, aku tetap ingin bersamamu. Tapi, baiklah akan ku akui, jika aku hanya berakting dengan kau!' Gumamnya dengan sesak, sesak sesesak sesaknya.
"Aku tahu, kau tak bisa mengaku. Ayo, lebih baik ke kafe, aku ingin bercurhat padamu. Hanya kau yang bisa menerima ku." Desak Senja tiba tiba dan berlari berhamburan menuju kafe. Bos G diam diam tersenyum. 'Arghhh... manisnya anak itu. Sayang aku tak dapat memilikinya. Dia seperti Twice.' Gumamnya dengan tersenyum malu yang lebih tepatnya gila. Bos G lalu menyusul Senja yang manisnya lebih dari gula, menuju kafe di kota yang indah dan penuh tempat romansa nya anak muda ini.
"Senja, jangan tinggalkan aku dulu! Nanti aku tak akan mentraktir mu, baru tahu rasa kau!" Timpalnya membuat Senja yang sudah didepan pintu masuk ke kafe, kini terhenti langkahnya.
Senja menoleh dengan dengan mengerucutkan bibirnya, dan dengan penuh manja menatap Bos G. Rasa yang tak asing sebenarnya begini, dia memang sudah pacaran selama tiga puluh hari. "Bos! Kau ini seperti tidak punya uang saja! Kemana perginya semua hartamu yang melejit di setiap balutan tubuhmu!" Ucap Senja dengan merangkai kalimat kalimat dewasa, meski tidak se dewasa yang sebelumnya bertengkar dengan Tante Elis. Iya, berada di dekat bos nya membuatnya gila dan kekanak-kanakan selalu.
"Hilih, tidak perlu di perpanjang lebar, bilang saja kau ingin es krim, kan?!" Tanyanya dengan menunjuk menu eskrim yang selalu menggoda Senja untuk memakannya. Cara itu sangat jitu untuk melawan Senja yang kekanak-kanakan menjadikannya semakin kekanak-kanakan dan manis untuknya.
Senja tidak tahan, dia seperti kepanasan. Dia ingin es krim sekarang juga!! "Baiklah, aku mengaku!! Aku hanya ingin es krim!! Entah kenapa berada di samping kau membuatku gila!!" ucapnya keceplosan semua yang ingin diomongkan nya. hati G tertampar hingga jurang, jadi apa maksudnya dia yang gila menularkan penyakit kegilaan nya ke Senja?, begitu? Senja masuk ke kafe dengan bahagia sementara G mengikutinya dalam diam dan senyap.
"Mau pesan es krim rasa, apa?" Tanya Bos G yang mengeluarkan dompetnya an duit Dollar as yang berhamburan di balik dompet itu. Senja yang ingin usil lalu tertawa cekikikan. Dia lalu menunjuk menu paling mahal di kafe ini. Strawberry Es krim dengan harga 10 Dollar. Bos G menatap remeh. Baginya uang segitu hanya potongan kecil kertas sobek. Bos G lalu membayar es krim itu dan membawanya ke meja yang sudah lama mereka tempati disini.
"Tumben sekali, mentraktir ku es krim hanya satu." Ucap Senja seperti ingin menolak es krim itu. G mengerutkan keningnya, apa gadis itu menolak? "Tapi, kau tidak pesan rasa lainnya, bagaimana aku mau mentraktir mu banyak? Nanti kau obesitas, lho." Ancamnya lalu terkekeh-kekeh, sementara Senja masih mengerucutkan bibirnya. 'Bisa bisanya dia lakukan ini, sih? Kau akan dapat balasannya, iblis!' gumam Senja yang siap menerkam iblis, meski artinya melenyapkan keperawanan nya? 'Eh, tidak jadi, deh. Keperawanan ku bisa hilang nanti. Kacau suami aku nanti, eh kok bicara tentang dia, sih? Tak tahu malu sekali aku. Pernah melihatnya saja sudah lama.' Batinnya yang malah menjadi ngeri. Mungkin baginya lebih baik jadi orang tanpa pasangan dan bergaul dengan mantan yang serasa pacarnya.
"Biarkan aku obesitas. Tambah gemuk tambah cantik." Ucapnya yang malah jadi ngeri sendiri. 'Eh, sial. Kenapa aku malah bilang begitu padanya? iuhh aku jadi tidak nafsu makan es krim.' Batinnya yang menjauhkan es krim dari wajahnya dengan tangannya. Wajahnya mengkerut, sementara G hanya bisa tertawa. 'Ya ampun, andai aku tidak ditolak olehnya, pasti aku sudah sangat bersyukur.' Batin G dengan gemas yang sangat gemas segemas gemasnya. Sayangnya, dia ditolak membuat mimpinya dengan Senja tak akan terkabulkan. "Kau ini terlalu menggemaskan. Oh ya, apa yang ingin kamu bicarakan tadi?" Tanya G yang terlalu tiba tiba karena dia teringat Senja yang ingin curhat sesuatu padanya. Entah akan bahagia atau sedih atau tidak ada efek untuk G.
"Jadi begini, G. Kamu tak boleh cerita, sampai aku selesai." G mengangguk dengan keadaan yang mulai memanas. "G, aku akan menikah, ibu menyuruhku, karena dia bilang umurnya tak panjang, lagi. Dan aku dinikahkan dengan seseorang yang bahkan tak kenal denganku, padahal aku tak ingin menikah. Ibu memberitahu aku terlalu mendadak, jadi, aku lebih baik menikah denganmu daripada dengannya." hati G begitu berbunga bunga. Baru kali ini Tuhan mendengarkan nya, mendengarkan isi hati pria tanpa pasangan yang sejati ini. 'G, ingatlah, kau tak boleh sia sia kan kesempatan emas ini. Tapi, bagaimana kau bisa melamarnya kalau mau berlatih melamar dengan batu saja kau merasa deg deg an.' gumamnya sedikit memukul dirinya sendiri. Biarlah, semoga ada keajaiban untuknya.
"Oh, baiknya kau omongkan baik baik dengannya, Sen." Ucapnya sok bijak, bilang saja kalau dirinya tidak ingin semua itu terjadi. 'Payah kau G, payah! Kenapa tidak bilang saja kalau kau menyukainya. Ah, susah sekali, bung, untuk mengatakan kata kata itu. Semuanya tersangkut di tenggorokan ku yang pemalu.' Gumamnya memanas.
"Tidak bisa, G. Memang siapa dia? Aku tak pernah melihatnya, tahu." Ucap Senja yang tak bisa menerima usulan gila dari bos nya itu. G kembali memanas dengan kesempatan api itu. "Tidak apa, akui saja." Ucapnya lagi lagi sok bijak agar Senja semakin menolaknya dan lebih memilihnya. 'Ah, bodoh! Jujur apa susahnya, memang berbohong adalah sifat dunia.' gumamnya berapi api. Kenapa bisa seperti itu, sih? Kenapa tidak mengaku saja?
"Akui dia, sebagai suami ku begitu? Aku lebih memilih merobek otak ku, membawanya ke tengah jalan kota xx, mengajaknya bermain ayunan, daripada harus menikah dengannya!" Ucapnya dengan berteriak geram lalu mendobrak meja dengan marah. G yang kaget dengan ucapan sekaligus dobrakan meja membuat G mengalah, sekaligus senang, senang sekali kalau Senja lebih memutuskan menikah dengannya. Tapi, entah kenapa dia merasa panas dengan kata ayunan itu.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Ibu, apa maksudmu akan menikahkan ku dengan seseorang?" Tanya G setengah berteriak. "Kau akan tahu."
Next Chapter SPOILER
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Bersambung....