Chapter 7 - Part 6.

Sore itu Diandra yang baru saja pulang dari Senior high school segera mencari keberadaan Bumil cantik itu. kemana dia? Biasanya si bumil muda dan cantik itu kalau sedang memiliki banyak waktu akan memilih berkutat di dapur dengan macam eksperimennya. Tapi si bumilnya tak ada disana dan dimanapun di ruang dapur? Dimana dia?

Segera mungkin Diandra berjalan ke lantai dua dimana kamar Zea berada. Setelah membuka pintu kamar berwarna putih dengan berbagai boneka doraemon itu. Di dalamnya tak ada siapa–siapa. Diandra pun menuruni tangga dengan banyak pertanyaan di kepalanya. Dimana Zea? Kemana dia?

Saat berpapasan dengan Luci pelayan pribadi Zea, Diandra pun bertanya dimana Zea? Ia menjawab bahwa ia tidak tahu. Pelayan pribadi macam apa itu? saat ia berjalan ke teras luar samar–samar ia mendengar petikan gitar dari halaman belakang. Diandra pun berjalan melewati samping mensio ke belakang. Setelah sampai ia melihat seseorang gadis ber–dress hitam tengah memainkan gitar dengan di temani hewan hutan yang tidak sengaja memasuki halaman. Diandra hanya menggeleng kepala tak habis pikir dengan Zea. Apa ia tak merasa takut dengan hewan liar itu? Ada Rusa, Kucing Hutan, Burung Liar, Kelinci dan ada juga beruang!? Beruang Grizzly! Anaknya sih...

Diandra hanya melihat Zea dari kejauhan. Ia sudah tau kalau Zea sedang bosan Zea akan bermain di taman bersama para hewan liar itu. menurut Diandra melihat pemandangan didepannya itu seakan ia sedang menatap lukisan seorang dewi yang bermain dengan para hewan–hewan. Indah sekali...

Sedangkan di tempat lain tepat di atas pohon di ranting tertinggi terlihat seorang pria bertudung merah tengah menangis sesegukan sambil menatap foto gadis kecil berambut putih yang tengah bermain dengan hewan hutan di tangan kanannya.

Dari sana ia bisa melihat seorang gadis ber–dress hitam yang tengah memainkan gitarnya sambil bernyanyi dengan suara yang merdu. Terlihat hewan yang mengerumungi gadis cantik itu ikut menikmati aluna musik sambil menggoyangkan badan mereka kekanan dan kekiri dengan serempak.

Pria bertudung merah itu menyeka air mata yang mengalir di pipinya kemudian berdiri dari duduknya.

"Aku menemukannya... aku menemukannya" Lirihnya pelan.

Pria itu mengengada menghadap langit dan memandang bulan yang terlihat nampak di sana. "Terima kasih moon goddes. Terima kasih banyak kau mengirimnya kembali kemari. Aku sudah lama merindukannya" Ucapnnya dengan nada pelan.

Pria bertudung merah itu turun dari atas pohon dan mendarat di depan pria bertudung hitam. Pria bertudung merah itu melepas tudungnya kemudian berjalan melewati pria bertudung hitam.

"Itu memang dia. Aku ingin kau beritahu bianca untuk mendekatinya kalau bisa berteman dengannya selagi aku mencari informasi tentangnya dan mencari keberadaan orang yang menjaganya selama ini"

"Kenapa tidak saya saja yang mencari informasinya?" tanya pria bertudung hitam itu.

Pria yang memakai baju merah itu menggelang. " Biar aku. Aku ingin berterima kasih secara langsung dengannya" Jawabnya.

" Baik"

Setelah mengatakan itu. pria bertudung hitam tiba–tiba menghilang secepat kilat. Sedangkan pria berbaju merah itu berlari dengan senyum lebar di bibirnya yang memancarkan kebahagiaan dan saat pria itu melewati semak-semak yang muncul bukanlah seorang pria lagi melainkan serigala berwarna coklat besar dengan netra hitam pekat.

"Auuuuuuuuuu ..." lolong serigala itu dan di balas dengan lolongan serigala lain.

Sedangkan Diandra yang sedang berada di sebelah pohon di samping mensio terkejut mendengar lolongan serigala itu. Dengan cepat ia berlari menghampiri Zea sambil berteriak.

"Kya ... !!!"

Ia segera memeluk Zea dari samping dengan tatapan ketakutan. Zea dan beberapa hewan yang ada di sana menatap diandra dengan bingung.

"Diandra, kamu kenapa?" tanya Zea.

Diandra langsung mendongak. "I–itu... itu tadi ada–ada lolongan se–serigala! Serigala Zea ! Aku denger kecang banget, kaya serigala itu ada di belakang sana." ucapnya gelagapan sambil menunjuk sebelah kanan. Zea dan beberapa hewan mengikuti arah telunjuk Diandra.

"Z – zea kamu gak denger tadi itu yah? Suara lolongan itu?" tanya Diandra dengan suara gemetar.

Zea terkekeh menatap Diandra. Dalam pikiran zea, ternyata Diandra memiliki sikap yang manis dan lembut di balik sikap dingin dan cueknya itu. Manis sekali... !

" Zea kamu kenapa malah heheh ... hihih gitu hah? Kamu dengar apa engga?" tanya Diandra mulai kesal kepada Zea.

" Iya aku dengar? Malah udah lama lagi. Aku malah pernah lagi lihat serigalanya. Tapi anaknya. Imuttt banget ... iya kan?" ucap Zea kemudian bertanya kepada para hewan hutan itu. Seakan tau akan ucap zea mereka mengangguk kompak.

Diandra hanya mendengus kesal. " Kandunganmu udah berapa minggu, Ze? Para hewan ini gak akan nyakitin kamu kan?" tanya Diandra mengalihkan topik pembicaraan sambil mengelus pelan perut zea yang mulai membuncit. Mendengar ucapan Diandra kembali hewan itu seakan tau ucapan Diandra mereka menggeleng. Diandra yang melihat itu langsung tersenyum. Pintar sekali mereka. Apa hewan yang kabur dari kebun binatang? Tanya Diandra dalam pikirannya.

" Enggaklah. Mereka baik kok sama aku. Kalau soal kandunganku, mereka baru empat minggu, tapi ... entah kenapa mereka tumbuh begitu cepat tidak seperti janin pada umumnya. Bahkan sekarang aku sudah tau jenis kelamin mereka" jawab Zea sambil mengelus lembut perutnya yang mulai membuncit. Dan terjadi pergerakan disana seperti tendangan–tendangan.

"Benarkan?" Tanya Diandra tak percaya.

Zea mengangguk. "Lalu apa jenis kelamin mereka? Dan ... mereka kembar kan?" tanya Diandra terlihat penasaran.

"Iya, mereka kembar. Jenis kelaminnya laki–laki dan perempuan" Jawab Zea.

" Wow! Kau enak sekali punya anak kembar laki–laki dan perempuan langsung dapat dua. Hebat sekali bapaknya"

Zea tersenyum. "Bukan dua tapi tiga"

" What ?!!!"

Diandra dan Zea langsung mendongak saat mendengar teriakan itu. Di depan mereka berdiri ke enam gadis cantik menatap mereka dengan wajah melongo. Mereka langsung berlari menghampiri Zea dan Diandra kemudian duduk bersama para hewan hutan. Delin duduk sambil memeluk beruang grizzly seakan beruang itu boneka sedangkan beruangnya sama sekali tidak keberatan. Klea dan Kiona duduk bersama dengan rusa kecil itu. Laura memangku kucing hutan itu. sedangkan Delin duduk di samping kelinci dan burung yang lain.

"Benarkah itu Zea? Kau akan melahirkan anak kembar tiga?" tanya klea tak percaya.

Zea mengangguk. "Em ... begitulah. Dua laki–laki dan satu perempuan. Begitu yang di katakan oleh Dokter selena. Ku harap Aku bisa melahirkan mereka dengan normal." Ucap zea dengan harapan yang sangat besar.

Mereka mengangguk bersamaan. "Amin. Semoga saja" Ucap mereka serempak.

***