Untung saja studio lukis milik Kevin kedap suara, sehingga Kevin tidak perlu merasa takut suara Anastasia akan terdengar keluar.
"Aku hanya tidak mau kau merasa kecewa saat kau harus menerima kenyataan bahwa aku , usiaku tidak akan lama lagi. Penyakit yang aku derita bukan hanya sekedar penyakit flu biasa. Aku melihat bahwa Danzel juga ternyata jatuh cinta kepadamu. Jadi, aku pikir tidak ada salahnya,toh kalian juga ternyata bisa melewatinya kan? Aku melihat kalian saling mencintai," tukas Kevin.
Anastasia menatap Kevin dengan tajam.
"Kau hanya melihat, apa kau tau apa yang aku rasakan? Kau sama sekali tidak tau apa-apa!" seru Anastasia dengan geram.
Gadis itupun segera berlari keluar dengan air mata berderai. Bukan kecewa karena penyakit Kevin,tapi ia merasa kecewa karena dusta yang dilakukan Kevin kepadanya,bahkan ia sampai meminta Danzel untuk membantu kebohongan yang ia lakukan.
Saat melintasi ruang keluarga, Anastasia melihat Meta dan Maya sedang duduk dengan tegang menunggunya.
"Nak..."
"Maaf, Tante. Saya harus segera kembali ke lokasi syuting. Mungkin lain waktu kita bisa berbincang-bincang lebih dekat," kata Anastasia sambil memberikan isyarat kepada Meta untuk segera pergi dari sana.
Sementara Maya hanya bisa menghela napas panjang. Ia sangat mengerti dengan apa yang saat ini Anastasia rasakan.
Wanita cantik itupun hanya bisa mengantarkan Anastasia dan Meta sampai ke halaman. Kemudian, ia pun segera masuk ke ruang studio milik Kevin.
"Dia sudah tau sandiwara yang kalian berdua mainkan?" tanya Maya.
"Entah dari mana dia mengetahui semua ini,mungkin karena acara live tempo hari ketika ia memperkenalkan aku sebagai Kevin," kata Danzel.
"Jangan bilang Mama tidak pernah memperingatkan kalian berdua selama ini,ya."
Kevin menghela napas panjang. Ia ingin,sangat ingin memeluk Anastasia dan memberi pengertian kepada gadis itu bahwa dia tidak bermaksud untuk mendustai Anastasia sama sekali. Tapi,ia hanya ingin menjaga perasaan gadis itu. Hanya itu saja,tidak ada maksud yang lain.
"Wanita itu perasaannya halus. Tidak seperti kalian para lelaki yang lebih banyak berpikir dan sering kali abai dengan perasaan. Mungkin, wanita terkadang terlihat lemah, tapi sebenarnya wanita cukup kuat untuk bisa menerima apa yang para lelaki pikir kami tidak dapat menerimanya," kata Maya.
"Aku harus apa saat ini,Ma?" tanya Kevin.
"Susul dia. Tanyakan pada asistennya Meta ada di mana mereka sekarang. Kemudian kalian datang dan jelaskan semuanya yang sudah terjadi."
Maya menggelengkan kepalanya dan segera keluar dari ruangan itu. Ia diam-diam sudah menyimpan nomor ponsel Meta. Dan wanita itu segera mengirimkan pesan kepada Meta.
Sementara itu Anastasia dengan hati yang pedih dan terluka menangis tersedu di dalam mobilnya.Ia merasa benar-benar sakit dan terluka. Sakit rasanya menerima kenyataan yang pahit ini. Apakah serapuh itu dia di mata Kevin sehingga dengan tega Kevin menyembunyikan penyakitnya bahkan menukar identitasnya.
"Mbak nggak apa-apa?" tanya Meta hati-hati. Ia baru saja membalas pesan Maya yang mengatakan bahwa kedua pemuda konyol itu ingin bertemu dengan Anastasia.
"Apa aku tidak pantas untuk bahagia?" tanya Anastasia lirih.
"Mereka melakukan hal itu untuk menjaga perasaan dan hatimu,Mbak. Mereka ingin kau tenang dan mengira semua baik-baik saja."
"Apa mereka tidak berpikir jika aku mengetahui kebenarannya aku akan jauh merasakan sakit hati dan juga merasakan luka yang jauh lebih dalam?" tanya Anastasia.
"Cinta memang terkadang aneh,Mbak. Mungkin begitulah cara Kevin untuk mencintaimu. Dia tidak ingin melihatmu menangis. Dia hanya ingin kau selalu tersenyum dan bahagia. Ia tau bahwa penyakit yang ia derita bukanlah penyakit yang ringan. Itu adalah penyakit yang cukup berat dan membahayakan nyawanya."
Anastasia memeluk Meta dan menumpahkan tangisannya di bahu gadis yang sudah ia anggap saudara sendiri itu.
"Aku akan minta jadwal recordingmu dipindahkan lusa siang. Sekarang kita pulang saja," kata Meta. Ia pun langsung memberikan kabar kepada Lisa untuk mengatur ulang jadwal Anastasia.
Pak Yusuf yang mengerti dengan kondisi Anastasia bergegas membawa mobil yang ia kendarai pulang ke rumah. Dan sesampainya di rumah Anastasia langsung turun dan segera mengunci diri di dalam kamarnya untuk meluapkan segala emosi dan kekecewaannya.
Gadis cantik berambut panjang itu meraih foto kedua orangtuanya yang ada di atas nakas. Setiap kali ia merasakan galau dan sedih, hanya foto kedua orangtuanya yang seolah mampu membuat jiwanya sedikit merasakan ketenangan.
"Dia sakit, ternyata dia sakit seperti Papa. Aku nggak tau,Pa apakah aku akan kehilangan dia atau tidak. Yang aku tau ,dulu waktu Papa sakit, Papa nggak punya banyak waktu lagi bersamaku. Apa ini artinya aku akan kembali kehilangan?" Anastasia mulai bermonolog.
Lelah menangis,Anastasia pun jatuh tertidur. Sementara itu Danzel dan Kevin pun memutuskan untuk datang ke rumah Anastasia atas desakan Maya.
"Mama nggak mau tau, kalian berdua harus meminta maaf kepada Anastasia dan menjelaskan semuanya. Mama sudah menghubungi Meta, ia mengatakan Anastasia saat ini sudah di rumah dan mengunci diri di dalam kamarnya. Kalian ke sana sekarang juga," tukas Maya.
"Bagaimana kalau dia tidak mau bertemu dengan kami,Ma?" tanya Kevin.
"Usaha dong,Vin. Masa harus Mama juga yang mengajarimu soal ini. Pokoknya Mama tidak mau tau, kalian harus bisa menjelaskan kepada Anastasia apa yang sebenarnya terjadi."
Kevin dan Danzel pun segera berangkat. Maya membiarkan Danzel membawa mobilnya. Saat kedua pemuda itu sampai,tampak Meta sedang duduk dan menunggu di halaman. Dan saat melihat kedatangan Kevin dan Danzel Meta pun segera berdiri dan menyambut kedatangan mereka berdua.
"Anastasia tidak mau keluar sejak tadi, Mbak Lisa sekarang sedang dalam perjalanan pulang. Aku tidak tau siapa yang sudah mengatakan hal ini kepadanya. Sejak tadi Mbok Sum sudah merayunya supaya ia mau keluar dari kamar, tapi tidak juga ia dengarkan."
"Boleh kami masuk?" tanya Kevin. Meta pun segera membawa keduanya masuk ke dalam.
"Ini kamar Mbak Anastasia."
Perlahan,Kevin mengetuk pintu kamar Anastasia.
"Nas, aku mau bicara. Bisa kau keluar sebentar,saja?"
Anastasia yang mendengar ketukan di pintu mengangkat wajahnya, lalu menoleh ke arah pintu kamarnya. Sayup ia mendengar suara Kevin.
"Nas, kau baik-baik saja di dalam?"
"PERGI! Aku tidak mau mendengar apapun lagi dari kalian berdua!" seru Anastasia.
Kevin menghela napas panjang, "Nas, kalau kau tidak mau keluar, setidaknya kau mau mendengarkan aku sebentar. Aku minta maaf, Nas. Bukan niatku untuk membuatmu kecewa atau sengaja memainkan sandiwara seperti ini. Aku hanya tidak ingin melihatmu terluka dan kecewa," kata Kevin lirih, namun cukup jelas terdengar oleh Anastasia.