Chereads / CINTA SEJATI Alif dan Najma / Chapter 31 - Menahan Rindu

Chapter 31 - Menahan Rindu

"Najma, kamu sudah tertidur atau sedang apa? kenapa pesanku tidak segera kamu balas? Alif kemudian merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Setelah hampir satu jam menunggu, Alif kemudian memejamkan matanya. Alif sudah tidak dapat menahan lagi rasa kantuknya. Sementara itu, Najma yang tadi meminum obat telah tertidur dan sekarang dia terbangun saat jam menunjukkan pukul dua dini hari.

"Hoaaahhmmm… ya Allah, jam berapa ini? Aku tertidur rupanya." Najma kemudian mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah dini hari, dia juga melihat begitu banyak panggilan tak terjawab juga pesan dari Alif. "Ada apa Gus Alif meneleponku? Coba aku lihat pesannya dulu." Najma kemudian membuka pesan-pesan yang di kirim oleh calon suaminya.

Najma tersenyum saat mendengar suara Gus-nya yang sedang bersenandung sholawat. Suaranya sangat merdu dan menentramkan hati Najma. "Ya Allah, suara Gus Alif sangat merdu, aku sangat menyukainya. Sayangnya, aku sekarang menjadi sangat merindukannya." Gumam Najma dalam hatinya.

"Ya nooral hilaal, aqbil ta'al fashowqu taal…"

"Wal, qolbu samaa,nahwa samaa mutarranimaa.."

"la la tanqadhi, anta lirroohy dawaa…"

"Ramadhan, Ramadhan..."

"Ramadhan ya habeeb…"

"Ramadhan, Ramadhan, Ramadhan…"

"Laytaka dowman qareeb…"

"Feek alhubbu zaad…"

"A'mm al-ibad, ya khaira zaad…"

"Ramadhan ya sharh al-qur'an…"

"Feeka adhooqu halawat al-iman…"

"La la tanqodhi, anta lirroohy dawaa…"

"Ramadhan, Ramadhan..."

"Ramadhan ya habeeb…"

"Ramadhan, Ramadhan, Ramadhan…"

"Laytaka dowman qareeb…"

"Kam ahwaaka ya sharh asiyaam…"

"Ana lan ansaaka fa anta fi qolbi da'iman"

"Tamdhi al-ayaam, wa du'aa'ee kulla aam"

"Robbi taqobbalna, ya rabbi ballighnaa…"

"Ballighna Ramadhan…"

"Ramadhan, Ramadhan..."

"Ramadhan ya habeeb…"

"Ramadhan, Ramadhan, Ramadhan…"

"Laytaka dowman qareeb…"

"Ya Allah, aku merindukannya, jaga dia untukku jika memang dia jodohku, jauhkan kami dan sambung tali silaturahmi kami jika dia tidak berjodoh denganku. Jangan jadikan hubungan di antara kami menjadi hubungan yang saling mmembenci." Doa Najma di dalam hatinya. Dia kemudian segera menjawab pesan dari Gus-nya.

"Wa'alaikum salam, Gus. Maaf tadi Najma ketiduran, suara Gus Alif sangat merdu. Hati Najma bergetar saat mendengarkan suara Gus Alif, terus terang, kalau seperti ini rasanya Najma ingin mendengar suara asli Gus Alif, bukan rekamannya saja. Selamat beristirahat, Gus. Jaga kesehatan, jaga sholat, dan juga jaga pandangan. Assalamu'alaikum." Najma segera mengirim pesan itu kepada Alif, dia kemudian segera ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan segera melaksanakan sholat malam, Najma kemudian mengaji sebentar dan setelah itu dia kembali melakukan sholat sunah yang lain hingga waktu subuh tiba.

Sementara itu, Alif juga sedang bermunajat di hadapan Allah, dia memohon kemudahan di setiap perjalanan hidupnya, saat ini, Alif mendengar suara Adzan subuh telah berkumandang dan dia segera menuju ke masjid, Gus muda ini akan mengimami sholat di masjid pondok putra. Biasanya ini adalah tugas Abinya, tetapi setelah kepulangannya, Alif mengambil alih tugas Abinya sedangkan Abi Ahfaz lebih banyak ke luar pesantren untuk menghadiri beberapa undangan yang datang dari pesantren sekitar Blitar.

Setelah Sholat subuh, seperti biasa Alif dan Fawwaz di bantu Kang Hifni menyimak hafalan para santri yang berjumlah ribuan. Setelah selesai, mereka bertiga kemudian berbincang membahas acara lomba di pesantren putra dan juga pembuatan bazaar takjil di pesantren putri. Alif meminta Kang Hifni yang berkoordinasi dengan pengurus pondok putri karena kalau dia yang datang bisa heboh nanti.

"Kang Hifni, untuk bazaar di pondok putri silahkan Kang Hifni berkoordinasi dengan Mbak Novi, sedangkan Fawwaz, kamu nanti sama Kakak mengkoordinasi lomba lampu hias di pondok putra. Kakak juga masih harus mengatur para seksi huffadz dan kang pengurus yang nantinya akan kakak ajak untuk ikut tarling (Tarawih Keliling) selama bulan Ramadhan ini. Sementara itu, di pesantren akan kita adakan ngaji kilatan untuk para santri sebelum mereka akan berlibur dan kembali ke rumah masing-masing." Alif menjelaskan dengan sangat singkat tetapi baik Fawwaz maupun Kang Hifn sudah mengerti apa yang harus mereka lakukan.

"Baik, Gus. Kalau begitu saya mau menemui Mbak Novi dulu untuk menghitung berapa kira-kira anggaran yang akan mereka perlukan untuk mensukseskan acara ini." Fawwaz dan Kang Hifni akan segera beranjak meninggalkan serambi masjid saat Alif memanggil keduanya.

"Fawwaz, Kanh Hifni, hampir saja lupa! Ini anggaran untuk membeli hadiah bagi pemenang lomba di pondok putra. Sedangkan ini untuk acara membuat takjil, nanti kalau kirang Kang Hifni minta saja lagi sama Fawwaz, untuk keuntungannya, nanti kalian bagi dua antara pondok putra dan pondok putrid an bisa kalian masukkan ke dalam kas pengurus. Nantinya uang itu bisa kalian gunakan untuk acara-acara semacam ini lagi." Alif akhirnya meninggalkan serambi masjid menuju ke dalam kamarnya, sementara Fawwaz dan Kang Hifni segera menjalankan tugas masing-masing.

Alif kemudian segera menuju ke dalam kamarnya, dia akan bertemu dengan temannya siang nanti setelah dhuhur untuk segera melakukan rekaman karena Ramadhan sudah di depan mata. Alif kemudian segera mencari ponselnya setelah sampai ke dalam kamarnya.

"Ah, ketemu!" gumam Alif sambil tersenyum saat menemukan ponselnya. Dia segera membuka pesan dari Najma. Alif tersenyum saat membaca balasan pesan dari calon istrinya. Alif sangat bahagia, dia masih tetap melihat pesan dari Najma sambil tersenyum sendiri. Padahal Najma hanya memujinya sedikit tetapi Alif merasakan kebahagiaan yang sangat luar biasa.

Bunga-bunga di dalam hatinya yang beberapa hari ini hampir layu karena Najma kembali ke rumahnya di kota Malang, kini mendadak bermekaran seolah baru saja mendapat siraman air hujan. Alif masih terus memandangi ponselnya sambil tersenyum sehingga dia tidak menyadari kalau adiknya masuk ke dalam kamarnya dan menatap heran apa yang di lakukan Alif.

"Kakak, apakah Kakak sudah mulai gila?" Tanya Fawwas yang langsung di jawab pukulan ringan di bahunya oleh Alif yang kini langsung meletakkan ponselnya dan duduk di sofa di sudut kamarnya. "Kamu kenapa masuk main nyelonong saja? Salam dulu dong! Jangan asal masuk dan mengatakan Kakakmu ini gila!" Alif marah-marah kepada Fawwaz yang malah cengar cengir nggak jelas. Alif kemudian menggelengkan kepalanya melihat Fawwaz yang masih cengar cengir.

"Kamu kenapa sih? Kok sepertinya kamu sendiri yang gila!" kedua Kakak beradik itu selalu berdebat kalau bersama, tetapi mereka akan mengkhawatirkan satu sama lain saat saling berjauhan. "Aku hanya heran, Kak. Ternyata seorang mahasiswa S2 yang lulus dengan nilai cum laude dan sangat berwibawa di hadapan para juniornya pun ternyata bisa bucin di hadapan seorang gadis kecil seperti Najma. Salut aku dengan Kakak iparku itu." Fawwaz segera kabur karena Alif akan melemparnya dengan bantal sofa. Alif kemudian kembali menatap ponselnya dan kembali tersenyum sendiri saat melihat lagii pesan yang di kirim oleh Najma.

"Najma, Aku merindukanmu, Sayang. Kamu baik-baik ya di sana…" Alif kemudian menaruh ponselnya dan segera mempersiapkan beberapa pakaian yang akan di bawanya nanti, dia akan menginap di rumah temannya untuk membuat cover video sholawatnya yang harus segera di rilis awal bulan Ramadhan ini.