"Najma, aku sangat mencintaimu, Aku tidak akan pernah melepaskanmu!" Alif kemudian menuju ke sofa dan kembali berbaring di sana, tetapi sekarang posisi Alif menghadap ke arah Najma, tidak memunggunginya lagi. Sementara Najma sendiri sudah terlelap akibat pengaruh obat yang diminumnya tadi.
Siang hari, Alif bangun dan melihat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Dia melihat Najma sudah terbangun dan sedang melakukan tayamum. Alif melihat Najma kemudian melaksanakan sholat dhuha. Alif juga segera beranjak dan menuju ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu juga. Alif kemudian melakukan sholat dhuha di sebelah tempat tidur Najma.
"Gus Alif, bolehkah Najma meminta tolong?" Suara Najma bergetar karena dia selalu canggung saat berhadapan dengan Alif. "Najma mau minta tolong apa? nanti aku bantu kalau aku bisa." Alif tersenyum dan mendekati Najma setelah melipat sajadahnya.
"Gus Alif, Najma mau ke kamar mandi..." Alif tersenyum dan mengangguk, dia kemudian segera menggendong Najma dan membawanya ke kamar mandi. Setelah Najma berada di dalam kamar mandi, Alif segera keluar dan menutup pintu lalu dia memanggil Umi Ashila yang berada di ruang tamu bersama Uminya sedang berbincang.
"Umi Ashila, Najma sedang berada di dalam kamar mandi sekarang, mungkin dia membutuhkan bantuan Umi..." Alif kemudian menunggu di ruang tamu sambil bertanya kepada Uminya tentang Aghnia dan Fawwaz.
"Umi, sebenarnya bagaimana hubungan Aghnia dan Fawwaz?" Umi Azka menatap Alif dengan tatapan heran. "Kenapa kamu bertanya seperti itu? mereka tidak apa-apa. Keduanya baik-baik saja." Umi Azka menatap Alif penuh selidik.
"Umi, apakah mereka saling menyukai?" Umi Azka tertawa mendengar apa yang di katakan Alif. Umi Azka sebenarnya mengetahui kalau Aghnia menyukai putra keduanya.
"Alif, bukannya bagus kalau kalian berdua mempersunting Aghnia dan Najma?" Alif menatap Uminya dengan wajah tidak bersmangat. "Ya sudah Umi, aku mau melihat Najma dulu." Alif kemudian meninggalkan Uminya dan segera kembali ke kamarnya. Najma ternyata meminta di mandikan karena saat Alif kembali, Najma sudah terlihat segar.
"Alif, Umi tinggal dulu ya! Najma meminta ikan gabus untuk makan siangnya, katanya ikan itu mempercepat kesembuhannya." Umi Ashila akan memasak untuk Najma. "Iya Umi Ashila, terima kasih banyak." Alif kemudian duduk di hadapan Najma.
Dia memandang wajah cantik nan imut Najma dengan tatapan penuh cinta. Najma merasa jengah di tatap seperti itu oleh calon suaminya.
"Gus Alif kenapa menatapku seperti itu? Najma jadi malu." Najma menundukkan kepalanya sementara Alif tersenyum. " Najma, wajahmu sangat cantik, terlihat sangat lembut dan halus, kamu memakai bedak apa? biar nanti aku belikan?" Alif menatap wajah calon istrinya tanpa berkedip. Dia sangat menyukai wajah itu, sejak Najma masih bayi hingga sekarang gadis itu telah beranjak remaja.
"Saya tidak pernah memakai bedak apapun, Gus." Najma kembali menundukkan wajahnya, dia hanya menatap Alif saat berbicara saja untuk menghormati Alif. Menurut Najma tidak sopan rasanya kalau saat berbicara dengan seseorang tanpa memandang wajahnya.
"Najma, kamu seorang gadis, secara naluriah kamu pasti senang berdandan. Tidak perlu mengelak karena itu bukan aib." Alif menunggu jawaban Najma, dia penasaran kepada calon istrinya kenapa dia tidak memakai bedak sama sekali seperti layaknya remaja putri yang seusianya. Alif melihat Aghnia begitu pintar berdandan.
"Mmm, Najma tidak mengatakan kalau berdandan adalah tindakan yang salah, karena islam juga tidak melarang seorang wanita berdandan. Tetapi menurut Najma kecantikan yang Najma miliki saat ini adalah karunia Allah, jadi mengapa harus Najma tutupi dengan bedak atau yang lainnya?" Alif tersenyum mendengar jawaban Najma.
"Bagus Sayang, Islam memang tidak melarang seorang wanita berdandan, Islam hanya melarang seorang wanita memperlihatkan kecantikannya kepada orang lain selain suaminya, mengapa? karena berdandan atau berhias, atau mempercantik diri untuk di perlihatkan kepada selain suaminya itu adalah tabaruj." Alif tersenyum sambil membelai kepala Najma yang tertutup hijab.
"Njih Gus, dan tabaruj itu sangat di larang oleh Allah dan Rosulnya. Tetapi semua itu bukan berarti kita harus tampil acak-acakkan. Sebagai seorang wanita kami juga harus menjaga kecantikan yang di karuniakan oleh Allah, juga menjaga kebugaran tubuh dan kesehatan karena itu adalah kewajiban setiap orang dan merupakan hak dari tubuh kita." Alif tersenyum melihat wajah kecil di depannya kembali tertunduk.
"Lalu apa yang kamu lakukan kepada wajahmu sehingga wajahmu terlihat begitu halus dan segar?" Najma tersenyum, dia menganggap Alif sedang merayu dirinya saat ini, menyentuh saja tidak pernah kok bisa bilang halus.
"Najma hanya selalu menjaga wudhu saja, setiap Najma batal, Najma akan berwudhu lagi." Alif sangat bahagia mendengar jawaban calon istrinya itu. Alif kemudian mendengarkan apa yang di katakan Najma selanjutnya.
"Dengan begitu, Najma sudah menjalankan kewajiban Najma terhadap diri Najma sendiri. Najma telah menjaga karunia Allah yang telah di anugerahkan kepada Allah kepada Najma yaitu dengan cara tidak menampakkan kecantikan wajah dan keindahan tubuh Najma dari pandangan semua orang." Najma tersenyum lalu menatap Alif sebentar. Melihat Alif puas dengan apa yang di katakannya, hati Najma merasa lega.
"Ya sudah, Sayang. kamu istirahatlah dulu! aku mau menemui Abi Kaif dan Abi. Kami akan membicarakan acara nanti malam yang sudah memasuki malam Nisfu sya'ban. Nanti saat makan siang aku akan kembali dan menyuapimu dan memastikan kamu meminum obatmu." Najma mengangguk dan menatap punggung calon suaminya yang perlahan menghilang dari pandangannya.
Najma memejamkan matanya dan seulas senyum tersungging di bibirnya. Najma sangat bersyukur telah memiliki calon suami seperti Alif yang baginya sangat sempurna.