Keduanya kini langsung meletakkan kitab yang mereka bawa tadi dan mengembalikan ke tempatnya. Najma dan Aghnia kemudian keluar dari kamar mereka dan segera menuju ke dapur. Mereka akan mulai membantu Mbak ndalem(Mbak santri yang membantu Azka di rumah utama) memasak untuk menjamu para tamu yang datang untuk menemui Abi Ahfaz.
Mereka sudah berada di dapur bersama dengan Mbak Novi(Mbak Ndalem). Aghnia dan Najma seperti biasa membantu memasak.
"Ning Najma, Ning Aghnia, bagaimana hafalan kalian? Mbak harap kalian semangat ya!" Aghnia dan Najma mengangguk dan tersenyum kepada Mbak Novi, kedua gadis kecil itu memang menyetor hafalan kitab kepada Mbak Novi.
"Iya Mbak, kami berdua selalu bersemangat kok." Najma tersenyum sambil membuatkan minuman lalu di taruh di ruang tengah ndalem.
Najma akan kembali ke dapur saat Abi Ahfaz memanggilnya. Najma mendekati Abinya dan menunggu perintah apa yang akan di suruh oleh abinya.
"Najma, kemarilah sebentar! Abi ingin meminta tolong kepadamu." Najma segera menghampiri Ahfaz yang langsung memberikan kepadanya sejumlah uang.
"Njih, Abi..." Ahfaz tersenyum melihat Najma kecil yang penurut. Ahfaz kemudian meminta Najma untuk membelikan alat mandi untuk Alif yang baru saja tiba dari Mesir. Ahfaz ingin menguji putranya apakah dia mengenali gadis yang dulu ingin dikhitbahnya atau tidak.
"Kalau begitu Najma pergi dulu, Abi. Nanti Najma taruh dimana barang-barang yang Najma beli? Apakah Najma taruh di Belakang atau Najma kasihkan ke Abi langsung?" Ahfaz tersenyum melihat Najma yang begitu sopan.
"Najma, Alif baru saja kembali dari Mesir, dia belum memiliki alat mandi, jadi nanti kamu antar saja ke kamarnya Atau kalau kamu tidak berani, berikan kepada Umi saja.
"Oh, ini untuk Gus Alif? biar nanti Najma antar saja kalau begitu, Abi." Ahfaz tersenyum melihat Najma segera berangkat dan membelikan apa yang dia suruh.
"Oh, ternyata Gus Alif benar-benar telah datang. Baiklah, aku akan segera membelikannya untuk beliau." Najma bergumam sendiri sambil berjalan menuju e warung yang menjual sabun. Yang Najma tahu, Alif sudah dewasa dan dia tentu saja harus menghormatinya seperti dia menghormati kepada kakak sepupunya yang Lain yaitu, kakak Zayn.
Najma tahu siapa dirinya dan Aghnia di pesantren ini, mereka adalah keponakan Kyai Ahfaz karena Abinya adalah adik tiri Abi Ahfaz. Najma segera membeli apa yang di butuhkan Alif dan segera kembali. Najma lalu mengetuk pintu kamar Alif.
"Tok"
"Tok"
"Tok"
"Assalamu'alaikum, Gus Alif, saya mau mengantarkan alat mandi anda..." Najma menunggu lama tetapi tidak ada jawaban. Najma berpikir Alif masih tertidur karena perjalanan yang sangat jauh dari Mesir ke Indonesia membuat Alif tertidur pulas.
Najma kemudian meninggalkan kamar Alif dan membawa barang-barang yang di belinya lalu menyerahkannya kepada Azka, agar Azka yang menyerahkannya kepada Alif.
"Umi, tadi Najma disuruh Abi untuk membelikan Gus Alif alat mandi, tetapi Najma sudah mengetuk pintu kamarnya, Gus Alif tidak kunjung terbangun. Najma titipkan Umi saja ya!" Najma menyerahkan plastik berisi alat mandi yang baru saja di belinya kepada Azka.
"Terima kasih, Nak. Sekarang kamu mau kemana?" Azka bertanya kepada Najma yang sepertinya terburu-buru.
"Mmm itu, Umi. Najma mau meneruskan membantu Mbak Novi memasak. Tadi Najma tidak bilang kalau Najma mau keluar membelikan alat mandi Gus Alif." Azka tersenyum dan mengangguk, Najma lalu meninggalkan Azka dan segera kembali ke dapur untuk melanjutkan memasak untuk mereka makan malam nanti.
Saat Najma kembali ke dapur, dia hanya melihat Mbak Novi seorang diri. Najma segera menghampiri Mbak Novi dan kembali membantunya.
"Ning Najma, kamu dari mana? tadi Ning Aghnia marah-marah karena Ning Najma tiba-tiba menghilang setelah mengantarkan minuman." Najma tersenyum kepada Mbak Novi yang sedang curhat kepadanya.
"Maafkan Najma, Mbak. Tadi Najma disuruh Abi untuk membelikan alat mandi di warung depan dan tidak sempat pamit pada Mbak Novi." Mbak Novi membalas senyum Najma dan mendekati Najma yang sedang mengiris tempe untuk di goreng.
"Ning Najma tidak perlu minta maaf, lagi pula Kyai Ahfaz yag menyuruh Ning Najma. Apalagi masakan juga sudah siap." Najma tersenyum mendengar Mbak Novi tidak marah kepadanya.
"Terima kasih Mbak..." Najma akan menggoreng tempe tetapi Mbak Novi memintanya.
"Ning Najma, biar saya saja yang menggoreng, sebaiknya Ning Najma segera menghafalkan Alfiyah Ning Najma saja dulu, Ning Najma tidak lupa kan kalau nanti malam ada ujian kitab?" Najma menggelengkan kepalanya.
"Tentu saja Najma ingat, Mbak. Apalagi ini adalah ujian terakhirku, setelah ini sepertinya aku akan kembali ke Malang, Mbak." Mbak Novi mengerutkan keningnya dan menatap Najma.
"Lho memangnya kenapa, Ning? bukankah Umi meminta Ning Najma membatu kami disini setelah Ning Najma menghatamkan Alfiyah Ning Najma? Kenapa tiba-tiba ingin kembali?" Najma kemudian tersenyum kepada Mbak Novi yang juga adalah seniornya ini.
"Tapi bo'ong Mbak..." Mbak Novi menggelengkan kepalanya melihat tingkah kekanakan Ning kesayangannya ini.
Mbak Novi memang lebih menyukai Najma ketimbang Aghnia. Mbak Novi sendiri agak bingung kenapa Ning Aghnia berbeda sifat dari Ning Najma. Najma lebih seperti abi dan uminya(Kaif dan Ashila) sedangkan Aghnia, dia cenderung galak dan ingin menang sendiri. Meski begitu, keduanya sangat baik. Mereka berdua juga sangat cantik.
"Mbak, masaknya sudah selesai kan?" Mbak Novi mengangguk.
"kalau begitu aku akan sholat dan menghafal kembali kitabku, titip pesan buat Umi ya Mbak! nanti aku tidak usah di tunggu makan malam karena aku akan makan setelah setor hafalan kitabku nanti." Mbak Novi menganggukkan kepalanya dan Najma segera kembali ke dalam kamarnya.
Aghnia sedang belajar di dalam kamarnya saat Najma kembali. Dia segera bertanya kepada Najma dari mana tadi ketika dia tiba-tiba menghilang.
"Oh, tadi aku diminta Abi membelikan alat mandi untuk Gus Alif, ketika aku kembali kakak sudah tidak ada." Aghnia kemudian mengangguk dan kembali menghafal kitabnya.
Najma segera melaksanakan sholat maghrib dan kemudian dia segera menuju ke tempat favoritnya untuk menghafal kitab Alfiyahnya yang hanya kurang dua ratus nadhom lagi.
Aghnia juga nanti malam akan setor hafalan kitabnya sama seperti Najma tetapi kalau Aghnia masih dibawah satu tingkat dari Najma. Kalau Najma sudah Alfiyah yang berjumlah sekitar seribu nadhom, sedangkan Aghnia masih belum hatam kitab Al-imrithy.
Najma segera akan meninggalkan kamarnya setelah sholat maghrib saat Aghnia memanggilnya.
"Najma, kamu mau kemna?" Ahgnia ikut beranjak dar tempat duduknya.
"Aku mau menghafal dulu, Kak. Nanti aku akan ada ujian, jadi aku akan membacanya sebentar takut lupa." Aghnia mengangguk dan kembali duduk. Aghnia lebih suka menghafal di dalam kamar ketimbang di atap tempat jemuran seperti Najma.
Najma segera menuju ke tempat favoritnya. Dia menaiki tangga satu persatu hingga dia menemukan tempat yang paling disukainya. Najma duduk bersila di bawah lampu dan segera membaca kembali kitabnya. Semilir angin yang berhembus membuat Najma mengantuk dan tertidur di atap tempat para santri biasa menjemur pakaian mereka.