Najma segera menuju ke tempat favoritnya. Dia menaiki tangga satu persatu hingga dia menemukan tempat yang paling disukainya. Najma duduk bersila di bawah lampu dan segera membaca kembali kitabnya. Semilir angin yang berhembus membuat Najma mengantuk dan tertidur di atap tempat para santri biasa menjemur pakaian mereka.
Sementara itu di pondok putri, Aghnia, Umi Azka dan Mbak Novi sedang cemas menunggu Najma tidak kunjung datang.
"Mbak Novi, Umi minta tolong Ning Aghnia di simak dulu hafalan kitabnya. Umi mau mencari Najma sebentar." Mbak Novi dan Aghnia mengangguk mendengarkan apa yang dikatakan oleh Umi Azka.
"Njih Umi, kami akan mulai lebih dulu." Mbak Novi kemudian segera mulai menyimak hafalan kitab Aghnia.
"Sementara itu, Alif yang sedang berkeliling di sekitar ndalem karena sudah lama sekali dia meninggalkan tempat kelahirannya ini dan baru saja kembali. Banyak sekali yang sudah berubah disini, tetapi kenangan saat masa kecilnya terus tertanam di dalam benaknya.
Najma yang baru saja terbangun karena ketiduran sangat panik dan segera berlari menuju tangga dan akan segera turun. Kerena terburu-buru, Najma tersandung dan terjatuh dari atap dan berguling di tangga. Alif yang mendengar suara barang jatuh langsung menghampiri asal suara itu.
Alif sangat terkejut saat mendapati ada se-sosok kecil santriwati berada di bawah tangga dengan kepalanya yang berdarah dan tidak sadarkan diri. Alif segera menggendong Najma dan membawanya ke dalam kamarnya karena takut menimbulkan kehebohan kalau sampai terlihat oleh santri dan santriwati yang lain.
Untung saja saat ini mereka sedang mengaji di masjid jadi suasana cukup sepi, apalagi Najma terjatuh diantara pintu belakang Ndalem dan tangga untuk naik ke atap. maka tidak akan ada santriwati yang datang ke tempat ini di jam seperti saat ini.
Alif membaringkan Najma di dalam kamarnya dan mencoba membersihkan darah di wajah Najma.
"Dek, kok bisa sih kamu berada di sana malam-malam begini, mana gelap lagi. Kalau ada apa-apa denganmu, pasti kedua orangtuamu akan memarahi kami." Alif sdah kembali dari mengambil baskom kecil berisi air hangat dan handuk kecil. Alif meletakkan baskom kecil itu di nakas samping tempat tidurnya dan mulai mencelupkan handuk itu kedalam air kemudian memerasnya. Alif mengusapkan handuk itu ke wajah Najma.
Saat wajah Najma mulai terlihat karena noda darah sudah di bersihkan, Alif merasa jantungnya berdetak kencang melihat remaja di hadapannya itu. Tanpa dia sadari, bibirnya mengucapkan nama seseorang.
Seseorang yang sangat dicintainya dan telah meninggalkannya sejak lama.
"Najma..." Entah mengapa Alif tiba-tiba merasa kalau gadis di hadapannya ini adalah Najma calon istrinya. Alif terus menyeka wajah Najma sampai bersih dan kemudian dia keluar dari kamarnya untuk mencari uminya untuk membantu menggantikan pakaian Najma yang ternoda darah.
Alif akan membawa Najma ke rumah sakit setelah menggantikannya pakaian, takut gadis ini kenapa-kenapa karena terjatuh dari tempat yang sangat tinggi.
Alif segera keluar dari kamarnya dan melihat uminya juga sedang panik seperti mencari seseorang.
"Umi, kenapa Umi terlihat panik?" Alif bertanya kepada Uminya yang langsung tersenyum. Umi Azka tidak akan memberitahu Alif tentang Najma sebelum meminta ijin kepada Abi Ahfaz.
"Tidak apa-apa Alif, hanya saja umi sedang mencari seseorang. Tidak terlalu penting kok. Kamu kenapa mencari Umi?" Alif kemudian menceritakan kalau dia baru saja menemukan seorang santriwati yang terjatuh di tangga.
"Umi, kenapa aku merasa dia adalah Najma ya?" Umi Azka langsung gemetar. Apa mungkin Alif sudah bertemu dengan Najma, kenapa Alif bisa mengatakan kalau dia melihat Najma.
"Di mana dia sekarang?" Umi Azka bertanya kepada Alif, dia sangat penasaran. Kalau benar yang ada di dalam kamar Alif adalah Najma, berarti putranya memang memiliki ikatan dengan Najma.
"Ada di dalam Umi, Alif mau membawanya ke rumah sakit tetapi mau menggantikan pakaiannya dulu, makanya Alif mencari Umi untuk menggantikan pakaiannya karena Alif bukan muhrimnya." Umi Azka tersenyum.
"Kalau kamu tahu kamu bukan muhrimnya, kenapa kamu menggendongnya dan membawanya ke dalam kamar kamu? lalu bagaimana kalau umi menikahkan kamu dengannya karena kamu sudah menggendongnya?" Alif menjadi gugup.
"Kalau memang seperti itu, Alif akan menerima apapun yang umi dan abi putuskan karena Alif memang bersalah. Alif juga merasa dia adalah Najma." Umi Azka benar-benar penasaran dengan gadis yang berada di dalam kamar putranya.
"Coba Umi mau lihat dulu!" Umi Azka mendorong tubuh Alif dan saat dia melihat siapa yang berbaring di tempat tidur Alif, tanpa sadar Umi Azka menyebut nama Najma.
"Najma, kenapa dia begini Alif? kenapa kamu tidak membawanya ke rumah sakit?" Alif malah membelalakkan matanya sambil menganga.
"Apa maksud Umi? dia benar-benar Najma?" Umi Azka segera meminta sarung dan kemeja Alif dan segera menggantikan pakaian Najma, lalu meminta Alif segera membawa Najma ke rumah sakit sementara Umi Azka memberitahu kang ndalem untuk memberitahu kepada suaminya kalau dia dan Alif sedang pergi ke rumah sakit.
"Alif, cepat sedikit, Umi takut terjadi apa-apa dengan Najma." Alif mempercepat laju mobilnya dan kini mereka telah sampai ke rumah sakit. Najma segera mendapat pertolongan di UGD sementara Umi Azka segera menelepon kedua orangtua Najma, kaif dan Ashila.
"Umi, bagaimana dia adalah Najma? bukankah dia telah meninggal?" Umi Azka segera menceritakan kepada Alif kalau saat itu Najma di tukar oleh seorang wanita yang mengalami depresi sampai akhirnya Najma di temukan oleh neneknya di Bandung.
"Kalau begitu berarti yang Alif temui benar-benar Najma, Umi. Tepat sebelum Alif berangkat ke Mesir." Umi Azka mengerutkan keningnya saat mendengar apa yang di katakan oleh Alif.
"Apa maksud kamu, Nak?" Umi Azka merasa sangat penasaran terhadap apa yang akan di katakan oleh Alif.
"Jadi saat itu Alif sudah berada di Bandung sebelum acara resepsi pernikahan Kakak Zayn, Alif kehabisan pulsa dan Alif kemudian berpamitan kepada Kakek dan Nenek untuk membeli pulsa di counter depan gang perumahan Nenek di bandung." Alif menatap Uminya dengan perasaan menyesal, seandainya saat itu dia bisa menemukan Najma, dan membawanya kembali.
"Alif, tidak perlu di sesali! sekarang, Najmamu berada di dalam. Kita do'akan agar dia baik-baik saja." Alif menganggukkan kepalanya. Umi Azka kemudian ingin membuat Alif membuang sedikit rasa khawatirnya, maka dia meminta putranya untuk menceritakan apakah dia benar-benar bertemu dengan najma waktu itu.
"Alif, sekarang ceritakanlah kepada Umi bagaimana kamu bisa yakin kalau bayi yang kamu temui itu Najma?" Alif menatap Uminya lalu mulai menceritakan kejadian dua belas tahun yang lalu.
Flashback
"Nenek, Kakek, Alif keluar sebentar ya! Alif akan membeli pulsa untuk menelepon umi dan abi. Alif akan sekalian berpamitan kepada mereka berdua." Alif mencium tangan kakek dan neneknya lalu dia segera bergegas keluar. Cuaca hari ini sangat mendung. Alif takut akan segera turun hujan, jadi dia memakai kemeja selain kaus yang dipakai di tubuhnya.