"
"
Pemuda itu mengangkat wajahnya, lalu menoleh kepada Lucrecia dengan wajah yang bersemu merah dan keringat yang mengaliri wajahnya.
"Terimakasih nyonya" ucap pemuda itu tulus.
"Hah? Ah, iya," jawab Lucrecia gugup.
suatu saat ini juga merup akan bagian jadi ingat kejadian beber apa bulan yang lalu lintas di
'Ah... Ini bahaya, wajahnya sangat mengemaskan'-, batin Lucrecia menahan wajahnya agar tidak tersenyum sumringah seperti orang bodoh.
Lucrecia masih berdiri di tempatnya, memperhatikan pemuda itu yang makan dengan tenang, sesekali pemuda itu menoleh padanya kemudian tersenyum canggung. 'Wajahnya bersemu merah, dan keringat yang mengalir di wajahnya membuatnya terlihat mengemaskan, akh... Eh? Nanti dulu, keringat?'-,lucrecia terus berbicara dalam hatinya, hingga sebuah kata menyadarkan dirinya.
"Apa anda kepanasan?" tanya Lucrecia saat menyadari AC yang tidak menyala.