Selamat membaca
. Lucrecia menampar wajah pemuda itu beberapa kali, dan semakin lama tamparan itu semakin keras hingga meninggalkan jejak kemerahan pada kulit pemuda itu, meski tidak terlihat jelas saat ini.
"Akhhh... Cukup..." kesal Lucrecia menutup hidung pemuda itu lalu memberikan nafas buatan.
Ia beberapa kali memberikan nafas buatan untuk pemuda itu, dengan di selingi tamparan cukup keras pada wajah pemuda itu. Menurut Lucrecia itu lebih baik dari pada mati kedinginan, atau lebih buruk lagi.
Saat akan memberikan nafas buatan untuk yang ke 4 kalinya, pemuda itu terbatuk batuk beberapa kali sebelum akhirnya membuka matanya secara perlahan.
"Ahhh... Akhirnya kau bangun," puji syukur Lucrecia saat melihat mata pemuda itu terbuka.
"Ini dimana?"
"Simpan dulu pertanyaan mu, sekarang aku harus membawa mu berteduh, kau bisa berdiri?"