"Oh, jadi sekarang kamu berani ngelawan ya? kenapa kamu lebih menyayangi dia dibandingkan aku?" ujar Malik.
"Karena dia membawa keberuntungan dalam hidupku! dan dia sangat menyayangiku seperti ibu kandungnya sendiri. Dan satu lagi, aku menyesal menikah dengan kamu meskipun orang angkatan! lebih baik aku memilih keluargaku dulu dibandingkan sama kamu!" bantah berani Mira.
Malik pun keluar dari kamarnya dan menutup kencang pintu kamar tersebut. Setelah itu, Mira duduk diatas ranjangnya sembari menangis.
***
#Flashback off#
Kembali ke pembicaraan antara Mira dan Ali lewat telepon.
📞: Bu, kok diam saja? ada masalah ya, Bu?
Mira pun tersadar dari lamunannya setelah dikejutkan oleh Ali.
"Enggak, Nak. Ibu baik-baik saja, kamu hati-hati dijalan ya. Oh ya, kamu sekarang dimana?" Mira menutupi yang sebenarnya.
📞: Sekarang Ali sedang dalam perjalanan menuju kampus, Bu. Hari ini ada ulangan harian matematika, jadi Ali hadir.
Mira pun terdiam seribu bahasa saat mendengar perkataan Ali. Kalau misalnya Ali sampai datang ke kampus, Malik pasti akan mencarinya disana.
"Nak, apa tidak sebaiknya kamu jangan pergi ke kampus dulu? soalnya ibu takut kalau bapakmu mencari kesana," ucap Mira dengan perlahan-lahan.
📞 : Tidak apa-apa, Bu. Kalau misalnya bapak sampai mencariku kesana, aku tinggal bilang bahwa aku sibuk urusan kampus.
"Ya sudah kalau begitu, kamu hati-hati ya dijalan. Jangan banyak mikir, oke?" kata Mira.
📞 : Baik, Bu. Ya sudah, Ali tutup teleponnya ya? Assalamualaikum.
Ali pun menutup teleponnya dan menyimpan ponselnya. Mira pun keluar dari kamarnya dan mulai beraktivitas seperti biasa.
***
Beberapa menit kemudian...
#Di kampus#
Terlihat Ali memasuki ruang dosen dan seperti biasa, ia menyapa dosen-dosen yang sudah hadir.
"Pagi bapak dan ibu semua," sapa hangat Ali sembari menutup pintu ruang dosennya.
Kozhikina langsung mendorong kursinya dan menatap wajah Ali dengan ekspresi yang berseri-seri.
"Pagi juga, pak Ali," Kozhikina beranjak dari tempat duduknya dan berdiri didepan Ali.
Ali hanya bisa menahan diri melihat Kozhikina yang setiap hari selalu begitu saja padanya. Beruntung, Ali tipe orang yang sabar sehingga dia mudah menghadapi tingkah Kozhikina.
"Bu Kozhikina, kasihan pak Ali kalau berdiri terus," tegur Azzahra sepontan.
Kozhikina pun melirik kearah Azzahra lalu menyelipkan rambutnya di daun telinga. Kemudian, Kozhikina mundur satu langkah dan membiarkan Ali berjalan.
"Silahkan lewat, Pak. Maaf kalau saya membuat bapak menunggu," ucapnya sembari menundukkan kepala.
Ali berjalan melewati Kozhikina lalu duduk di bangkunya. Setelah itu Ali mengeluarkan buku-buku yang dia bawa dari rumahnya.
Kozhikina menarik kursi lalu duduk disamping Ali serta menatap wajah Ali hingga membuat Ali tak nyaman. Azzahra yang melihat Ali merasa canggung, langsung menegur Kozhikina seperti biasanya.
"Bu Kozhikina, jangan tatap wajah Pak Ali terus. Dia jadi gak konsen tahu bacanya!" tegur Azzahra yang membuat Kozhikina geram.
"Memangnya menatap sebentar tidak boleh? lagipula masih banyak waktu kok untuk membaca," ujar santai Kozhikina.
"Bu Kozhikina, hari ini jadwal Pak Ali mengajar padat. Jadi tolong jangan menggangu kenyamanan pak Ali saat membaca, ya?" tegur Sinta sepontan.
Kozhikina semakin geram dengan perilaku kedua dosen wanita yang menegurnya. Sontak, dia berdiri lalu keluar dari ruang dosen. Sinta dan Azzahra tertawa melihat kelakuannya Kozhikina.
"Asikkkkk... rencana kita berhasil," ucap Azzahra sembari tertawa.
"Seru kalau buat Bu Kozhikina kesal," jawab Sinta.
"Tidak apa-apa juga sih kalau kalian berdua menjahili Kozhikina, justru saya setuju. Bu Kozhikina memang benar-benar lucu," saut Wahyu.
"Jangan sering menjahili orang! dosa loh. Apalagi kalian sudah dewasa, masa masih bertingkah seperti anak kecil?" tegur Ahmad.
Seketika raut wajah Sinta dan Azzahra yang semula bahagia, kini berubah menjadi suram dan jutek. Ali hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah para dosen diruangan itu, ia kembali fokus membaca buku rumus matematika.
***
Tempat berganti, memperlihatkan Hector yang asik main game sembari menyantap beberapa makanan ringan di kamarnya.
Tak lama kemudian, Cainwen masuk kedalam kamar Hector. Ia terkejut melihat tingkah Hector yang tidak bermutu sama sekali.
"Astaga," ucap Cainwen saat membuka pintu kamar Hector.
Sontak, Hector langsung menatap kearah pintu dan berhenti bermain game. Ia berdiri dan mendekati mamanya.
"Mom, why?" tanyanya dengan santai.
Seketika....
"Kamu nih ya, bukannya cari adikmu malah asik main game," Cainwen menjewer telinga kanan Hector hingga memerah.
"Now go away! (Sekarang pergilah!)," perintah Cainwen. "Cari adikmu!" lanjut Cainwen.
Setelah itu Cainwen menarik Hector keluar hingga kedepan pintu rumahnya. Saat sesampainya didepan pintu rumah, Cainwen mendorong Hector lalu menutup pintu rumahnya.
Hector berdiri dan menggaruk-garuk kepalanya. Ia juga menahan amarahnya didepan Cainwen padahal sebenarnya dia sudah bosan akan kehidupan ini.
"Hum! kenapa selalu saja Aarav! Aarav! dan Aarav! mungkin kalau aku kecelakaan pesawat akan dicari seperti ini, kah? atau malah pada senang. Sudahlah, aku keluar saja! jalan-jalan gitu, daripada mencari Aarav terus. Lagipula ada Kozhikina yang sedang bermain peran, kalau begini mendingan aku balik saja ke Amerika daripada di Indonesia tertekan," oceh Hector sembari masuk kedalam mobilnya.
Setelah itu ia mengendarai mobilnya dan pergi keluar dari rumahnya tersebut.
***
Beberapa jam kemudian...
#Kampus Gunadarma#
Terlihat mobil Ali melaju kencang menuju kampus Gunadarma. Tak lama kemudian, iapun sampai dan berhenti didepan gerbang kampus menunggu Mikha yang segera datang. Sembari menunggu, Ali merapihkan rambutnya agar terlihat lebih menawan.
Selang beberapa menit menunggu, Mikha keluar dan berdiri didepan mobil Ali. Saat itu Mikha belum menyadari adanya mobil Ali didepannya. Dan saat Ali ingin turun dari mobil, Mira meneleponnya sehingga ia memilih nunggu didalam mobil.
"Hmm, mana ya Ali? kok belum juga datang?" ucap Mikha.
Dan Mikha justru malah menyebrang lalu berjalan kaki, meninggalkan mobil Ali yang terparkir didepan kampus. Sontak saja, Ali harus turun dari mobil nya untuk mengejar Mikha.
Saat ia turun dari mobil...
Tiba-tiba ada sebuah mobil hitam melaju kencang didepan Ali sehingga menghalangi Ali mengejar Mikha. Tak cuma itu, mobil tersebut berhenti didepan Mikha lalu pergi begitu saja.
Ali mempunyai firasat buruk, saat mobil hitam tersebut pergi, Mikha menghilang begitu saja. Sepontan, Ali masuk kedalam mobilnya dan mengejar mobil hitam yang berhenti tadi. Ia sangat yakin bahwa mobil tersebutlah yang membawa Mikha.
"Astaghfirullah, kenapa akhir-akhir ini aku terlibat banyak masalah sih?" keluh Ali sembari menambah kecepatan mobilnya.
Akhirnya mobil Ali bisa menyusul mobil hitam tadi, beruntung Ali masih mengingat plat nomor mobil tersebut. Jadi lebih mudah ia mengejarnya. Ali mengikuti mobil hitam tersebut dari belakang, ia terus membunyikan klakson mobilnya agar mobil yang membawa Mikha berhenti.
Sedangkan kondisi didalam mobil...
Tangan Mikha langsung diikat kebelakang saat Mikha ditarik masuk kedalam mobil. Mikha terus berusaha melepas ikatannya agar ia bisa kabur tanpa menyusahkan Ali. Namun, ikatan talinya sudah sangat kuat sehingga tidak bisa dibuka oleh Mikha.
"Lepasin! lepasin aku!" ucap Mikha sembari menatap tajam orang disampingnya.
"Kamu tidak akan pernah kami lepaskan sebelum atasan kami yang memerintah!" jawab orang disamping Mikha.
Mikha pun geram akan tingkah laku orang-orang yang menculiknya, tetapi percuma saja. Dia tidak bisa melawan orang-orang tersebut, Mikha hanya bisa terdiam memandangi mobil Ali yang mengikuti dibelakang.
Just info: Cainwen itu bisa bahasa Indonesia, tetapi sembilan tahun yang lalu, kalau dia bicara dengan Aarav pasti menggunakan bahasa Inggris. Sehingga saat bertemu Ali, Cainwen menggunakan bahasa Inggris. Beruntung, Ali bisa berbahasa Inggris sehingga paham dengan ucapan Cainwen waktu itu. Meski begitu, terkadang Cainwen suka bicara dengan bahasa Indonesia bersama Aarav dulu.