Chereads / Dosen Amnesiaku / Chapter 22 - Barang bukti

Chapter 22 - Barang bukti

"Baik, akan ku ikuti semua rencanamu," ujar Hector.

Setelah itu Kozhikina dan Hector keluar dari dalam Moja Museum. Mereka memutuskan untuk pulang kerumahnya masing-masing yang ada di Jakarta.

***

Didalam mobil...

Terlihat, Ali dan Mikha tidak bicara sedikitpun. Ali merasa lelah dengan kehidupannya yang sekarang, sedangkan Mikha kesal karena terlibat begitu banyak teka-teki kehidupan Ali.

"Ali! sebenarnya kamu adalah masalah apa sih di masa lalu? kenapa sampai rumit begini?!" tanya Mikha sepontan.

"Mikha, dengarkan! kalau saya sudah tahu dari awal permasalahan ini, tentu saya tidak akan membawamu terlibat dalam permasalahan. Tetapi karena saya tidak tahu, kamu akhirnya terlibat dalam permasalahan ini," jawab Ali.

"Ini pasti ada yang gak beres! ini pasti berurusan dengan kecelakaan pesawat sembilan tahun yang lalu, mereka selalu menyebut itu!" ujar Mikha.

"Terus? maksudmu perkataan pria dan wanita yang menculik kamu tadi benar sedangkan perkataan bu Mira dan pak Malik selama ini hanyalah kebohongan? begitu maksud kamu?" bentak Ali.

"Ya! mungkin mereka seperti itu. Kamu saja tidak diberitahukan mengenai harta warisan yang dimiliki oleh bu Mira selama ini?" celetuk Mikha secara sepontan.

"Harta warisan? maksudnya bagaimana?" tanya Ali heran.

"Astaghfirullah, pakai keceplosan bilang masalah ini lagi. Aku kan udah janji untuk tidak membongkar masalah harta tahta," batin Mikha.

"Mikha? kenapa kamu diam saja?! seharusnya kamu bicara!" ucap Ali.

"Diam! intinya aku mau teka-teki ini dipecahkan! sekarang kita harus cari siapa itu Aarav Alkatiri. Dan juga apakah kamu memang Ali Brahnowo atau selama ini kamu adalah Aarav Alkatiri!" bentak Mikha.

"Wah-wah, sedang marah saja kamu memiliki ide yang bagus. Setuju! nanti akan kita pecahkan semua teka-teki ini! nanti temui aku dirumah besar samping rumah Oma Jovanka," jelas Ali.

Mikha pun menatap kearah Ali karena terkejut mendengar ucapan Ali. Iapun tidak menjawab apapun dan mereka berdua kembali terdiam.

***

Malam hari...

Terlihat Ali membuka laptopnya sembari mencari artikel yang menunjukkan mengenai identitas Aarav Alkatiri.

Tak lama kemudian, Mira datang dan masuk kedalam kamar Ali. Sontak saja, Ali langsung buru-buru menutup laptopnya dan pura-pura menulis catatan di buku tulis.

"Nak, apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Mira sembari berjalan menghampiri Ali.

"Ini Bu, Ali sedang buat catatan untuk besok," jawab Ali.

"Oh begitu. Nak, kenapa kepalamu tidak memakai perban lagi?" ucap Mira.

"Karena Ali sudah tidak merasakan sakit lagi, Bu. Jadi Ali melepas perbannya saja, lalu ibu mau kemana? kenapa memakai baju pergi?" tanya Ali.

"Gini, ibu mau menginap di rumah tante Aisyah. Jadi ibu kesini untuk mengecek kondisi mu sebentar," jelas Mira.

"Oh begitu, memangnya menginap berapa lama?" tanya Ali.

"Seminggu, Ali. Selama seminggu ini, ibu titipkan rumah ini kepadamu. Dan kamu, jaga diri baik-baik ya," jawab Mira.

"Iya, Bu. Itu sudah pasti," ujar Ali.

"Ya sudah, ibu berangkat dulu ya," ucap Mira.

"Iya, hati-hati ya Bu," Ali mencium punggung tangan Mira.

Setelah itu Mira keluar dari kamar Ali dan segera bergegas pergi keluar dikarenakan taxi online yang sudah menunggu. Ali melihat Mira yang menaiki taxi online, dari jendela kamarnya.

Sembari melihat Mira, Ali menghubungi Mikha untuk datang kerumahnya saja. Tidak usah datang kerumah yang berada di samping rumah Oma Jovanka.

"Assalamualaikum, Mikha. Selamat malam," ujar Ali.

"Walaikumsalam, pak Ali! bentar ya, saya mau siap-siap nih. Pak Ali sudah sampai sana?" jawab Mikha.

"Kamu datang saja ke rumah saya, tidak perlu datang kerumah besar itu," jelas Ali.

"Lah kok? tapi, baik pak Ali. Saya akan segera datang kerumah pak Ali," jawab Mikha.

Ali pun langsung menutup telepon dan menunggu Mikha yang segera datang. Taxi online yang membawa Mira pun juga sudah pergi dari tadi.

***

Beberapa menit kemudian...

Mikha sampai didepan rumah Ali. Iapun mengetuk-ngetuk pintu rumah sembari memanggil Ali. Tak lama kemudian, Ali membuka pintunya dan Mikha langsung segera masuk kedalam.

"Pak Ali, kenapa kita tidak jadi kerumah besar itu? kenapa kita malah disini?" tanya Mikha sembari meletakkan tasnya di meja ruang tamu.

"Bu Mira sedang pergi. Saya pikir, mungkin kita bisa memanfaatkan waktu ini untuk mencari tahu mengenai Aarav Alkatiri," jawab Ali sembari menutup pintu rumah dan menguncinya.

"Coba cari saja dikamar Bu Mira dan pak Malik, siapa tahu ada barang bukti disana," usul Mikha.

"Ya betul, maksud saya seperti itu. Mari kita keatas," ujar Ali.

Mikha dan Ali langsung menaiki anak tangga, pergi menuju kamar Malik dan Mira. Mereka pun membuka pintunya tetapi selalu tidak bisa.

"Kenapa gak bisa ya, pak?" tanya Mikha heran.

"Tidak tahu," jawab Ali.

Tanpa disangka, Ali tidak sengaja melihat sebuah tombol dibelakang meja yang ada tepat disamping pintu kamar Mira dan Malik.

Sontak saja, ia langsung menekan tombol itu. Mungkin barangkali saja pintu kamarnya terbuka. Pintu kamarnya terbuka berkat Ali yang tidak sengaja menemukan sebuah tombol.

"Kok kayaknya kamar ini private banget ya? sampai buka pintu aja pakai tombol yang disembunyikan dibelakang meja," ucap Mikha sembari berjalan masuk kedalam kamar.

"Pasti ada rahasia disini," jawab Ali, sembari menatap sekeliling kamar tersebut.

Pintu kamarnya tertutup secara otomatis, sehingga Ali ataupun Mikha tidak perlu menutupnya.

"Coba kita cari di lemari, tetapi jangan diberantakin. Biar bu Mira atau pak Malik tidak curiga," perintah Ali.

"Iya, pak Ali cari di lemari atau tempat-tempat sebelah kanan sedangkan aku sebelah kiri," jawab Mikha.

Setelah itu Mikha dan Ali mulai mengeledah setiap tempat ataupun lemari yang ada didalam kamar tersebut.

Mikha baru menemukan sebuah kaset pita dan juga sebuah album foto. Sedangkan Ali, ia sudah menemukan buku diary, foto USG didalam buku kesehatan, dan juga kertas-kertas pernyataan dari rumah sakit.

Walau begitu mereka berdua kembali mencari barang bukti lebih lengkap yang menunjukkan bukti mengenai Ali anak mereka.

***

Tiga puluh menit kemudian...

Ali dan Mikha sudah mengeledah setiap sisi dan tempat didalam kamar Malik. Tetapi mereka hanya baru menemukan kaset pita, album foto, foto USG didalam buku kesehatan, buku diary, dan kertas-kertas pernyataan dari rumah sakit.

"Cuma ini yang baru kita kumpulkan setelah mencari selama tiga puluh menit?" tanya Mikha.

"Meskipun hanya segini yang kita temukan, tetapi ini juga berguna," jawab Ali.

"Ya sudah, ayo kita baca dan dengarkan rekaman di kaset pita ini," ajak Mikha.

"Ya. Kita pergi kedalam kamarku saja, karena aku punya radio yang bisa digunakan untuk kaset pita," jelas Ali.

Setelah itu mereka berdua keluar dari dalam kamar sembari membawa barang-barang bukti yang mereka temukan.