Chereads / Lorex 19 / Chapter 7 - Api unggun

Chapter 7 - Api unggun

Penelusuran kembali berlanjut. Mereka berdua berjalan menelusuri jalan setapak, di balik kegelapan malam. Jantung mereka berdegup kencang, bulu kuduk mereka berdiri, serta melirik kesana kemari dengan penuh waspada. Tiba-tiba mereka mendengar sesuatu, di lantai dasar. Kemudian mereka berdua melirik ke bawah, sambil berpegangan satu sama lain. Rupanya itu hanya sebuah besi tua yang keropos, jatuh dari lantai teratas. Ketegangan yang mereka rasakan, membuat mereka bertiga sempat berasumsi lain.

Namun mereka berusaha tetap berpikiran positif, walau hasilnya selalu negatif. Angin malam mulai berhembus, kesana kemari melalui ventilasi udara. Hawa dingin menusuk kulit, ditemani oleh sinar senja yang mulai redup. Tanaman merambat menghiasi dinding, serta berbagai jenis barang yang sudah di tutupi oleh debu. Menandakan, pernah ada nya sebuah aktivitas di masa lalu. Sungguh menyedihkan, karena adanya wabah virus serta serangan zombie, para warga di kota ini sepertinya sudah meninggalkan kota.

Jika seandainya, virus serta zombie di dunia ini tidak ada. Mungkin kota ini, akan menjadi tempat yang sangat menarik untuk disinggahi. Pada akhirnya, semua itu hanyalah angan-angan belaka. Hari semakin gelap, mereka secepatnya harus menemukan tempat persembunyian. Setidaknya semalam ini saja, mereka berdua terjaga. Sebab, akan ada bahaya yang lebih besar, yang akan menanti esok.

Kemudian mereka berdua, berjalan menuruni eskalator. Lalu menuruni sebuah anak tangga, hingga ke lantai dasar. Setiap kali menuruni anak tangga, suara langkah kaki mereka bergema di seluruh ruangan. Mendengar hal itu, mereka berdua merasa was-was lalu mereka berdua memutuskan untuk menuruni anak tangga, dengan sangat perlahan. Setelah menuruni tangga, kini mereka berada di sebuah ruang bawah tanah. Ruang itu memiliki luas persegi panjang, serta jalan beraspal. Berbagai macam mobil, yang sudah berkarat berjejer rapih disana.

Ban yang kempes, serta kaca yang pecah, cat mengupas, serta ada beberapa mobil ditumbuhi oleh tanaman merambat. Pilar yang menjulang tinggi, serta hawa dingin yang berhembus dari sebuah lorong ke atas. Kemudian mereka berdua berjalan, menelusuri tempat ini dengan menenteng senjata, serta sebuah senter kecil milik Angela. Sedangkan Roki, menyenteri dengan Genix tangan besi canggih miliknya. Genix itu mengeluarkan sinar, yang memancar lurus layaknya senter LED.

"Wow! Banyak sekali mobil disini. " Kata Roki.

"Menyedihkan, gara-gara wabah virus serta serangan zombie. Sepertinya mereka terpaksa meninggalkannya. Padahal jika mereka menggunakan otaknya sedikit, mobil yang mereka tumpangi akan menjadi benda yang sangat berharga." Ujar Profesor.

"Tapi Profesor, seandainya kita berada di posisi mereka. Mana sempat, kita memikirkan hal itu selain menyelamatkan diri bukan?" Angela menoleh ke arah Profesor, yang berada di atas pundak Roki dalam bentuk hologram mini.

"Ternyata gadis kecil ini lebih pintar dibandingkan denganmu Profesor." Ledek Roki.

"Berisik! Sebaiknya kau cepat putuskan, dimana kalian berdua akan bermalam." Profesor Xenom mengalihkan pembicaraan.

Setiap sudut tempat, serta bagian dalam mobil telah mereka telusuri. Tak ada hal yang mencurigakan, selain ilalang, mobil-mobil berkarat, serta tulang belulang. Sebenarnya ada satu ruangan lagi di lantai atas, namun mereka memilih untuk tidak pergi ke sana. Sebab itu akan memakan waktu yang sangat lama, untuk mencari sebuah tempat peristirahatan. Kemudian mereka berdua duduk, dengan beralaskan kardus yang mereka sempat temui disini. Lalu mereka berdua, menyalakan api unggun, dengan tumpukkan kayu, serta tumpukkan kertas yang mereka temui. Tepat di samping Anoa 6x6 APC (Armoured Personnel Carrier), berwarna cat putih yang sudah mengelupas.

APC itu memiliki tulisan UN (United Nations), bagian di tiga tempat yaitu, kanan dan kiri, serta bagian depan. Setelah menyalakan api unggun, Roki berlari ke tempat anak tangga itu berada. Ia menutup pintu, tempat anak tangga itu berada. Selanjutnya, ia berlari menutupi sebuah lorong penghubung lantai atas, dengan sebuah pintu gerbang terbuat dari teralis yang memiliki rongga, layaknya tirai penyekat cahaya. Gerbang berhasil ditutup, lalu dia berjalan dan duduk tepat di samping Angela. Mereka berdua menatap api unggun, melupakan sejenak mimpi buruk yang mereka berdua alami.

"Akhirnya kita bisa bersantai." Kata Roki.

"Ini hanya awal nya, masih banyak bahaya di luar sana. Menunggu kedatangan kita."

Mendengar hal itu, mereka berdua menganggukkan kepala. Membenarkan apa yang dikatakan oleh Sang Profesor. Kemudian Roki mengambil tiga buah apel, di dalam tas yang sempat mereka ambil. Ia pun mengupasnya dengan sebuah pisau, yang ia temukan. Sementara Angela mengambil sebuah tabung kecil, yang menempel pada gespernya. Kedua sisi tabung itu dia tekan, dan seketika tabung itu berubah menjadi botol plastik berisi 600 ml air. Lalu ia meletakkan tabung itu tepat di sampingnya.

"Melihat kobaran api unggun, aku teringat akan suatu hal."

"Apa itu kak?"

"Membakar jagung, serta menikmati marshmallow. Di bawah langit malam yang indah, sambil menyanyikan lagu api unggun." Roki menatap kobaran api, dengan raut wajah tersenyum. Mengenang, sebelum merasakan kehidupan kelamnya disini.

"Marshmallow? Apa itu kak?"

"Makanan manisan, bertekstur kenyal dan ringan seperti busa. Tapi rasanya gak selalu manis, kadang gurih."

"Sepertinya enak, seandainya aku bisa mencoba nya." Kata Angela.

"Kamu memang belum pernah, mencicipinya sama sekali?"

"Marshmallow kak? Belum pernah, bentuknya saja Angela tidak tau."

"Di zaman ini, tidak ada Marshmallow nak. Seluruh tanaman di muka bumi ini mati, akibat serangan nuklir." Profesor menyela pembicaraan.

"Sebenarnya apa yang terjadi?"

Profesor Xenom pun mulai bercerita. Dulu pada tanggal 8 Januari 2095, para zombie sudah menempati sebagian populasi bumi. Serangan dari para mutasi zombie, membuat para manusia yang selamat, berjuang serta bertahan hidup di balik sebuah tembok besi. Tembok itu memiliki tinggi, dua puluh lantai serta memiliki ketebalan 200 m. Jumlah populasi manusia yang selamat waktu itu, kira-kira berjumlah dua milyar. Para pasukan UN (United Nations), berjuang dari atas dinding menembak para zombie, yang berusaha untuk menerobos masuk.

Satu persatu pasukan UN (United Nations) berguguran. Jumlah zombie terus berdatangan, di luar nalar membuat para pasukan tak sanggup menahan para zombie itu lebih lama. Sehingga pada tanggal 11 Februari 2100, pimpinan United Nations memerintahkan para pasukan untuk melakukan peluncuran nuklir pada empat puluh titik di seluruh dunia. Serangan nuklir, membuat sebagian zombie di muka bumi musnah, tanpa terkecuali tumbuh-tumbuhan, hewan, serta manusia di luar sana yang tak bersalah.

Setelah kejadian itu, para manusia mulai menjalani kehidupan baru di balik tembok. Selama lima belas tahun, para manusia di balik tembok mengalami krisis kelaparan dan kehausan. Sehingga para pemerintah setempat, menciptakan sebuah teknologi untuk membuat makanan buatan, serta peternakan darurat. Makanan itu tercipta dari campuran semanggi tumbuh secara liar di dalam tembok. Terakhir mereka juga mencampurkan daging ayam dan kambing.

Sementara air, mereka dapatkan dari hasil daur ulang air urin. Lambat laun, timbullah berbagai jenis penyakit akibat air daur ulang tersebut. Sehingga pada tanggal 22 Maret 2106, para manusia di balik dinding bergotong royong, membangun saluran air menuju laut. Persediaan air yang sangat kurang, membuat para pekerja mulai berguguran.

Satu tahun kemudian, saluran air berhasil di bangun. Mereka membiarkan air itu mengalir, lalu mengubah air laut itu menggunakan teknologi canggih, agar bisa di konsumsi secara layak. Enam tahun telah berlalu, radiasi nuklir yang menyelimuti bumi telah menghilang.

Namun mereka harus menerima fakta, bahwa masih ada zombie di luar sana. Dan jumlahnya terus bertambah. Para manusia keluar dari tembok, lalu menyebar ke seluruh penjuru eropa dan asia, dengan kendaraan lapis baja. Kemudian mereka membangun, sebuah kota di balik tembok seperti tempat tinggal sebelumnya. Setelah berhasil membangun kota, mereka membangun pemerintahan sendiri. Selain masalah internal, para penguasa kota sering berbagi informasi mengenai senjata dan teknologi.

Informasi itu mereka manfaatkan, untuk memperkuat pertahanan dinding. Kemudian mereka juga memproduksi senjata itu, untuk diperjual belikan hingga sekarang. Dua jam lamanya Profesor Bercerita. Roki pun mendengarkan setiap cerita nya, dengan raut wajah mengantuk. Sedangkan Angela, tertidur diatas pangkuan Roki sejak tadi. Selama ia terjaga, Roki mengelus kepala nya dengan sangat lembut. Mendengarkan kisahnya, membuat Roki semakin prihatin. Ia membayangkan, dirinya saat dua tahun mendatang. Apakah dirinya masih hidup atau tidak? Lalu hal baik apa yang sudah diperbuat? Pertanyaan itu selalu terngiang di kepala nya.

Setelah melihat semua ini, dirinya semakin bingung dengan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Kondisi seperti ini membuat dirinya tak bisa berpikir dengan jernih. Banyak hal yang harus ia persiapkan untuk menghadapi hari esok. Sebisa mungkin ia harus membawa Angela keluar dari kota ini. Setelah itu, biarlah angin yang menunjukkan kemana ia akan pergi selanjutnya. Lalu Profesor itu berkata.

"Oleh karena itu aku mohon padamu. Tolong selamatkan kami, ubahlah masa depan ini. Dan segera akhiri mimpi buruk ini." Profesor memohon dengan sangat, kepada Roki.

"Entahlah, jangan terlalu menaruh harapan lebih padaku. Siapa tau, aku akan mengecewakanmu suatu saat."

"Aku percaya kau tidak akan mengecewakanku, atau siapapun. Setidaknya itu, yang aku yakini saat ini."

"Profesor apa kamu tau, dalang dari semua mimpi buruk ini? Siapa dia dan dimana ia tinggal?" Tanya Roki.

"Aku tidak tau, sampai saat ini identitasnya masih menjadi sebuah misteri."

"Begitu rupanya."

"Suatu saat nanti, aku yakin kamu bisa menemukannya."

"Semoga. Baiklah sepertinya, sudah waktunya aku bersiap-siap untuk tidur."

"Kalau begitu, selamat malam nak." Profesor mematikan hologram.

Selesai berbincang, Roki membaringkan kepala Angela di atas kardus lalu ia pun beranjak dari tempat duduknya. Kemudian ia mencabut beberapa rumput liar disana. Setelah itu ia membuka pintu belakang, kendaraan berlapis baja. Roki pun langsung menyinarinya, dengan cahaya yang dipancarkan oleh Genix. Tidak ada apapun disana, selain kedua kursi panjang beralaskan sofa. Dia pun masuk, lalu membersihkan seluruh bagian dalam dengan rumput liar yang ia petik. Debu-debu berterbangan, noda yang menempel pada kursi mulai menghilang.

Ventilasi kecil ia buka, membiarkan bersirkulasi dengan angin malam. Tiga puluh menit telah berlalu, Roki pun telah selesai membersihkannya. Seluruh ruang bagian dalam APC, bersih dari debu dan noda. Kemudian Roki membopong Angela, lalu membaringkannya di atas kursi panjang. Setelah itu, Roki menambah beberapa kayu dan kertas agar api itu tidak langsung padam. Ia sengaja melakukan hal itu, agar suasana di luar tetap hangat dan terang.

Sekaligus mengusir kegelapan malam. Api pun kembali membesar lalu ia masuk ke dalam. Tak lupa ia menutup pintu rapat-rapat. Lalu ia pun membaringkan tubuhnya diatas kursi. Dan ia pun tertidur.