Chereads / ASMARALOKA / Chapter 4 - Kecelakaan

Chapter 4 - Kecelakaan

Raja mulai beranjak dan berjalan menuju pembatas Kantin mengotak-atik ponselnya. Menghubungi nomor Yoga namun tak aktif, mengapa tega sekali cowok itu tak memberi kabar padanya. Seperti kata Kevin tadi, mereka bertiga dia anggap apa?.

Tak lama Raja kembali menuju meja mereka, "Kelas, bentar lagi bel masuk!" Ujarnya setelah mengeluarkan selembar uang merah dari dompetnya dan menaruhnya di atas meja kantin. "Mang! Raja yang bayar!" pekik Jenan lalu melengos keluar dari kantin.

Sepanjang jalan Anala terus mengoceh tak jelas karena Raja yang membayar makannya dan Jenan yang mendusel di lengan kanannya. "Raja kenapa, sih bayarin makan Anala?!--ihk! Kak Jenan juga ngapain lengket-lengket sama Anala?!" Pekiknya kesal sembari mengerucutkan bibirnya dan berusaha melepaskan diri dari kekangan Jenan.

"Terima aja!, kenapa, sih?!, La!--itu rejeki lo!!" Protes Kevin.

"Ih! Tapi, 'kan Anala gak mau dibayarin!. Ntar Anak-anak pada mikir kalo Anala itu Matre!!"

"Ya, tinggal dijawab lo bukan cewek matre!. Gimana, sih?!, kesel aku, tuh!"

"Ih, Jeje! Jangan deket-deket!" Kepala Jenan terangkat menatap manik mata Anala berbinar.

"Itu panggilan sayang buat Aa' Jenan, La?" Anala mencebikkan mulutnya kesal.

"Iya'in aja. Cocok sama muka!" Jenan mengeratkan rangkulan tangannya. Kevin dan Raja yang melihat interaksi mereka hanya dapat bisa membuang pandang ke arah lain, kesal.

"Muka Aa' ganteng, 'kan?"

"Haha!, ganteng apaan?!, gantengan juga Raja Renjana Dirgantara!"

Semuanya mematung, termasuk orang yang mengatakan kalimat itu. Kevin yang tandinya merasa kesal kini memandang Raja dengan senyum miringnya.

"Ekhem!, Jantungnya apa kabar bos?" Sumpah Anala saat ini sangat malu. Apalagi sekarang mereka tengah berada di koridor, sudah dipastikan hampir semua murid yang berada disana pasti mendengar pekikan laknatnya.

Perkataan Anala disekolah tadi dibawah pulang oleh Raja kerumahnya. Jantungnya berdetak kencang seperti ingin lompat dari tempatnya, Raja beranjak menuju cermin yang ada di wastafel kamar mandinya. Dan, apa ini wajahnya merona, bahkan Raja tak suka melihat kedekatan antara Jenan dan Anala, wajah gadis itu pun terlihat lucu ketika merajuk menurutnya.

Apa ia suka pada gadis itu?

Ah! Ia sudah gila!

Itu tidak mungkin, 'kan?

Ini baru dua minggu gadis itu bersekolah ditempat nya. Dan itu berarti kedekatan mereka terjalin sudah dua minggu lamanya. Ini tidak mungkin bukan?. Iya pasti ia hanya terbawah perasaan tadinya.

Tapi tunggu!

Dia, 'kan memang cowok baper. Walaupun ia tahu bahwa wajahnya memang tampan. Ya sudah abaikan saja itu.

~~~

"Iya, nak silahkan masuk. Kedua orang tuamu ada disini" jelas Bu Laras. Raja pun melangkah mendekati orang tuanya, memberikan salam dan mencium punggung tangan mereka, namun baru saja ia ingin mencium punggung tangan milik Dirga, Ayahnya. Tangannya malah ditepis kasar.

"Ikut saya!" Katanya. Ia menatap ayahnya yang berjalan keluar ruangan menuju ruangan khusus miliknya di sekolah ini.

Matanya memanas, menahan gejolak perasaan yang sedari dulu ingin ia sampaikan. Sampai kapan ia akan diperlakukan seperti ini?, ia sangat rindu dengan ayahnya. Tapi sepertinya, Dirga memang tidak menginginkannya.

"Maafkan ayahmu, nak" Wanita yang kerap disapa Rina itu menangis dan tersenyum menatap anaknya yang kini mulai bertumbuh dewasa. Ia memeluk Raja sembari sesenggukan.

"Dan....maafkan Bundamu juga, nak....hiks...."

"Bunda gak perlu minta maaf....lagian....Bunda, 'kan gak punya salah sama Raja"

Beberapa guru memang tahu dengan situasi keluarga pemilik sekolah itu.

"Iya, nak. Kalo begitu kami permisi dulu"

"Iya, bu. Silahkan"

Raja dan bundanya pun menyusul sang kepala keluarga yang lebih dulu menuju ruangan itu. Sesampainya didepan pintu, mereka bisa melihat jelas Pria paruh baya itu sedang terduduk di kursi kekuasan miliknya dan menatap mereka berdua.

"Cepat masuk!"

"Ayah mau ngomong apa sama, Raja?"

"Bukan saya!" , keningnya mengerut.

"Bunda, nak. Bunda datang kesini karena kangeeen banget sama kamu...." Raja tersenyum.

"Raja juga kangen sama Bunda....Kangen masakan Bundaaa....Kangen diomelin sama Bundaa..." Ucap Raja menggebu-gebu sembari menatap Bundanya tersenyum.

"Bunda cuman pengen ngomong itu, doang?"

"Iya, sayang" Bundanya tersenyum. Berbanding terbalik dengan Dirga yang hanya menyimak pembicaraan mereka.

"Habis ini, Bunda sama Ayah balik lagi karena Ayahnya harus kerja, buat biayain masa depan Raja" lanjutnya. Sembari mengusap surai lembut milik Raja, sang anak.

"Yahh!...kok gitu, sih??. Masa Raja sendiri lagi??"

Raja manja!

Huuu!

Iya bukan!

"Gapapa, sayang. Harus mandiri!, okee?"

"Heemm....Raja bakalan kangen lagi dong sama Bunda sama Aa--yah" jelas sembari melirik Dirga dari ekor matanya.

"Yaudah...biar gak kangen!...Sini peluk Bunda lagi" , Raja pun memeluk kembali sang Bunda.

"Kalo gitu Ayah sama Bunda pulang dulu, yah?. Jaga diri baik-baik, mandiri, gak boleh manja malu ih! Kan cowok hehe...udah gede juga, yah, sayang, ya?" Kemudian Bunda dan Ayahnya melengos keluar dari ruangan itu menyisahkan dirinya sendiri.

"Ayah!"

"Bunda!"

"Jangan tinggalin Raja lagi!!"

"Ayah jangan bawah Bunda pergi!"

"Raja tau kalo Ayah benci sama Raja!"

"Ayah maafin Raja!!"

"Bunda!, Ayah!, Tungguin Raja!"

"Raja mau ikut!!"

"AYAH!! BUNDA!!!"

"RAJA!! KENAPA KAMU TERIAK?!" pandangan Raja menyapu setiap sudut kelas mencari seseorang, untuk membuktikan bahwa ini bukan mimpi.

'Tok--Tok'

"Maaf, bu. Saya dari toilet" pandangan Raja beralih pada seseorang. Ia tersenyum menatap seseorang itu. Tak bisa dipungkiri senyum itu lantas membuat seisi kelas heboh.

Perlahan ia berdiri, menatap lurus seseorang yang berjalan ke arahnya, yang ditatap hanya mengerutkan kening tak mengerti. Ia terus berjalan, dan Raja juga mulai melangkah mendekatinya, tak lama

'Buk'

"ASTAJIM! ASTAJIM MATA GUE!!"

"MATA GUE KELILIPAN LIAT UWU!!"

"HUAAA!"

"MAU JUGA DI PELUK AA' RAJA!!"

"KIUU...KIUUU"

"Raja kamu apa-apaan sih?!!" yang dipeluk memberontak melepaskan, tapi nihil. Semua murid juga masih berteriak riuh. Bu Ani yang ada di depan melongo menatap muridnya satu itu.

"RAJA LO MIMPIIN APAAN?!"

"TIBA-TIBA BANGUN TERIAK-TERIAK ABIS TUH MELUK ORANG?!"

"GESREK NIH ANAK!!"

"WOI LEPASIN GOBLOG!!"

Pekik Jenan dan Kevin kesal. Melihat tingkah Raja yang mendadak memeluk Anala, siapa yang tidak panas?.

"Bunda!...Jangan pergi.." Semua melongo menatap Raja, ada apa dengan cowok itu.

"Lah!...lah!...gesrek nih anak!" ketus Jenan menatap tingkah Raja, sahabatnya itu. Sedangkan yang menjadi korban terjangan dari pelukan Raja hanya mematung dengan jantung berdegub kencang.

"A-Rajaa....lepasinn...." pinta Anala sembari mendorong tubuh Raja kuat. Tapi nihil, ia tak mampu menyamakan tenaganya dengan Raja yang memeluknya.

"Gak!, Raja gak mau!" bantah cowok sembari menggelengkan kepalanya kuat.

Bu Ani memijit pelipisnya, pusing. "Yah sudah bawah dia ke UKS Anala"

"Tap-tapi Bu?"

"Gak usah tapi-tapi!. Cepat bawah dia!!" mau tak mau ia pun menyeret Raja keluar kelas dan membawahnya menuju UKS. Kedua sahabatnya hanya menatap tak percaya kepadanya, melihat tingkahnya yang membuat mereka kesal sekaligus mendengus sebal. Sepertinya Raja mencari kesempatan, fikir mereka.

Sampailah mereka di UKS, Anala membawah Raja berbaring di brankat yang ada di ruangan itu.

"Bundaa...." Anala kembali mematung sesaat Raja memeluk tubuhnya kembali.

"Rar-Rajaa....lepas dulu, please..." Raja pun melepas pelukannya dan menatap wajah Anala, yang di tatap malah memalingkan wajah, salah tingkah.

Siapa yang tak salah tingkah ditatap oleh seorang cowok tampan pentolan sekolah?.

"Raja berhenti manggil aku Bunda, aku ini Anala, Ja--

Aku bukan Bunda kamu" lanjutnya.

Raja mengerjakan matanya, membuat Anala gemas. Lalu selanjutnya Raja melepas pelukannya dan membuang muka kearah lain.

"Maaf" cicitnya.

"Hemm"

"Lol-lo gak marah, 'kan sama gue?"

"Hah?, gak kok, Anala gak marah hehe.." kekehnya. Sembari mencuri pandang kearah Raja.

'Ampun ngapa jadi gini sih?!' pekik Raja sebal di dalam hati.

Drrt drrtt

Raja merogoh saku celana abu-abunya, mengambil benda pipih itu alu menekan tombol hijau dan mengarahkannya ke telinganya.

"Halo?"

"...."

"Iya saya sendiri, ada apa, yah?, pak"

"...."

Raja menjatuhkan ponselnya dan terduduk lemas di bawah lantai UKS. Air matanya mengalir deras

"B-bundaaa," ia mengusap wajahnya dan memegang kepalanya menggeleng.

"Gak!, ini gak mungkin, Bundaa jangan tinggalin Raja?"

"Raja kenapa?" Anala memegang bahu cowok itu dan mengusapnya, menenangkan.

"Anala ini gak mungkin!, bunda masih hidup, dia gak meninggal, 'kan?"

Deg

"Barusan ada orang yang nelpon gue, kat-katanya..hiks..Bub-bunda meninggal, khar-karna kec-hiks...kecelakaan--mereka lagi dalam perjalanan bawah bunda balik ke sini" ia mengusap wajahnya kasar.

"Ternyata yang gue mimpiin tadi adalah tanda-tandanya. Gue kirain Lo Bunda, yang baru balik tapi ternyata bukan."

"Raja yang sabar yah."

'Seseorang tak pernah tahu sampai umur berapa ia hidup'