Chereads / ASMARALOKA / Chapter 3 - Diperhatiin

Chapter 3 - Diperhatiin

Raja mengerjabkan matanya, menetralkan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Ia tertidur setelah melakukan aksi gilanya itu. Ia meremas bajunya kuat. Lapar, itulah yang ia rasakan. Ia menyingkapi selimut tebal yang menutupi tubuhnya, lalu beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah sekian lama berkutat di dalam kamar mandi, ia pun keluar dengan baju santai nya. Hari ini weekend dan ia berfikir untuk tak melakukan kegiatan apapun kecuali rebahan di dalam kamar.

Ia berdecak kesal menatap penjuru kamarnya yang berantakan akibat ulah nya, acara rebahan yang ingin ia lakukan harus tertunda untuk membersihkan kamarnya bak kapal pecah.

Mulai dari pecahan cermin yang berserakan di lantai, dan sprei dan selimut yang berlumuran darah. Tak bisa dipungkiri jika sayatan yang ia lakukan kemarin mengeluarkan banyak darah. Namun ia tak peduli pada hal itu.

Sprei dan selimut itupun berakhir mengenaskan di dalam mesin cuci. Setelah berberes tadi, Raja pun turun memasak sesuatu yang ada di dapur, namun yang ia dapatkan hanya mie instan. Tak apa, nanti siang ia akan pergi ke supermarket untuk membelinya.

Hari ini tepat pukul 11 siang, Raja telah selesai berbelanja. Hahaha seperti wanita saja, mau bagaimana lagi? Mau tak mau ia harus mengurus segala keperluannya sendiri mengingat kedua orangtua yang berada jauh di luar negeri sana.

"Raja ngapain disini?, Abis b'lanja, ya?"

Raja yang hendak ingin membuka pintu mobil, terhenti kala mendengar suara itu. Suara yang sangat familiar di telinganya.

Pandangannya pun beralih pada seseorang itu. Dilihatnya orang itu sedang tersenyum manis sembari menatapnya.

"Hm" , hanya gumaman itu yang mampu Raja keluarkan mengingat siapa yang ada di depannya sekarang ini.

"Nebeng, dong" pintah orang itu dengan muka memelas dan kedua tangan yang merapat memohon kepada Raja. Raja mendengus sebal

"Gak!"

"Pliss..Anala nebeng, ya, soalnya duit Anala habis buat beli ini" gadis itu adalah Anala. Ia menunjukkan beberapa snack yang ada di dalam kantong plastik pada Raja.

"Ya salah lo!" cibir Raja dan berlalu begitu saja dari hadapan Anala bersama mobil birunya.

"Ish!, kenapa gak mau sih?!, Anala, 'kan pengen gratis!!" Setelahnya gadis itu pergi dengan menghentak-hentak, 'kan kedua kakinya.

~~~

"BAGUS!!"

Anala yang sibuk menopang dagu dengan mata tertutup tiba-tiba terlonjat kaget, mendengar pekikan Bu Ani. Setelahnya ia membenarkan duduknya dan menatap Guru yang ada di depannya itu.

Tiba-tiba Bu Ani berjalan mendekat kearahnya, dalam hati ia berkata: " MAMPUS!!". Anala kini menunduk karena Bu Ani terus menatap ke arahnya. Sedangkan Raja yang ada disampingnya tak peduli tentang apa yang terjadi, ia masih betah menopang dagu menatap lurus.

BRAK

"ASTAJIM NERAKA!, NERAKA!, PANAS!, PANAS!, AER WOI AER!"

"WANJINGAN!"

"Aa-akh ampun bu!, gak sengaja!", "Sumpah bu, bener. Ga sengaja, mendadak ini bu" Protes Jenan dan Kevin saat Bu Ani menjewer mereka.

"Heh!, saya juga gak sengaja jewer kuping kalian. Kalian pikir saya tidak tahu kalau dari tadi kalian hanya tidur dibelakang. Tidak memperhatikan saya di depan?!" Jelas Bu Ani kepada mereka.

"Oo-oh Bu Ani pengen di perhati'in?" Tanya Jenan dengan senyum manisnya dan sesekali meringis sakit karena kuping nya.

"Semua Guru ingin diperhatikan saat menjelaskan di depan, agar kalian paham tentang materi yang di bawah kan. Agar Guru tidak rugi bolak-balik kelas, berbicara panjang lebar di depan. Paham?"

"Pap-paham, bu" Kevin meringis.

"Saya juga udah paham yang Ibu bilang, bahkan lebih, lho!"

"Paham apa kamu?"

"Ibu pengen diperhati'in, 'kan?"

"Cepat katakan!", tidak usah bertele-tele"

"Ibu udah sarapan?" Kening Penduduk kelas mengerut, termasuk Raja yang tak pernah tertarik dengan obrolan mereka kini menepuk jidat nya. Sungguh teman bobrok.

"Hm?, saya sudah sarapan" Jawab Bu Ani.

"Abis sarapan, minum air, 'kan, bu?"

"Kenapa kamu bertanya seperti itu, Jenan?"

"Lel-lepasin dulu, dong, bu jewerannya" Bu Ani pun melepas jewerannya pada Kevin dan Jenan.

"Ya?, saya tanya lagi, kamu paham apa?"

"Abis sarapan, Ibu minum air, gak?" Kening mereka semua semakin mengerut. Bu Ani pun yang tadinya tampak biasa saja kini pusing tujuh keliling mendengar mulut Jenan berbicara. Mengapa dengan anak muridnya satu ini.

"Semua orang minum sehabis makan Jenandra Syahputra!. Kamu bertanya tujuannya untuk apa?" Jenan yang memang semulanya duduk langsung berdiri.

"Lah?.Katanya Ibu pengen diperhati'in?!" Mendengar penjelasannya, semua murid yang ada di dalam kelas tertawa.

"HAHAHAHA"

"KIU..KIUU...PENGEN DIPERHATIIN AA' JENAN"

"AMPUN GUE NGAKAK SUMPAH!!"

"GOBLOKNYA NATURAL!!"

Begitu kira-kira reaksi mereka mendengarnya, sungguh tak terduga.

"SUDAH ANAK-ANAK DIAM!!" semuanya pun terdiam.

"Pelajaran kita hari ini sampai disini saja, kita lanjutkan minggu depan. Silahkan istirahat." Ujar Bu Ani menuju meja guru kembali untuk membereskan buku paket dan melengos keluar dari kelas. Mereka yang menatap kepergian Bu Ani mulai berfikir aneh-aneh.

Bu Ani memang Guru paling muda diantara guru-guru yang ada. Bahkan tingginya yang tak seberapa menjulang tinggi ke atas langit, membuat beberapa orang yang berpapasan dengannya menganggap jika Bu Ani masih murid SMA. Karena parasnya yang cantik, banyak murid Laki-laki yang menganguminya.

PLETAK!

"AW-Kevin anjing!" Kevin menggeplak kepala Jenan, emosi.

"Salah lo!. Kantin kuy!" Mereka pun mulai berjalan keluar kelas menuju ke Kantin. Sesampainya di Kantin mereka pun menuju meja yang berada di sudut.

"Ja, lo kenapa, sih?!. Mau temenan sama si O'on" Tanya Kevin kepada sahabatnya, Raja. Setelah Jenan berlalu pergi bersama Anala untuk memesan Bakso.

Semula Raja mengangkat bahu lalu bergumam; "Tau".

Kevin menghela nafas panjang memikirkan otak sahabatnya yang sedikit polos'kah atau memang O'on.

Lalu tak lama, kembalilah Jenan dan Anala yang kini masing masing memegang Nampan berisi pesanan mereka. Mereka pun mulai menyantap makanan masing-masing dengan tenang sampai ketika

"EKHEM-Anala pengen Aa' perhatiin juga?"

Mereka yang berada di meja tersebut mau tak mau pun tersedak. Jenan, ada apa lagi dengan otak cowok itu?. Alhasil mereka meminum minuman mereka masing-masing. Lebih parah Kevin yang terbatuk-batuk sembari memegang lehernya. Matanya berair dan wajahnya memerah.

"Ya ampun, Vin. Kalo pengen diperhati'in Aa' Jenan, tuh bilang, dong. Gimana, si?!"

"Udah, Je!. Habisin makanan lo!, Kevin biar gue yang urus!" Elak Raja yang emosi melihat tingkah Jenan.

Dan Anala hanya diam melihat mereka bertiga, karena jujur ia masih syok mendengar penuturan Abal-abal Jenan.

Pandangannya menyapu setiap meja kantin, dimana hampir setiap murid yang menduduki kursi disana melirik ke arahnya dengan berbagai pandangan yang berbeda-beda.

"Eh-Eh ada yang tau, gak?"

"Gak!"

"Dengerin gue ngomong dulu!"

"Apaan?"

"Lo masih inget temen mereka yang Yoga itu, 'kan?"

"Kenapa emang dia?"

"Gue, 'kan abis dari ruang guru tadi. Guru-guru disana bilang kalo dia pindah!"

"Pindah?!---Gimana ceritanya dia bisa pindah?!"

"Gue juga gatau--tapi yang jelas dia udah pindah"

"Pindah kemana?"

"Ke Jakarta, sama bonyoknya."

"Yahh! Padahal, 'kan gue masih pengen ngeliat Dia main basket di lapangan, sedih tauu!"

"Kalo gue, 'sih gapapa, yang penting Ayang Raja, nya gak pindah!"

"Yoga--pindah?" Cowok bertiga itu tak kuasa menahan keterkejutan mereka dengan kabar bahwa Yoga pindah sekolah. Kenapa ia tak memberitahukan kepada sahabatnya itu. Apakah sahabat tidak cukup mengartikan kedekatan mereka selama ini?.

"Dia anggap kita apa?" Jenan dan Kevin mendadak patah semangat mendengarnya. Yoga sahabat mereka pindah tapi mereka tak tahu. Lalu, arti mereka bagi Yoga selama ini apa?

"Gue telpon dulu" Ujar Raja lalu diangguki kedua lelaki itu. Dan lagi Anala hanya mampu terdiam ditempatnya, sudah cukup lama. Mau bagaimana lagi, ia tak tahu menahu dengar persoalan yang mereka hadapi juga ia tak mau ikut campur urusan orang lain.

Raja mulai beranjak dan berjalan menuju pembatas Kantin mengotak-atik ponselnya.